Hasan Basry: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika !
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
[[Berkas:Hasan-basry.jpg|thumb|right|250px|Hasan Basry]]
'''[[Brigjen]] Hasan Basry''' dilahirkan di ({{lahirmati|[[Kandangan]], [[KalimantanHulu Sungai Selatan]] pada tanggal [[|17 Juni]] |6|1923|[[1923]],Daerah danKhusus meninggalIbukota di [[Jakarta|Jakarta]]|15|7|1984}}) padaadalah tanggalseorang [[15tokoh Juli]]militer [[1984]]Indonesia. Ia dimakamkan di Simpang Tiga, [[Liang Anggang, Banjarbaru|Liang Anggang]], [[Kota Banjarbaru]], [[Kalimantan Selatan]]. Dianugerahi gelar [[Pahlawan nasional Indonesia]] berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 110/TK/2001 tanggal [[3 November]] [[2001]].<ref name="pahnas">PERANGINANGIN, Marlon dkk; '''''Buku Pintar Pahlawan Nasional'''''. [[Batam]]: Scientific Press, [[2007]].</ref>
 
== Biografi ==
Hasan Basry menyelesaikan pendidikan di Hollands Inlandsche School ([[HIS]]) yang setingkat sekolah dasar, kemudian ia mengikuti pendidikan berbasis Islam, mula-mula di Tsanawiyah al-Wathaniah di [[Kandangan]], kemudian di Kweekschool Islam Pondok Modern di [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]], [[Jawa Timur]].<ref name="pahnas"/>
 
Setelah [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|prolamasi kemerdekaan]], Hasan Basry aktif dalam organisasi pemuda [[Kalimantan]] yang berpusat di [[Surabaya]]. Dari sini ia mengawali kariernya sebagai pejuang. Pada bulan Oktober 1945, ia berangkat ke [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]] untuk mempersiapkan basis bagi kedatangan ekspedisi militer dari [[Jawa]] untuk memperkuat perjuangan menghadapi [[Belanda]] di [[Kalimantan Selatan]]. Ia membina hubungan dengan berbagai pergerakan perjuangan, diantaranya Lasykar Syaifullah. Akan tetapi, kegiatannya diketahui [[Belanda]]. Pada pertengahan tahun [[1946]], Belanda menangkapi tokoh-tokoh Lasykar Syaifullah. Hasan Basry berhasil meloloskan diri. Ia kemudian membentuk wadah perjuangan baru, '''Benteng Indonesia'''.<ref name="pahnas"/>
 
Bulan November 1946, Komandan Divisi IV ALRI di Jawa menugasi Hasan Basry untuk membentuk Batalyon ALRI di [[Kalimantan Selatan]]. Tugas itu dilaksanakan dengan cara melebur ''Benteng Indonesia'' menjadi menjadi Batalyon ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan. Ia menempatkan markasnya di [[Kandangan]].. Selanjutnya ia berusaha menggabungkan semua kekuatan bersenjata di [[Kalimantan Selatan]] ke dalam kesatuan yang baru terbentuk itu.<ref name="pahnas"/>
 
Perkembangan politik di tingkat pemerintah pusat di [[Jawa]] menyebabkan posisi Hasan Basry dan pasukannya menjadi sulit. Sesuai dengan [[Perjanjian Linggarjati]] ([[25 Maret]] [[1947]]), [[Belanda]] hanya mengakui kekuasaan ''de facto'' RI atas [[Jawa]], [[Madura]] dan [[SumatraSumatera]]. Berarti [[Kalimantan]] merupakan wilayah yang ada di bawah kekuasaan [[Belanda]]. Akan tetapi, Hasan Basry tidak terpengaruh oleh perjanjian tersebut. Ia dan pasukannya tetap melanjutkan perjuangan melawan [[Belanda]]. Sikap yang sama diperlihatkan pula terhadap [[Perjanjian Renville]] ([[17 Januari]] [[1948]]). Ia menolak untuk memindahkan pasukannya ke daerah yang masih dikuasai RI, yakni ke [[Jawa]].<ref name="pahnas"/>
 
Kemudian semua kesatuan Angkatan Darat di [[Kalimantan]] digabungkan ke dalam Tentara dan Teritorium VI/Tanjungpura yang kemudian menjadi [[Kodam VI/Tanjungpura]]. [[Letnan Kolonel]] Hasan Basry ditetapkan sebagai Komandan Sub Teritorium III Kalimantan Selatan.<ref name="pahnas"/>