Sungai Citarum: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Kembangraps (bicara | kontrib)
Baris 13:
Ci Tarum juga disebut dalam [[Naskah Bujangga Manik]], suatu kisah perjalanan yang kaya dengan nama-nama geografi di [[Pulau Jawa]] dari abad ke-15.
 
== Masalah lingkunganPemanfaatan ==
Sejak lama Ci Tarum dapat dialayari oleh perahu kecil. Penduduk di sekitarnya memanfaatkan sumber daya perikanan dan menggunakannya untuk keperluan hidup sehari-hari. Belum pernah ada laporan terbuka mengenai jenis-jenis biota yang menghuni sungai ini.
Karena banyaknya debit air yang dialirkan oleh sungai ini, maka pemerintah membuat tiga bendungan dan [[Pembangkit Listrik Tenaga Air]]([[PLTA]]) di sungai ini:
 
# [[PLTA Saguling]]
Karena banyaknya debit air yang dialirkan oleh sungai ini, maka pemerintah membuatdibangun tiga bendunganwaduk dan(danau buatan) sebagai [[Pembangkit Listrik Tenaga Air]]([[PLTA]]) dan juga untuk irigasi persawahan di sungai ini:
# [[PLTA Saguling]] di bagian paling hulu
# [[PLTA Cirata]]
# [[PLTA Ir. H. Djuanda]] atau yanglebih dikenal dengansebagai PLTA Jatiluhur
 
Air dari Ci Tarum dimanfaatkan sebagai pasokan air minum untuk sebagian penduduk Jakarta. Irigasi di wilayah Subang, Karawang, dan Bekasi juga dipasok dari aliran sungai ini. Pengaturannya dilakukan sejak Waduk Jatiluhur.
 
Keadaan lingkungan sekitar Ci Tarum telah banyak berubah sejak puluhanparuh tahunkedua yangdasawarsa lalu1980-an. Industrialisasi yang pesat di kawasan sekitar sungai ini sejak akhir 1980-an telah menyebabkan menumpuknya sampah buangan pabrik-pabrik di sungai ini.<ref name="daily-mail">[http://www.dailymail.co.uk/pages/live/articles/news/worldnews.html?in_article_id=460077&in_page_id=1811 "Is this the world's most polluted river?"], ''[[Daily Mail]]'', 5 Juni 2007</ref>
 
Setiap musim hujan di sepanjang Ci Tarum di wilayah Bandung Selatan selalu dilanda banjir. Setelah Banjir besar yang melanda daerah tersebut pada tahun 1986, pemerintah membuat proyek normalisasi sungai Citarum dengan mengeruk dan melebarkan sungai bahkan meluruskan alur sungai yang berkelok. Tetapi hasil proyek itu sia sia karena sejak itu tidak ada sosialisasi terhadap masyarakat sekitar sehingga sungai tetap menjadi tempat pembuangan sampah bahkan limbah pabrik pun mengalir ke sungai Citarum. Sehingga sekarang keadaan sungai menjadi sempit dan dangkal, sampah dimana mana, warna airpun hitam pekat. akhirnya sampai kini setiap tahun di musim hujan wilayah Bandung Selatan selalu dilanda banjir, bahkan setiap tahun ketinggian banjir selalu bertambah. Apabila anda berkunjung ke Bandung selatan akan terlihat jelas keadaan Sungai Citarum saat ini.