Wanita simpanan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Evremonde (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Evremonde (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
Seseorang yang amat kaya menjaga wanita simpanannya sepanjang hidupnya (seperti [[George II dari Inggris]] denga "[[Henrietta Howard, Countess of Suffolk|Ny. Howard]]"), malahan setelah tak memiliki hubungan romantis apapun, meskipun hal itu tak berlaku bagi beberapa orang wanita. Pada tahun [[1736]], ketika George II baru naik tahta, [[Henry Fielding]] (di ''[[Pasquin]]'') memeinta penguasa istananya berkata, "...tapi, Nona, setiap orang kini menjaga dan dijaga; tidak ada hal seperti itu seperti pernikahan di masa kini, kalau bukan semata-mata kontrak Smithfield, dan untuk dukungan keluarga; namun kemudian suami dan istri dijaga dalam 2 minggu."
 
== TheWanita 19th-centurysimpanan mistressabad ke-19 ==
Di [[dunia Barat]], selama [[abad ke-19]], ketika [[moral]] menjadi lebih [[puritan]], penjagaan wanita simpanan menjadi lebih berhati-hati, namun sebaliknya mengeratnya moralitas juga membentuk hasrat besar untuk seorang pria memiliki wanita simpanan. Ketika seorang pria kelas atas menikahi wanita berderajat setara, amat mungkin bahwa sang isteri dibawa secara ketat untuk percaya bahwa [[hubungan seksual]] hanyalah untuk pro-kreasi ketimbang rekreasi. Hal itu membuat beberapa pria lari ke wanita simpanan jika menginginkan mitra wanita yang kurang pemalu.
 
During the [[19th century]] when [[morals]] became more [[puritan]]ical, the keeping of a mistress became more circumspect, but conversely the tightening of morality also created a greater desire for a man to have a mistress. When an [[upper class]] man married a woman of equal rank, as was the norm, it was likely that she had been strictly brought up to believe that [[sexual intercourse]] was firmly for procreation rather than recreation. Some men thus went to a mistress if they wanted a less [[prude|prudish]] female companion.
 
== Perubahan peran ==