Sriwijaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gombang (bicara | kontrib)
k ←Membatalkan revisi 2623124 oleh 114.58.168.248 (Bicara) informasi yang ditambahkan tidak punya rujukan
Riy55133 (bicara | kontrib)
Baris 111:
 
== Masa keemasan ==
Setelah terjadi kekacauan perdagangan di [[Kanton]] antara tahun 820 - 850, pemerintahan Jambi menyatakan diri sebagai kerajaan merdeka dengan mengirimkan utusan ke China pada tahun 853 dan 871. Kemerdekaan Jambi bertepatan dengan dirampasnya tahta Sriwijaya di Jawa dengan diusirnya raja Balaputradewa. Di tahun 902, raja baru mengirimkan upeti ke China. Dua tahun kemudian raja terakhir [[dinasti Tang]] menganugerahkan gelar kepada utusan Sriwijaya. Dari literatur Tiongkok utusan itu mempunyai nama Arab hal ini memberikan informasi bahwa pada masa-masa itu Sriwijaya sudah berhubungan dengan Arab yang memungkinkan Sriwijaya sudah masuk pengaruh Islam di dalam kerajaan.<ref>{{cite book |last=Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA|title=Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII}}</ref>
 
Pada paruh pertama abad ke-10, diantara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya [[dinasti Song]], perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama [[Fujian]], [[kerajaan Min]] dan negeri kaya [[Guangdong]], kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada tahun 903, penulis [[Muslim]] [[Ibn Batutah]] sangat terkesan dengan kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban kerajaan meliputi Palembang (khususnya Bukit Seguntang), [[Muara Jambi]] dan [[Kedah]].