Mohammad Amir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Afandri (bicara | kontrib)
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 32:
Tanggal 14 Agustus 1945, bersama [[Teuku Mohammad Hasan]], Amir menghadiri sidang [[PPKI]] mewakili rakyat Sumatera. Pada masa pembentukan [[kabinet Presidensial]], Amir ditunjuk menjadi menteri negara bersama dengan [[Wahid Hasjim]], [[Sartono|R.M Sartono]], [[A. A. Maramis]], dan [[Otto Iskandardinata]]. Pada bulan Desember 1945, Amir diangkat menjadi wakil gubernur Sumatera mendampingi Teuku Moh. Hasan yang telah terlebih dahulu diangkat menjadi gubernur.
 
Pemberontakan sosial yang terjadi di Sumatera Timur menjadi ancaman bagi Amir dan keluarganya. Atas peristiwa ini Amir dipindahkan dari Medan ke [[Sabang]]. Kemudian dari kota itu, Amir diterbangkan ke [[Utrecht]], tempat ia belajar semasa muda. Karena tindakannya itu Amir dituduh sebagai pengkhianat bangsa. Di masa-masa akhir hidupnya, atas bantuan [[D. J. Warouw]] ia tinggal di Sulawesi, berpindah-pindah dari [[Kota Gorontalo|Gorontalo]], [[Palu]], dan akhirnya [[Makassar]].
 
== Karya ==
Mohammad Amir menyukai dan tergerak oleh tulisan-tulisan yang ada di surat kabar dan majalah yang tesedia di STOVIA. Amir memperoleh bimbingan menulis dari Landjoenan gelar Datoek Temenggung, penerbit majalah bulanan Suluh Pelajar, Cahaya Hindia, dan harian [[Neraca {(koran)|Neraca]]. Amir sendiri menulis berbagai karangan dalam [[bahasa Belanda]], antara lain tentang karya sastra Belanda rangkaian Mathilde ciptaan Jacques Perk dan tentang [[Multatuli]] sebagai pemikir etika dan pejuang politik. Selain bekerja sebagai psikiater, Amir juga sering terlibat dalam penulisan artikel di majalah [[Pujangga Baru]]. Disini ia menentang gagasan [[SuatanSutan Takdir Alisjahbana]] yang mempropagandakan pembaratan pada masyarakat Indonesia. Tahun 1940 kumpulan tulisan Amir diterbitkan di Medan dengan judul ''Bunga Rampai''.
 
== Referensi ==
* Amir, Moh; Boenga Rampai, Melawat ke Djawa
* Aswab Mahasis dan Ismed Natsir, Kaum cendekiawan di Indonesia:suatu sketsa sosiologi
* Hamka, Merantau ke Deli, Kenang-kenangan Hidup
* Hatta, Mohammad, Memoir
{{DEFAULTSORT:Mohammad Amir}}