Lie Kim Hok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Serigala Sumatera (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Serigala Sumatera (bicara | kontrib)
k bentuk baku
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 81:
Pada sebuah tulisan untuk koran ''Lay Po'' pada tahun 1923, Tio menyatakan bahwa ''Sair Tjerita Siti Akbari'' sangat dipengaruhi oleh sebuah puisi tahun 1847 yang berjudul ''[[Sjair Abdoel Moeloek]]'', karya [[Raja Ali Haji]] atau saudaranya, Saleha. Tio menyatakan bahwa ''Sair Siti Akbari'', yang Lie katakan sebagai karyanya sendiri, mengikuti alur dari ''Sjair Abdoel Moeloek''.{{sfn|Zaini-Lajoubert|1994|p=103}} Dalam biografinya pada tahun 1958, Tio juga menyatakan bahwa ''Tjhit Liap Seng'' karya Lie adalah gabungan dari dua novel asal Eropa, yakni ''Klaasje Zevenster'' karya [[Jacob van Lennep]] (1865) dan ''[[Les Tribulations d'un Chinois en Chine]]'' karya [[Jules Verne]] (1879).{{sfn|Tio|1958|pp=72–73}} Tio pun menyatakan bahwa ''Pembalasan Dendam Hati'' karya Lie memiliki kesamaan dengan karya [[Xavier de Montépin]] yang diterjemahkan menjadi ''De Wraak van de Koddebeier''.{{sfn|Tio|1958|p=73}} Menganggapi pernyataan Tio tersebut, kritikus sastra seperti Tan Soey Bing dan Tan Oen Tjeng pun menyatakan bahwa tidak ada karya Lie yang asli.{{sfn|Tio|1958|pp=90–91}}
 
Walaupun begitu, kesimpulan Tio tersebut sangat ditentang oleh penulis yang menemukan keaslian dalam karya Lie. Tio sendiri menyatakan bahwa dalam menerjemahkan ''Kapitein Flamberge'', Lie telah mengubah bagian akhirnya, yakni karakter utama tidak meninggal akibat ledakan dinamit, tetapi berhasil bertahan hidup dan menikahi wanita idamannya, yakni Hermine de Morlay.{{sfn|Tio|1958|pp=90–91}} Dalam mengeksplorasi kesamaan antara ''Sjair Abdoel Moeloek'' dan ''Siti Akbari'', Zaini-Lajoubert menyatakan bahwa unsur-unsur alur utama dalam dua buku tersebut memang sama, meskipun beberapa di antaranya hanya muncul di salah satu buku atau dimunculkan secara lebih rinciperinci di salah satu buku. Ia menemukan bahwa dua buku tersebut berbeda gaya, terutama karena penekanan Lie pada deskripsi dan realisme.{{sfn|Zaini-Lajoubert|1994|pp=109–112}} Salmon menyatakan bahwa alur umum ''Tjhit Liap Seng'' sebagian besar mengikuti alur umum ''Klaasje Zevenster'', dengan beberapa bagian tampak seperti terjemahan langsung. Namun, ia mendapati bahwa Lie juga menambahkan, mengurangi, dan memodifikasi isinya. Ia mencatat bahwa Lie tidak terlalu menekankan pada deskripsi dan mengenalkan karakter baru, yakni Thio Tian, yang pernah tinggal di [[Jawa]].{{sfn|Salmon|1994|pp=133–139, 141}} Kritikus sastra Indonesia, Jakob Sumardjo, pun menyatakan bahwa "boleh dikatakan ia asli dalam gaya, tetapi tidak asli dalam bahan yang digarapnya".{{sfn|Sumardjo|2004|p=99}}
 
== Bibliografi ==