Weltevreden: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 2:
'''Weltevreden''' ([[bahasa Belanda]] yang berarti ''dalam suasana tenang dan puas'') adalah daerah tempat tinggal utama orang-orang [[Eropa]] di pinggiran [[Batavia]], [[Hindia-Belanda]] yang berjarak kurang lebih 10 kilometer dari [[Jakarta Kota|Batavia lama]] ke arah selatan. Letaknya kini di sekitar [[Gambir, Jakarta Pusat]] yang membentang dari RSPAD Gatot Subroto hingga [[Museum Gajah]]. Pada masa pendudukan [[Jepang]] (1942-1945), nama Weltevreden merujuk kepada hampir seluruh daerah [[Jakarta Pusat]] sekarang.
 
== Sejarah ==
=== Zaman VOC ===
Pada tahun 1648 pemerintah kolonial Hindia Belanda memberikan sebidang tanah kepada Anthonij Paviljoun. Kemudian Paviljoun mengembangkan rumah-rumah peristirahatan kecil yang dinamainya Weltevreden.
 
Baris 10:
Pemilik berikutnya, Gubernur Jenderal [[Jacob Mossel]] (1704-1761), membangun rumah mewah di tikungan [[Ciliwung]]. Mossel juga menggali Kali Lio untuk memudahkan sekoci kecil mengangkut kebutuhan pasar. Pada 1767, rumah Weltevreden dibeli Gubernur Jenderal [[Petrus Albertus van der Parra]]. Tanah itu kemudian dijual kembali pada Gubernur Jenderal VOC terakhir, [[Pieter Gerardus van Overstraten]]. Sejak masa itu, Weltevreden menjadi kedudukan resmi gubernur jenderal dan pemerintahannya.
 
=== Zaman Hindia Belanda ===
Pada tahun [[1809]] Gubernur Jendral [[Herman Willem Daendels]] mendirikan ''[[Paleis van Daendels]]'' atau disebut juga ''Het Groote Huis''. Istana ini dirancang Kolonel J.C.Schultze, namun bangunan ini baru dapat diselesaikan pada 1826 dan 1828 oleh insinyur Tromp atas perintah Pejabat Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies. Istana yang besar dan megah itu ditempati oleh Departemen Keuangan Hindia Belanda sampai masa [[Sejarah Indonesia (1942-1945)|pendudukan Jepang]], sebelum akhirnya menjadi kantor [[Departemen Keuangan Republik Indonesia]].
 
Baris 17:
Pada tahun 1937, pemerintah kolonial mengesahkan sebuah rencana induk kota Batavia dengan Koningsplein (Lapangan Monas) sebagai pusatnya. Rencana induk itu sendiri merupakan tindak lanjut dari dikukuhkannya Undang-Undang Desentralisasi tahun 1903 dan berbagai ordonansi tentang kewenangan lokal dalam pengaturan kota. Berbagai prasarana kota dalam skala makro pun mulai digarap. Saluran pengendali banjir ([[Banjir Kanal Jakarta|banjir kanal]]) mulai dibangun dari Karet-Tanah Abang terus ke laut. Pembangunan Banjir Kanal telah direncanakan sejak 1870, tidak lama setelah Batavia dilanda banjir besar dan baru selesai pada tahun 1920. Sementara itu, rel kereta api juga mulai dikembangkan. Dimulai dengan jalur tengah dan timur, kemudian ditambah jalur barat melalui Manggarai - Tanah Abang - Duri - Kota.
 
== Referensi ==
* [http://www.bapekojakartapusat.go.id/node/39 Situs Resmi Badan Perencanaan Kotamadya Jakarta Pusat]