Suku Dayak Lawangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Busu Neneng (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 73:
Pada waktu itu bumi ada sebesar sulau, langit sebesar pisis. Tai Munan utek Naga Haji ali, tai munan utek Naga Burung; diatas kepala Naga Haji dan diatas kepala Naga Burung.
 
Sedangkan dunia dan langit harus ada, jadi Maha Kuasa (Allah Ta' AllaLatalla) menyerukan dengan nama AYAN TAMUN TUNRAN TUNTUT TAMUN AUN, BEYEYE TAMUN TUYO, maka mendengar demikian mereka bertiga bermufakat, yakni mengumpulkan dan serta membawa bahan-bahan apapun yang dapat diambil demi untuk menambah tanah dan langit yang ada. Dengan bahan-bahannya terdiri dari LAMPUNG KUIT, LAMPUNG KUDAU, LAMPUNG SENDRI, LAMPUNG SENDRAK.
 
Dengan pembagian tugas pekerjaan masing-masing sbb:
Baris 81:
2. Ayan Tamun Tunran dan Beyeye Tamun Tuyo
 
Setelah kesemua bahan tersedia oleh ketiga bersaudara, maka selanjutnya mereka memberitahukan pada Allah Ta' AllaLatalla, langsung Maha Kuasa Allah Ta' AllaLatalla memberi wahyu kepada SENGKEREANG SENGKEREPANG untuk mengolah dan menjadikan bahan itu, maka langsung dikerjakan oleh Sengkereang Sengkerepang dan menempa benda yang berupa tanah.
 
Setelah beberapa kali ditempa tanah tersebut ternyata tanah tersebut tidak dapat bersatu. Melihat hal demikian maka Sengkereang Sengkerepang memberitahukan kejadian itu kepada Allah Ta' AllaLatalla. Maka diperintahkan oleh Allah Ta' AllaLatalla kepada Sengkereang Sengkerepang; tangkaplah olehmu ikan LONGKINGMONENG dan ikan SELEGIGIN LANGIT, dan dipotong kemudian ambillah darahnya, tumpahkan darah ikan itu ke tanah yang kamu buat, diaduk dan baru ditempa olehmu, lalu dagingnya kamu makan berdua. Sempurnalah tanah itu sampai sekarang.
 
'''2.SENTUME DIAN NA'AN MERENSIA = SEJARAH ASAL MULA MANUSIA'''
 
Setelah terjadinya Bumi dan Langit, ternyata ada sisa dari pekerjaan Sengkereang Sengkerepang tadi yakni tanah sebesar satu genggam dan langit sebesar satu genggam, lalu diciptakan oleh Maha Kuasa Allah Ta' AllaLatalla seperti gambaran tubuh manusia yang belum dapat bergerak dan bernapas sebanyak 2 orang.
 
Setelah jadi gambaran manusia itu, maka Maha Kuasa Allah Ta' AllaLatalla memasukkan roh-Nya kepada kedua orang gambaran manusia itu, mulailah keduanya dapat bergerak dan bernafas, ternyata keduanya laki-laki semuanya, dan dapat berbicara serta menyebut namanya masing-masing.
 
Yang berasal dari tanah namanya LEWIN TANA dan yang berasal dari langit namanya LEWIN LANGIT.
Baris 129:
Semenjak ditinggal olehnya, isterinya turun ke tanah dan melahirkan di bawah tangga dan ternyata suaminya melihat apa yang telah terjadi itu, mencari APE BUNGEN TANA ke mana-mana hanya setumpuk tanah dibawah tangga.
 
Meneliti kejadian ini maka SEMPIRANG LA'ANG meminta petunjuk dari Maha Kuasa Allah Ta' AllaLatalla
 
dan menerima wahyu dari-Nya. Kata Maha Kuasa Allah Ta' AllaLatalla: "hai, SEMPIRANG LA'ANG.tutuplah olehmu tumpukan tanah yang ada dibawah tangga itu dengan UYUNG, selama sembilan bulan sembilan hari. Setelah itu baru bisa dibuka olehmu. Dan apa yang diperintahkan oleh Maha Kuasa dilaksanakan oleh SEMPIRANG LA'ANG.
 
Setelah genap sembilan bulan dan sembilan hari lalu SEMPIRANG LA’ANG membuka UYUNG tersebut dan ternyata ada seorang anak kecil berjenis kelamin perempuan, melihat kejadian tersebut anak kecil itu dibawa dan dipeliharanya.
 
Singkat cerita, seiring waktu perjalanan hidup anak kecil tumbuh menjadi perempuan dewasa dan diambillah perempuan itu menjadi isterinya lalu diberi nama TEBILUNG UYUNG. Sejak itu nama SEMPIRANG LA’ANG berubah menjadi SERAKIN PINANG. Sepasang suami-isteri tersebut memperanakkan 41 orang. Hidup mereka hanya memakan tanah OLUNG OLAU yang setiap hari dibawa SERAKIN PINANG dan TEBILUNG UYUNG. Karena setiap harinya mereka berdua melakukan itu, maka mereka menemukan KULAT LAMBAT BAYAN di sebuah gunung dan lansung dibawa oleh mereka berdua untuk dimasak menjadi makanan yang dinamakan SATU JAHAU JAJAU LA’ANG.
 
Dibawalah makan itu kepada anak-anaknya. Setelah mereka memakan makanan itu, mereka menjadi mabuk dan ke 41 anaknya seperti tidak memiliki perasaan lagi, seakan merasa sehat. Anak yang paling tua selalu berbicara dan berkata-kata menurut ragam bahasa ibu dan bapaknya. Dan saudara-saudara lainnya berbicara dalam berbagai macam bahasa.
Baris 165:
DATU RENTUOY OLLO ....
 
'''3.ORANGSEJARAH AGAMA KAHARINGAN DAYAK LUANGAN/ LAWANGAN PADA ZAMAN NABI NUH'''
 
Pada waktu itu disebutkan Bentar Ruang Opat(sesanggan/wadah dari bahan kuningan) dan Mansi Bura Lumah (mangkuk putih dan piring putih); kode iro naan URAN WALO OLO WALO MALEM = hujan delapan hari delapan malam kode iro dinaan na utus Owa
 
Langit., maka nabi Nuh mempunyai BENAWA = BAHTERA untuk dipakai oleh orang-orang yang mengikuti dia sampai tertinggal di Gunung Sinai. Maka perahu kepunyaan orang Luangan mengikuti banawa nabi Nuh atau mengikuti perahu si SOONG ANJANG TIONG MANARUNG TELANG BULAU, Kemudian kode iro Bawu Buyung hanya ketore kojie lutuk bawui lembu, leko iro dali balalu mengadakan Balian KASARUNG JATUH, supaya DANUN LAYAP LANGIT = kebanjiran sampai ke langit menjadi surut.
 
Para Balian ini terdiri dari 4 orang bersaudara, Iyu na kepalai enu dali opat manni aran dali:
 
1. SOONG ANJANG TIONG
 
2. NGERANG TIMANG
 
3. NGAYUN BUEN
 
4. SOANG NYALIR LANGIT
 
Karena ”hujan delapan hari delapan malam” belum juga surut maka dilakukanlah BALIAN oleh 4 orang saudara ini tetapi air belum juga surut-surut dan langit belum juga terangkat lalu datanglah seorang lelaki bernama NALAU KAYUN KULANG nama lainnya MA’ SUMPING NGUNJAU BAWE ULEK DA BELUH katanya aka kam hanya Baliana a da iro sulet ke Lengun Langit suba kam ngenu Bentar Ruang Opat enu kam ali Kumpai wai ali Bungu rio Mupun eyu berbentuk Bura Lemit Mea Metum dan Jereu sebab iro di Danum tau takui langit tau baluwas leka tangku langit iro ege da luyang Danum Pentuer Danum iro ege da Jawan ulu iro naan na ulek Owa Langit kelem dali ngenu kawan iye na ulek iro dehtai biru. Balalu Jawan Ulu tangkeng Toto Loyang Danum tandong toneng toto bungu rio mumpun Njanteau kumpai owai leka orot nenung iro tongkou langit terou lapas daluyang Danum Pentuer danum toro lapas da Jawan Olu leka iro danum surut langit mengkat magin mongkat sehingga langit dan tanah kembali seperti semula, itulah kisah sejarah=Sentume Sepuri “kebanjiran sampai ke langit dan Balian”
 
Setelah air surut,perahu orang Luangan bersandar di beberapa tempat, yang ada buktinya perahu kepunyaan orang Luangan ini di BAWO KINSO atau di hulu sungai TABALONG KIWA. Orang-orang Luangan pada waktu itu ada juga yang memakai PARING BATUNG TEMIANG yang tertinggal di Gunung LANSI di daerah KOTAM kecamatan POTANGKEP TUTUI.
 
Kemudian 4 orang saudara tersebut membentuk 8 buah kampung, selalu menuturkan kisah diatas secara lisan disalurkan terus menerus, sambung menyambung dari mulut ke mulut. Dan mulai hidup berkelompok serta melakukan kegiatan beramal atau beribadat di TANJUNG RUANG DATAI LINO. Mereka berkembang sehingga memiliki banyak corak dan ragam sampai berakhirnya riwayat daerah itu.
 
Kemudian tumbuh kelompok masyarakat di daerah terusan BENTAS BULAU (Dusun Tengah-Ampah), mereka kembali melakukan kegiatan
 
beramal atau beribadat dan membangun Langgar Tuyo Amal agama Hindu Keharingan Luangan. Kegiatan mereka dipimpin oleh yang bernama Kakah Tena selaku penyambung dan penyalur dari nama Mangendang, dikarenakan sesuatu hal menimpa masyarakat
 
ini maka pindahlah mereka ke daerah SARAP RUANG di lembah Gunung Kesali. Di situlah mereka kembali melakukan kegiatan
 
beramal dan beribadat. Kepemimpinan dari Kakah Tena diteruskan oleh keturunannya, seorang perempuan bernama Nerin Bulau. Kelompok masyarakat ini berakhir riwayatnya di LIANG AYAH (Dusun Tengah-Ampah).
 
Kemudian penerus Kakah Tena membangun kembali kelompok masyarakatnya serta kegiatan beramal dan beribadat, ditumbuhlah di
 
daerah Kalimantan Timur, di wilayah sungai Kenesi. Kelompok masyarakat ini dipimpin oleh Temanggung Mangunsi pada masa raja-raja/sultan-sultan, sampai berakhir riwayatnya di daerah KENESI.
 
Kemudian tumbuh lagi di daerah LOPO (wilayah Barito Utara-sungai Muara Teweh), kelompok masyarakat penyambung dari Temanggung
 
Mangunsi. Mereka dipimpin oleh Ma Nampui sebagai pelaksana Tuyo Amal agama Hindu Keharingan Luangan. Sampai berakhir riwayatnya di daerah ini.
 
Kemudian tumbuh lagi di daerah MUARA UON anak sungai LUANG (daerah Gunung Purei) yang dipimpin oleh Mayan dengan nama gelar
 
Ma Asin....
 
Kemudian tumbuh lagi di daerah TURAN REKET (Dusun Tengah-desa Rodok) dipimpin oleh Lena dengan nama gelar Ma Belusuh di sungai
 
Gerunggung, anak sungai Tuyau Lelai Ue.....
 
Kemudian tumbuh lagi di daerah TUYAU (anak desa Rodok) dipimpin oleh Rintis dengan nama gelar Ma Kea........
 
Kemudian tumbuh lagi di daerah MISIM BENIAN (Dambung Doroi-Dusun Tengah-Ampah) dipimpin oleh Jamban dengan nama gelar Ma Tajur.......
 
Kemudian tumbuh lagi di desa Rodok dipimpin oleh Reras bin Isal.
 
'''4.SEJARAH KEPERCAYAAN KEHARINGAN LUANGAN'''
 
Sejarah Daerah REGAN TATAU MENTELEDOK LOYANG DANUM
Baris 223 ⟶ 171:
Daerah ini terdapat perantaraan KEPALA SUNGAI TALAKE, anak sungai PASIR dan dekat kepala sungai TOYEP anak sungai TABALONG KIWA, serta PEDUSUNAN ini boleh yang terbesar pada jamannya, sebelum adanya RAJA.
 
Dengan adanya adat/kepercayaan ini bagi pihak SUKU KEHARINGAN LUANGAN/LAWANGAN penganut AGAMA .KAHARINGAN Masingmasing-masing dipegang oleh:
Dikarenakan tempatnya sangat luas maka dengan sendirinya penduduknya menjadi banyak, serta adat dan kepercayaan bercorak ragam, sesuai kepercayaan masing-masing.
 
Dengan adanya adat/kepercayaan ini bagi pihak SUKU KEHARINGAN LUANGAN . Masing-masing dipegang oleh:
 
a.Adat Istiadat, awalnya dipegang oleh SERUNAI SOONG BUEN (seorang laki-laki) lalu diteruskan oleh KAKAH MANGBULU
Baris 233 ⟶ 179:
Kepercayaan ini tetap dijalankan sesuai dengan perintah dari LEWIN LANGIT semenjak mereka berpisah dengan LEWIN TANA.
 
Semenjak adanya Pedusunan REGAN TATAU inilah maka timbul HUKUM, ADAT dan AMAL KEPERCAYAANAGAMA yang dibentuk dan diterapkan untuk mengurus segala Hukum dan Adat.
 
Diangkatlah Mantir-Mantir (Penghulu atau Rohaniawan) untuk meneliti dan memperhatikan keadaan di dalam kampungnya supaya menangani:
 
kampungnya supaya menangani:
 
a. Soal adat dan hukum perihal Perkawinan
Baris 247 ⟶ 191:
Turunan sejarah
 
[[Belian Bawo]] terdapat dari, yang diteruskan oleh laki-laki yakni dari nama NALAU
 
bergelar MA SUMPING NGOYAU BAWO sedangkan belian perempuan SENSI NE SENSAN.
Baris 253 ⟶ 197:
Diteruskan oleh muridnya bernama TOJE TAMUN TELEW.
 
KepercayaanAGAMA Hindu KeharinganKaharingan Luangan dibawakan oleh DATU SONGKONG yang bergelar APAR BULAU ULING LANGIT. Sesuai dengan perintah LEWIN LANGIT sejak perpisahan mereka setelah terjadinya langit dan bumi, semenjak itu DATU PUTI SONGKONG meneruskan ajaran-ajaran kepercayaan Hindu Keharingan Luangan dan selanjutnya ajaran kepercayaan ini diteruskan oleh AYUS, INTONG dan TIA PELULE.
 
Memperhatikan bahwa pedusunan REGAN TATAU telah maju lalu mereka membawa ajaran dan kepercayaannya ke daerah KAYUNTANGI oleh AYUS, INTONG dan TIA PELULE beserta rombongannya. Kemudian mereka mengadakan pembangunan dan langgar amalnya.
Baris 263 ⟶ 207:
Selama melakukan perjalanan, sering mengalami masalah yakni telah delapan kali mengganti dan memotong tiang layarnya. Makin jauh perjalanan makin sempit jarak antara langit dan permukaan air laut, ternyata sampailah Kakah Ukop pada suatu daratan dimana terlihat olehnya jejeran Tihang Langit dan melintanglah Pinggir Dunia. Dalam bahasa Luangan: PALIT JEREJEK LANGIT-PETENG BENTURAN TANA.
 
Kakah Ukop dalam perjalanannya ditemani oleh saudara kandungnya yakni adiknya. Karena kuasa Sang Kuasa ALLAH TA'ALLALatalla maka naiklah Kakah Ukop ke daratan tapi adiknya tetap tinggal dalam Benawa. Nama adik Kakah Ukop adalah si USING.
 
Tetapi sial bagi Kakah Ukop ketika dia membatalkan niatnya untuk naik kedaratan lalu memanggil adiknya akan tetapi yang dipanggil tidak menyahut maka menolehlah Kakah Ukop kebelakang Benawa ternyata adiknya tidak berada ditempat.
Baris 269 ⟶ 213:
Menolehlah dia keatas, ternyata adiknya sedang bermain-main dengan orang-orang disebelah tihang-tihang. Lalu Kakah ukop mengambil tindakan untuk naik kedaratan agar dapat mengambil dan meminta adiknya.
 
Karena kekuasaan Yang Maha Kuasa Allah Ta’allaLatalla maka adiknya diserahkan kepada orang yang ada disebelah tihang langit tadi, ternyata adiknya sudah tidak bergerak dan bernapas.
 
Kakah Ukop bangkit amarahnya dan mohon adiknya dikembalikannya, maka setelah diterima oleh orang dari sebelah ternyata bisa lagi bermain dan hidup seperti semula.
Baris 291 ⟶ 235:
Itulah sejarah dan kisahnya, tamatlah riwayat Kakah Ukop.
 
'''54.SEJARAH AYUS, INTONG, TIA PELULE'''
 
Ketiga orang tersebut telah bertempat tinggal di Kayun Tangi bersama rombongan lainnya. Kemudian mendirikan bangunan, bangunan yang dimaksud ialah tempat ibadah beserta ketentuannya.
Baris 315 ⟶ 259:
Walau ketiga orang itu hidup terpisah, tetapi terpisah dengan baik dan hormat. Berdasarkan itu
 
sekarang tinggal nama AYUS dan INTONG yang berangkat meninggalkan kampung KAYUN TANGI mudik mensiwah ine menuju ke daerah LENDOK OLENG LUTUNG yaitu yang dikatakan PASAR ARBA BENUA LAWAS dan juga yang dikatakan KAYUN TANGI yaitu BANJARMASIN. Setelah Ayus dan Intong sampai di Lendok Oleng Lutung. Mereka berdua banyak melakukan pembangunan atau bermufakat untuk mengadakan tempat ibadah untuk tempat beramal. Dikarenakan pembangunan tempat ibadah mengalami sedikit keterlambatan maka masyarakat setempat terpaksa pergi beribadah ke tempat lain. Kalau tidak disebabkan hal itu pilihan masyarakat ke Pasar Arba Benua Lawas saja. Lama kelamaan masyarakat tersebut mengatur amal dan ibadahnya di Lendok Oleng Lutung.
 
Lama kelamaan masyarakat tersebut mengatur amal dan ibadahnya di Lendok Oleng Lutung. Lalu berkatalah si Intong kepada saudaranya si Ayus, kata si Intong "Saya mau mengikuti adik kita si Tia Pelule karena menurut berita dia sudah memeluk Islam, saya mau menemui dia dan saya mau pergi haji ke Mekah Medinah menuruti si Tia Pelule". Setelah si Intong berangkat ke Mekah Medinah maka selamatlah dia di dalam perjalanan dan masyarakat tersebut mengikuti jejaknya untuk pergi haji. Setelah pulang dari Mekah Medinah, sampailah dia di daerah Kayun Ganji. Pada waktu perjalanan si Intong ke Kayun Ganji, kapal yang ditumpanginya terbalik diisap oleh pohon Kayun Ganji hanya satu orang yang selamat dan hidup yaitu si Intong. Sadar bahwa hanya dia yang selamat, segeralah dia naik keatas pohon Kayun Ganji. Sesampainya diatas pohon dilihatnya ada seekor burung, yang bernama MANUK BALANG BULAU atau Burung Garuda. Lalu pikir si Intong lebih baik saya berpegang di taji Manuk Balang Bulau ini, biarlah ke mana saja ini nanti sampainya dibawa terbang oelh burung itu. Tidak lama kemudian Manuk Balang Bulau ini terbang. Sekian lamanya burung garuda ini terbang turunlah di daerah PADANG MELUKA. Si Manuk Balang Bulau tadi turun disitu dan memangsa seekor lembu lalu dengan sigap si Intong turun dari taji burung garuda ini ke daratan. Berjalanlah dia menyusuri Padang Meluka .Karena si Intong belum tahu arah tujuannya sehingga di dalam perjalanan dia menemukan sungai, sungai itu airnya yang sebelah agak keruh dan yang sebelah lagi agak jernih.
 
"Oh si Intong selalu berkata di dalam hatinya, apakah ini yang diceritakan oleh orang-orang tua dahulu yang dimaksud dengan sungai SEREMALIK?". Menurut cerita bila air sungai ini disentuh dengan jari maka jarinya dapat berubah menjadi batu. Dicobalah oleh si Intong menyentuh air sungai itu dengan jarinya pada bagian air yang keruh maka langsung jari si Intong membeku menjadi batu.
 
Lalu dia meneruskan perjalanannya. Di dalam perjalannya sampailah dia pada sebuah kampung, yang bernama kampung TERANTANG BINI.
 
Setiap laki-laki yang memasuki kampung itu selalu lekas mati karena dikeroyok oleh kaum perempuan penduduk kampung ini. Maka si Intong langsung menemui pimpinan kampung ini, singkat cerita si Intong menikah dengan pimpinan kampung ini. Dengan memakai keahlian yang dia miliki (jari telunjuk kirinya yang telah berubah menjadi batu tersebut). Selamatlah si Intong dalam menjalani perkawinannya. Dan segala hal yang dapat mematikan bagi kaum laki-laki di kampung ini, sejak itu amanlah kampung Terantang Bini. Si Intong beralih namanya menjadi HAJI BATU. Dan kampung Teratang Bini pun berubah namanya menjadi ARPAH. Si Intong menjadi pimpinan di daerah Arpah. Maka tamatlah riwayat si Intong.
 
'''64.SEJARAH BERITUN TUNJUNG, MUDA LAYUNG MUDA DAHUR, MUDA LAYANG'''
 
Orang orang tersebut oleh karena merasa sudah terlalu banyak penduduk, corak juga ragamnya maka langgar di Pasar Arba Benua Lawas diserahkan kepada penduduk setempat. Dan orang orang tersebut langsung mudik mensiwak ine beserta rombongan, yaitu yang dikatakan sungai Barito. Setelah sampai dimuara sungai Mensiwak Anak atau yang dikatakan sekarang Muara Teweh. Maka setelah sampai disitu orang-orang tersebut berpindah. Muda Dahur dan Muda Layung yang selanjutnya menuju ketempat orang yang bernama UDANG JAWA.