Sadruddin al-Qunawi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 24:
Sedikit yang diketahui tentang kehidupan pribadi Qūnawi. Ayahnya, Majduddīn, adalah keturunan Persia yang menetap di Konya. Dalam biografi kaum intelektual Konya, Aflākī menggambarkan komunitas mistik dan cendekiawan yang erat di Konya. Migrasi yang tak henti-hentinya ke Anatolia telah membuat kota yang berada di perbatasan antara Turki dan Persia ini memiliki karakter kosmopolitan yang menonjol dan mengundang setiap pencari ilmu—Muslim, Yunani, dan Armenia—untuk datang.<ref>{{Cite book|last=Aflākī|first=Cl. Huart|title=Les saints des derviches tourneurs. Récits traduits du persan et annotés I.|location=Paris|publisher=Ernest Leroux|publication-date=1918}}</ref>
 
Dalam masa-masa inilah ayah al-Qūnawī,<ref>{{Cite book|last=Claude Addas|title=Ibn 'Arabī ou La quête du Soufre Rouge|location=Paris|publisher=Editions Gallimard|publication-date=1989}}</ref>Majduddīn Isḥāq, memulai karirnya sebagai negarawan dan penasihat kerajaan Seljuk Rum. Pada saat yang sama, dalam suatu ibadah haji, Majduddīn bertemu Muḥyiddīn Ibnu 'Arabī, yang kemudian menjadi teman sekaligus guru spiritualnya. Saat Majduddīn wafat, berbagai sumber Arab dan Persia mengatakan bahwaIbnubahwa Ibnu Arabi menikahi ibunya dan mengambil al-Qunawi sebagai anak angkatnya.<ref>{{Cite book|last=Al-Qārī al-Baghdādī|title=Al-Durr al-thamīn fī manāqib Muḥyī al-Dīn Ibn 'Arabī|location=Beirut|publication-date=1959}}</ref><ref name="EIS">W.C. Chittick, "Sadr al-Din Muhammad b. Ishak b. Muhammad b. Yunus al-Kunawi", Encyclopaedia of Islam. Edited by: P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel and W.P. Heinrichs. Brill, 2007. Brill Online.</ref><ref name=":0">{{Cite book|last=Addas|first=Claude|date=2018. ©|url=https://www.worldcat.org/oclc/1063683220|title=Ibn Arabi : the voyage of no return|location=Cambridge, U.K.|isbn=978-1-911141-40-2|edition=Second edition|oclc=1063683220}}</ref>
 
Salah satu penggalan kisah hidupnya tercatat ketika Rumi, yang baru pindah ke Konya, dibawa ayahnya untuk menemui al-Qunawi. Pada saat itu al-Qunawi menitipkan Matsnawi (bentuk puisi Persia) kepada Rumi muda, dan meramalkannya akan menjadi orang yang dikenal.