Aksara Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Perbaikan minor (via JWB)
Knight9020 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 16:
|sample_desc= Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.
|altname={{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮊᮥ}}|caption=Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.}}
'''Aksara Sunda Baku''' ({{Sund|ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮘᮊᮥ}}) adalahialah [[sistem penulisan]] hasilyang penyesuaiandigunakan untuk menuliskan [[AksaraBahasa Sunda Kuno]] yangkontemporer, digunakanianya untukmerupakan menuliskanhasil penyesuaian [[BahasaAksara Sunda Kuno]] kontemporer. Saat ini Aksara Sunda Baku juga lazim disebut dengan istilahsebutan '''Aksara Sunda'''.
 
== Sejarah ==
Baris 29:
== Penggunaan ==
[[Berkas:Street name sign in Bogor uses Roman and Sundanese script.jpg|jmpl|Sebuah papan nama jalan di Kota Bogor yang menggunakan dua aksara dalam tampilan tulisannya (Latin dan Sunda).|al=|kiri]]
Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan di kepada khalayak umum antara lain melalui beberapa acara kebudayaan daerah yang diadakandiselenggarakan di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan nama [[Museum Sri Baduga]], Kampus Yayasan Atikan Sunda dan Kantor Dinas Pariwisata Daerah Kota Bandung. Langkah lain juga diambil oleh Pemerintah Daerah [[Kota Tasikmalaya]] yang menggunakan Aksara Sunda Baku pada papan nama jalan-jalan utama di kota tersebut.[[Berkas:Aksara-sunda-disbudpar-jabar.jpg|jmpl|Papan nama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat menggunakan aksara Sunda dan Latin]]Namun, setidaknya hingga akhir tahun 2008 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat belum juga mewajibkan para siswa untuk mempelajari Aksara Sunda Baku sebagaimana para siswa tersebut diwajibkan untuk mempelajari bahasa Sunda. Langkah memperkenalkan aksara daerah mungkin akan dapat lebih mencapai sasaran jika Aksara Sunda Baku dipelajari bersamaan dengan bahasa Sunda. Dinas Pendidikan Nasional [[Provinsi Lampung]] dan [[Provinsi Jawa Tengah]] telah jauh-jauh hari menyadari hal ini dengan mewajibkan para siswa Sekolah Dasar yang mempelajari bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.
 
Hampir seluruh papan nama jalan di [[Kota Bogor]] dan [[Kota Bandung]] juga menggunakan bahasa Sunda dengan aksara Sunda baku di bawah nama dalam bahasa Indonesia/alfabet Latin.<ref>{{Cite web|url=http://poskotanews.com/2012/11/13/nama-jalan-di-bogor-ditulis-dengan-aksara-sunda/|title=Nama Jalan di Bogor Ditulis Dengan Aksara Sunda|date=2012-11-13|website=Poskota News|language=en|access-date=2019-07-14|archive-date=2019-07-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20190714125949/http://poskotanews.com/2012/11/13/nama-jalan-di-bogor-ditulis-dengan-aksara-sunda/|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/terkait-papan-nama-jalan-beraksara-sunda-dbmp-punya-dua-opsi|title=Terkait Papan Nama Jalan Beraksara Sunda, DBMP Punya Dua Opsi|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-07-14|last=dra}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://jabar.tribunnews.com/2016/01/26/sukarno-jadi-soekaarano-satu-contoh-salah-papan-nama-jalan-beraksara-sunda|title=Sukarno Jadi Soekaarano, Satu Contoh Salah Papan Nama Jalan Beraksara Sunda|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2019-07-14|last=Abdussalam|first=Muhamad Syarif}}</ref>
Baris 36:
 
== Tipologi ==
Aksara Sunda Baku terdiri dari 32 aksara dasar, yaitu 7 ''aksara swara'' (aksara vokal mandiri): ''a, é, i, o, u, e,'' dan ''eu'', dan 23 ''aksara ngalagénangalagena'' (konsonan berbunyi a): ''ka-ga-nga'', ''ca-ja-nya'', ''ta-da-na'', ''pa-ba-ma'', ''ya-ra-la'', ''wa-sa-ha'', ''fa-va-qa-xa-za''.
 
Lima aksara ''ngalagena'' tambahan ditambahkandimunculkan untuk merekam perkembangan bahasa Sunda, termasuk penyerapan kata-kata dari bahasa asing. WalauWalaupun begitudemikian, bentukan aksara tambahan ini bukanlahbukan bentukmerupakan kreasi baru, melainkan dihasilkan melalui proses modifikasi dari aksara yang telah ada sebelumnya. ContohnyaSebagai contoh: aksara ''"fa"'' dan "''va''" adalahmerupakan modifikasi dari aksara ''pa'', kemudian aksara "''qa"'' dan "''xa"'' adalahmerupakan modifikasi dari aksara ''ka'', dan aksara "''za"'' adalahmerupakan modifikasi dari aksara ''ja''.
 
AdaSelain itu terdapat pula 2 (dua) aksara tambahan, yakni "''kha"'' dan ''"sya",'' yang digunakan untuk menulis ⟨خ⟩ dan ⟨ش⟩ kata serapan dari Arab.
 
Ada pula ''rarangkén'' yang fungsinya untuk mengubah, menghapusmenghilangkan, atau menambah bunyi pada aksara dasar. Tiga belas ''rarangkén'' menurut posisiposisinya bisadapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok(tiga) yaitu: (1) lima ''rarangkén'' di atas huruf, (2) tiga ''rarangkén'' di bawah huruf, dan (3) lima ''rarangkén'' sejajar dengan huruf. TambahanUntuk lainnyamenuliskan angka, aksara ini memiliki 10 angka dasar (dari 0 sampai 9).
 
Dilihat dari tampilan, huruf ''ngalagena'' termasuk ''rarangkén'' memiliki sudut 45°–75°. Umumnya, rasio dimensi huruf (tinggi:lebar) adalah 4:4, kecuali untuk huruf ''ngalagena'' ''ra'' (4:3), ''ba'' dan ''nya'' (4:6), dan ''aksara swara'' ''i'' (4:3). ''Rarangkén'' memiliki rasio dimensi 2:2, kecuali untuk ''panyecek'' (1:1), ''panglayar'' (4:2), ''panyakra'' (2:4), ''pamaéh'' (4:2) dan ''pamingkal'' (2:4 sisi bawah, 3:2 sisi kanan). Angka memiliki rasio dimensi 4:4, kecuali untuk angka ''4'' dan ''5'' (4:3).
Baris 54:
|}
 
=== ''Aksara NgalagénaNgalagena'' ===
[[Berkas:Sundanese-consonants.svg|jmpl|341x341px|Representasi grafis]]
 
'''''Aksara ngalagénangalagena'' untuk bahasa Sunda'''
 
{| class=wikitable
Baris 126:
|}
 
'''''Aksara ngalagénangalagena'' untuk kata serapan'''
 
{| class="wikitable" style="text-align:center" border="1"
Baris 265:
=== Tanda baca ===
 
Pada masa sekarang tanda baca aksara Sunda menggunakan tanda baca Latin. Contohnya: koma, titik, titik koma, titik dua, tanda seru, tanda tanya, tanda kutip, tanda kurung, tanda kurung siku, dsb. Walau begitu, dulunya aksara Sunda kuno memiliki tanda bacanya sendiri. ''Bindu surya'' 〈{{Sund|᳀}}〉 yang menggambarkan matahari digunakan pada 〈{{Sund|᳆᳀᳆}}〉, untuk menandakan naskah tersebut bernilai religius. ''Bindu panglong'' 〈{{Sund|᳁}}〉 yang menggambarkan bulan separuh digunakan pada 〈{{Sund|᳆᳁}}〉 dengan maksud yang sama. Tanda baca lain yang digunakan untuk menandai naskah liturgi adalah 〈{{Sund|᳇᳇}}〉. ''Bindu purnama'' 〈{{Sund|᳂}}〉 yang menggambarkan bulan purnama digunakan pada 〈{{Sund|᳅᳂᳅}}〉untuk menandai naskah sejarah. ''Bindu surya'' kadang digunakan sebagai pengganti titik; dalam beberapa kasus, ''bindu purnama'' digunakan sebagai pengganti koma. Ketika ''binduBindu surya'' tidak digunakan sebagai tanda titik, ''binduBindu cakra'' 〈{{Sund|᳃}}〉 yang menggambarkan roda digunakan bersamaan dengan ''binduBindu purnama'' sebagai tanda koma.
 
Tanda baca lainnya antara lain 〈{{Sund|᳆}}〉, 〈{{Sund|᳅}}〉, dan 〈{{Sund|᳇}}〉 (''da satanga, ka satanga,'' dan ''ba satanga''). Untuk ini dapat ditambahkan ''leu satanga'' 〈{{Sund|᳄}}〉, yang artinya tidak jelas. Demikian juga, itu berasal sebagai suku kata "dihiasi" ''leu'' 〈{{Sund|ᮼ}}〉, yang kuno.<ref>EVERSON, Michael. Proposal for encoding additional Sundanese characters for Old Sundanese in the UCS. Available at [http://std.dkuug.dk/jtc1/sc2/wg2/docs/n3666.pdf here]. September 5th, 2009.</ref>
Baris 271:
=== Penggunaan ''pasangan'' ===
 
Kata-kata atau kalimat sederhana dapat ditulis secara langsung, misalnya dengan mengatur huruf ngalagénangalagena yang mewakili suara. Namun, dengan kata tertentu, konsonan majemuk dapat ditemukan. Kemudian, dua cara penulisan dapat digunakan: (1) menggunakan ''pamaéh'', atau (2) menggunakan ''pasangan''.
 
Penggunaan ''pamaéh'' adalah salah satu cara untuk menulis aksara Sunda pada tahap dasar. Cara lain, ''pasangan'', biasanya digunakan untuk menghindari penggunaan pamaéh di tengah kata-kata, serta untuk menghemat ruang menulis. Pasangan dibuat dengan menyambungkan huruf ''ngalagénangalagena'' kedua ke huruf yang pertama, sehingga menghilangkan vokal /a/ dari ''ngalagénangalagena'' pertama.
 
== Unicode ==