Nuruddin al-Raniri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 64:
 
== Peranan di Aceh ==
Ar-Raniri berperan penting saat berhasil memimpin [[ulama]] Aceh menghancurkan ajaran tasawuf falsafinya [[Hamzah al-Fansuri]] yang dikhawatirkan dapat merusak [[akidah]] umat Islam awam terutama yang baru memeluknya.{{Bio muslim butuh rujukan}} Tasawuf falsafi berasal dari ajaran [[Al-Hallaj]], [[Ibn 'Arabi]], dan [[Suhrawardi]], yang khas dengan [[doktrin]] [[Wihdatul Wujud]] (Menyatunya Kewujudan) di mana sewaktu dalam keadaan ''sukr'' ('mabuk' dalam kecintaan kepada Allah Ta'ala) dan ''fana' fi''llah ('hilang' bersama Allah), seseorang wali itu mungkin mengeluarkan kata-kata yang lahiriahnya sesat atau menyimpang dari syariat Islam.{{Bio muslim butuh rujukan}}
 
Maka oleh mereka yang tidak mengerti hakikat ucapan-ucapan tersebut, dapat membahayakan akidah dan menimbulkan fitnah pada masyarakat Islam. Karena individu-individu tersebut ''syuhud'' ('menyaksikan') hanya Allah sedang semua ciptaan termasuk dirinya sendiri tidak wujud dan kelihatan.{{Bio muslim butuh rujukan}} Maka dikatakan wahdatul wujud karena yang wajib wujudnya itu hanyalah Allah Ta'ala sedang para makhluk tidak berkewajiban untuk wujud tanpa kehendak Allah.{{Bio muslim butuh rujukan}} Sama seperti bayang-bayang pada pewayangan kulit.{{Bio muslim butuh rujukan}}
Baris 76:
Tasawuf falsafi diperkenalkan di Nusantara oleh Fansuri dan Syekh [[Siti Jenar]].{{Bio muslim butuh rujukan}} Syekh Siti Jenar kemudian dieksekusi mati oleh dewan wali ([[Wali Songo]]). Ini adalah hukuman yang disepakati bagi pelanggaran syariat, manakala hakikatnya hanya Allah yang dapat maha mengetahui.{{Bio muslim butuh rujukan}}
 
Al-Hallaj setelah dipancung lehernya, badannya masih dapat bergerak, dan lidahnya masih dapat [[berzikir]]. Darahnya pula mengalir mengeja asma Allah—ini semua karamah untuk mempertahankan namanya.{{Bio muslim butuh rujukan}}
 
Di [[Jawa]], [[tasawuf falsafi]] bersinkretisme dengan [[aliran kebatinan]] dalam ajaran [[Hindu]] dan [[Budha]] sehingga menghasilkan ajaran kejawen.{{Bio muslim butuh rujukan}}
 
[[Ronggowarsito]] (Bapak Kebatinan Indonesia) dianggap sebagai penerus Siti Jenar. Karya-karyanya, seperti Suluk Jiwa, Serat Pamoring Kawula Gusti, Suluk Lukma Lelana, dan Serat Hidayat Jati, sering diaku-aku Ronggowarsito berdasarkan kitab dan sunnah.{{Bio muslim butuh rujukan}} Namun banyak terdapat kesalahan tafsir dan transformasi pemikiran dalam karya-karyanya itu.{{Bio muslim butuh rujukan}} Ronggowarsito hanya mengandalkan terjemahan buku-buku tasawuf dari bahasa Jawa dan tidak melakukan perbandingan dengan naskah asli bahasa Arab.{{Bio muslim butuh rujukan}} Tanpa referensi kepada kitab-kitab Arab yang ditulis oleh ulama ahli [[syariat]] dan [[hakikat]] yang mu'tabar seperti [[Syeikh Abdul Qadir Jailani]] dan [[Ibn 'Arabi]], maka ini adalah sangat berbahaya.{{Bio muslim butuh rujukan}}
 
Ar-Raniri dikatakan pulang kembali ke India setelah dia dikalahkan oleh dua orang murid Hamzah Fansuri pada suatu perdebatan umum. Ada riwayat mengatakan dia meninggal di [[India]].{{Bio muslim butuh rujukan}}