Raden Trunajaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kanzcech (bicara | kontrib)
koreksi ejaan; menambah pranala dalam
Kanzcech (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor
Baris 16:
Trunajaya dengan cepat berhasil membentuk laskar, yang berasal dari rakyat Madura yang tidak menyukai penjajahan Mataram. Pemberontakan Trunajaya diawali dengan penculikan Cakraningrat II, yang kemudian diasingkannya ke [[Sutojayan, Blitar|Lodoyo]], [[Kabupaten Blitar|Blitar]]. Tahun 1674 Trunojoyo berhasil merebut kekuasaan di Madura, dia memproklamirkan diri sebagai raja merdeka di Madura barat, dan merasa dirinya sejajar dengan penguasa Mataram. Pemberontakan ini diperkirakan mendapat dukungan dari rakyat Madura, karena Cakraningrat II dianggap telah mengabaikan pemerintahan.
 
Laskar Madura pimpinan TrunojoyoTrunajaya, kemudian juga bekerja sama dengan [[Karaeng Galesong]], pemimpin kelompok pelarian warga [[Makassar]] pendukung [[Sultan Hasanuddin]] yang telah dikalahkan VOC. Kelompok tersebut berpusat di Demung, [[Panarukan, Situbondo|Panarukan]]. Mereka setuju untuk mendukung TrunojoyoTrunajaya memerangi Amangkurat I dan Mataram yang bekerja sama dengan VOC. TrunojoyoTrunajaya bahkan mengawinkan putrinya dengan putra Karaeng Galesong untuk mempererat hubungan mereka. Selain itu, TrunojoyoTrunajaya juga mendapat dukungan dari Panembahan Giri dari Surabaya yang juga tidak menyukai Amangkurat I karena tindakannya terhadap para ulama penentangnya.
 
Di bawah pimpinan TrunojoyoTrunajaya, pasukan gabungan orang-orang Madura, Makassar, dan Surabaya berhasil mendesak pasukan Amangkurat I. Kemenangan demi kemenangan atas pasukan Amangkurat I menimbulkan perselisihan antara TrunojoyoTrunajaya dan Adipati Anom. TrunojoyoTrunajaya diperkirakan tidak bersedia menyerahkan kepemimpinannya kepada Adipati Anom. Pasukan TrunojoyoTrunajaya bahkan berhasil mengalahkan pasukan Mataram di bawah pimpinan Adipati Anom yang berbalik mendukung ayahnya pada bulan Oktober 1676. Tanpa diduga, TrunojoyoTrunajaya berhasil menyerbu ibu kota Mataram, [[Keraton Plered|Plered]]. Amangkurat I terpaksa melarikan diri dari keratonnya dan berusaha menyingkir ke arah barat, akan tetapi kesehatannya mengalami penurunan. Setelah terdesak ke Wonoyoso, ia akhirnya meninggal di [[Kota Tegal|Tegal]] dan dimakamkan di suatu tempat yang bernama Tegal Arum. Oleh karena itu, Susuhunan Amangkurat I kemudian juga dikenal dengan julukan [[Sunan Tegal Arum]]. Adipati Anom dinobatkan menjadi [[Amangkurat II]], dan Mataram secara resmi menandatangani persekutuan dengan VOC untuk melawan Trunojoyo. Persekutuan ini dikenal dengan nama Perjanjian Jepara (September 1677) yang isinya Sultan Amangkurat II Raja Mataram harus menyerahkan pesisir Utara Jawa jika VOC membantu memenangkan terhadap [[pemberontakan Trunajaya]].
 
Trunajaya yang setelah kemenangannya bergelar ''Panembahan Maduretno'', kemudian mendirikan pemerintahannya sendiri. Saat itu hampir seluruh wilayah pesisir Jawa sudah jatuh ke tangan Trunajaya, meskipun wilayah pedalaman masih banyak yang setia kepada Mataram. VOC sendiri pernah mencoba menawarkan perdamaian, dan meminta Trunajaya agar datang secara pribadi ke benteng VOC di Danareja. Namun, Trunajaya menolak tawaran tersebut.
Baris 26:
Setelah usaha perdamaian tidak membawa hasil, VOC di bawah pimpinan [[Gubernur Jendral]] [[Cornelis Speelman]] akhirnya memusatkan kekuatannnya untuk menaklukkan perlawanan Trunajaya. Di laut, VOC mengerahkan pasukan [[Bugis]] di bawah pimpinan [[Aru Palakka]] dari [[Bone]] untuk mendukung peperangan laut melawan pasukan Karaeng Galesong; dan mengerahkan pasukan [[Maluku]] di bawah pimpinan [[Kapitan Jonker]] untuk melakukan serangan darat besar-besaran bersama pasukan Amangkurat II.
 
Pada April 1677, Speelman bersama pasukan VOC berangkat untuk menyerang [[Kota Surabaya|Surabaya]] dan berhasil menguasainya. Speelman yang memimpin pasukan gabungan berkekuatan sekitar 1.500 orang berhasil terus mendesak Trunajaya. Benteng Trunajaya sedikit demi sedikit dapat dikuasai oleh VOC. Akhirnya Trunajaya dapat dikepung, dan menyerah di lereng [[Gunung Kelud]] pada tanggal 27 Desember 1679 kepada Kapitan Jonker. Trunajaya kemudian diserahkan kepada Amangkurat II yang berada di Payak, Bantul. Pada 2 Januari 1680, Amangkurat II menghukum mati Trunajaya.
 
== Keadaan sesudahnya ==
Dengan padamnya pemberontakan Trunajaya, Amangkurat II memindahkan [[Keraton Plered]] yang sudah ambruk ke [[Keraton Kartasura|Kartasura]]. Mataram berutang biaya peperangan yang sedemikian besarnya kepada VOC, sehingga akhirnya kota-kota pelabuhan di pesisir utara Jawa diserahkan sebagai bayarannya kepada VOC. Cakraningrat II juga diangkat kembali oleh VOC sebagai penguasa di Madura. Sejak saat itu, VOC pun terlibat dalam penentuan suksesi dan kekuasaan di Madura dan Jawa.
 
== Referensi ==
Baris 43:
 
* {{Cite book|last=Hoëvell|first=W. R. V.|date=1849|url=https://books.google.co.id/books?id=u56o81YWqPIC&vq=amral&hl=id&pg=RA2-PA214#v=onepage&q&f=false|title=Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie͏̈|publisher=Becht|language=nl|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Ricklefs|first=M.C|date=2005|url=https://books.google.com.sb/books?id=D-Tka8Zv6qIC|title=Sejarah Indonesia Modern 1200-2004|publisher=Serambi|isbn=9791600120|url-status=live}}