Penalaran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Spuspita (bicara | kontrib)
Spuspita (bicara | kontrib)
Baris 8:
Secara umumnya penalaran menjadi dua kategori utama yakni penalaran induktif (induksi) dan penalaran deduktif (deduksi).<ref>{{cite journal|last=Weruin|first=Urbanus Ura|date=2017|title=Logika, Penalaran, dan Argumentasi Hukum|url=https://media.neliti.com/media/publications/196422-ID-logika-penalaran-dan-argumentasi-hukum.pdf|journal=Jurnal Konstitusi|volume=14|issue=2|pages=382|id=DOI: https://doi.org/10.31078/JK1427|accessdate=2021-12-01}}</ref>
 
=== Metode penalaran induktif ===
Metode [[penalaran induktif]] (induksi) adalah metode yang dipakai dalam berpikir dengan bertolak menjelaskan permasalahan-permasalahan (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) sifatnya khusus dalam menentukan kesimpulan yang sifatnya umum. Dalam penalaran ini, kesimpulan ditarik dari sekumpulan fakta peristiwa/pernyataan yang sifatnya umum. Paragraf induktif sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis. Pengembangan tersebut yakni paragraf [[generalisasi]], paragraf [[analogi]], paragraf [[sebab akibat]] bisa juga akibat sebab.
 
Contoh paragraf Induktif:
Baris 21:
:Dari ketiga pernyataan itu, maka dapat disimpulkan pada satu presisi yaitu "Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup".
=== Metode deduktif ===
Metode berpikir[[penalaran deduktif adalah Metode induktif]] (induksideduksi) adalah metode yang dipakai dalam berpikir yang menerapkan hal-hal yang sifatnya umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang sifatnya khusus.
 
Contoh: