Djong (kapal): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Surijeal (bicara | kontrib)
→‎Zaman pelayaran Eropa: Ki Demat > Kyai Demang
Baris 51:
Pada I-ch’ieh-ching yin-i, sebuah kamus yang disusun oleh Huei-lin sekitar 817 M, po disebutkan beberapa kali:<blockquote>"Ssu-ma Piao, dalam komentarnya pada Chuang Tzü, mengatakan bahwa kapal laut besar disebut dengan "po". Menurut Kuang Ya, Po adalah kapal pengarung samudera. Ia memiliki ''draft'' (kedalaman) 60 kaki (18 m).<ref group="catatan">Bisa jadi ada kesalahan terjemahan. Kapal dengan [[Draft|kedalaman]] seperti itu jelas tidak masuk akal. Ia bisa jadi merujuk pada tinggi lambung kapal, dari lunasnya sampai ke dek teratas. Pelliot mengusulkan agar ukuran itu diterjemahkan sebagai "enam atau tujuh kaki". Lihat Pelliot, Paul. "Quelques textes chinois concernant l'Indochine hindouisśe." 1925. In: ''Etudes Asiatiques, publiées à l'occasion du 25e anniversaire de l'EFEO''.- Paris: EFEO, II: 243-263. p. 258.</ref> Kapal ini cepat dan membawa 1000 orang beserta barang dagangannya. Kapal itu juga disebut k'un-lun-po.<br>Dengan kulit kayu pohon kelapa yang berserat, mereka membuat tali yang mengikat bagian-bagian kapal menjadi satu (...). Paku dan penjepit tidak digunakan, karena khawatir panasnya besi akan menimbulkan kebakaran. Kapal-kapal itu dibangun dengan memasang beberapa lapis papan samping, karena papan-papan itu tipis dan mereka khawatir akan patah. Panjangnya lebih dari 60 meter (...). Layar dikibarkan untuk memanfaatkan angin, dan kapal-kapal ini tidak dapat digerakkan oleh kekuatan manusia saja."<ref name=":2" />{{rp|262}}</blockquote>''Kuang'' ''Ya'' adalah kamus yang disusun oleh Chang I sekitar 230 M, sedangkan Ssu-ma Piao hidup dari sekitar tahun 240 hingga sekitar 305 M.<ref name=":11" />{{rp|348}}
 
Pada 1178, petugas bea cukai [[Guangzhou]] Zhou Qufei, menulis dalam ''Lingwai Daida'' tentang kapal-kapal negeri Selatan:<blockquote>"Kapal yang berlayar di laut Selatan ([[Laut China Selatan|laut Natuna Utara]]) dan Selatannya lagi ([[Samudra Hindia|Samudera Hindia]]) seperti rumah raksasa. Ketika layarnya mengembang mereka seperti awan besar di langit. [[Rudder|Kemudi]] mereka panjangnya mencapai puluhan kaki. Sebuah kapal dapat membawa beberapa ratus orang, dan bekal beras untuk setahun. Babi diberi makan di dalamnya dan [[Anggur (minuman)|''wine'']] difermentasikan saat berlayar. Tidak ada laporan dari orang yang masih hidup atau sudah meninggal, bahwa mereka tidak akan kembali ke daratan saat mereka sudah berlayar ke lautan yang biru. Saat fajar, ketika gong berdentum di kapal, hewan-hewan dapat minum, kru dan penumpang sama-sama melupakan segala bahaya. Bagi siapapun yang naik semuanya tersembunyi dan hilang dalam angkasa, gunung-gunung, daratan-daratan, dan negeri-negeri asing. Pemilik kapal dapat berkata "Untuk mencapai negeri-negeri tersebut, dengan angin yang menguntungkan, dalam beberapa hari, kita pasti melihat gunung-gunung, dan kapal ini harus disetir ke arahnya". Tapi jika angin melambat, dan tidak cukup kuat untuk dapat melihat gunung dalam waktu yang ditentukan; pada kasus itu baringan mungkin harus diubah. Dan kapalnya bisa berjalan jauh melewati daratan dan kehilangan posisinya. Angin kuat mungkin muncul, kapalnya dapat terbawa kesana dan kemari, mungkin dapat bertemu dengan beting atau terdorong ke atas batu-batu tersembunyi, maka itu mungkin dapat merusak sampai ke atap rumah di atas deknya. Sebuah kapal besar dengan kargo berat tidak perlu takut akan lautan yang berombak, tetapi di air dangkal ia justru bersedih."<ref name="needham volume 4 part 3 46422">Needham, Joseph (1971). ''[https://books.google.co.id/books?id=l6TVhvYLaEwC&pg=PA464&dq=#v=onepage&q&f=false Science and Civilisation in China: Volume 4, Physics and Physical Technology, Part 3, Civil Engineering and Nautics]''. Cambridge University Press. p. 464.</ref></blockquote>Kapal Borobudur telah memainkan peran besar dalam segenap urusan orang Jawa di bidang pelayaran, selama beratus-ratus tahun sebelum [[abad ke-13]]. Memasuki awal [[abad ke-8]], peran kapal Borobudur digeser oleh kapal kapal Jawa yang berukuran lebih besar, dengan tiga atau empat layar sebagai jong atau jung. Pelaut [[Portugis]] menyebut ''juncos'', pelaut [[Italia]] menyebut ''zonchi''. Istilah jung dipakai pertama kali dalam catatan perjalanan Rahib Odorico, John dari Marignolli, dan [[Ibn Battuta]]<ref>{{citation|publisher=Saudi Aramco world|title=IbnBatutaTravel|url=http://www.saudiaramcoworld.com/issue/200504/the.traveler.ibn.battuta.htm}}.</ref> yang berlayar ke [[Nusantara]], awal [[abad ke-14]] mereka memuji kehebatan kapal Jawa berukuran raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dengan pengerjaan kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.
 
=== Zaman Majapahit ===
Baris 66:
 
Fra Mauro dalam petanya menjelaskan bahwa sebuah jong berhasil mengitari Tanjung Harapan dan berlayar jauh ke [[Samudra Atlantik|Samudera Atlantik]], pada tahun 1420:
<blockquote>"Sekitar tahun 1420 M sebuah kapal, yang disebut zoncho India, pada saat melewati samudra Hindia menuju "Pulau Pria dan Wanita", dialihkan melewati "Tanjung Diab" (Ditunjukan sebagai Tanjung Harapan di peta), melewati "Kepulauan hijau" ("isole uerde", [[Cape Verde|Pulau Cabo Verde]]), ke "Lautan kegelapan" (Samudera Atlantik) ke arah Barat dan Barat daya. Tidak ada apa pun kecuali udara dan air yang terlihat selama 40 hari dan menurut perhitungan mereka, mereka berlayar sejauh 2.000 mil sampai keberuntungan meninggalkan mereka. Ketika cuaca mereda mereka kembali ke "Tanjung Diab" dalam 70 hari dan mendekati pantai untuk memenuhi perbekalan mereka, para pelaut melihat telur burung yang disebut [[ʿAnqā’|roc]], yang telurnya sebesar [[amphora]]." <br>- Tulisan di peta Fra Mauro, 10-A13<ref>Tulisan dari peta Fra Mauro, 10-A13, originalbahasa ItalianItalia aslinya: "Circa hi ani del Signor 1420 una naue ouer çoncho de india discorse per una trauersa per el mar de india a la uia de le isole de hi homeni e de le done de fuora dal cauo de diab e tra le isole uerde e le oscuritade a la uia de ponente e de garbin per 40 çornade, non trouando mai altro che aiere e aqua, e per suo arbitrio iscorse 2000 mia e declinata la fortuna i fece suo retorno in çorni 70 fina al sopradito cauo de diab. E acostandose la naue a le riue per suo bisogno, i marinari uedeno uno ouo de uno oselo nominato chrocho, el qual ouo era de la grandeça de una bota d'anfora." [http://geoweb.venezia.sbn.it/geoweb/Hsl/FraMauro/FMnumerico.html]{{dead link|date=December 2017 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref></blockquote>
 
Kapal Borobudur telah memainkan peran besar dalam segenap urusan orang Jawa di bidang pelayaran, selama beratus-ratus tahun sebelum [[abad ke-13]]. Memasuki awal [[abad ke-8]], peran kapal Borobudur digeser oleh kapal kapal Jawa yang berukuran lebih besar, dengan tiga atau empat layar sebagai Jung. Pelaut [[Portugis]] menyebut ''juncos'', pelaut [[Italia]] menyebut ''zonchi''. Istilah jung dipakai pertama kali dalam catatan perjalanan Rahib Odorico, John dari Marignolli, dan [[Ibn Battuta]]<ref>{{citation | publisher = Saudi Aramco world | title = IbnBatutaTravel | url = http://www.saudiaramcoworld.com/issue/200504/the.traveler.ibn.battuta.htm}}.</ref> yang berlayar ke [[Nusantara]], awal [[abad ke-14]] mereka memuji kehebatan kapal Jawa berukuran raksasa sebagai penguasa laut Asia Tenggara. Teknologi pembuatan Jung tak jauh berbeda dengan pengerjaan kapal Borobudur; seluruh badan kapal dibangun tanpa menggunakan paku.
 
=== Zaman pelayaran Eropa ===