Dursasana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
TXiKiBoT (bicara | kontrib)
k bot Menambah: su:Dursasana
Antapurwa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{TMH Infobox|
| Image = Dursasana.jpg
| Caption = Dursasana dalam versibentuk pewayangan[[wayang]] [[Jawa]] gaya [[Surakarta]]
| Nama = Dursasana
| Ejaan_Sansekerta = Dusśāsana (Dushasana)
Baris 7:
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
}}
'''Dursasana''' atau '''Duhsasana''' (ejaan [[bahasa Sansekerta|Sansekerta]]: ''Duśśāsana'') adalah nama seorang tokoh antagonis penting dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan adik nomor dua dari [[Duryodana]], salahpemimpin seorangpara [[Korawa]], yang cukup terkenal. Iaatau putra Prabu[[Raja]] [[Dretarasta]] dengan Dewi [[Gandari]]. BadannyaDursasana memiliki tubuh yang gagah, mulutnya lebar dan mempunyai sifat sombong, suka bertindak sewenang-wenang, menggoda wanita dan senang menghina orang lain. Ia mempunyai seorang istri bernama Dewi Saltani, dan berputra satu orang yakni [[Dursala]].
 
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Dursasana memiliki seorang istri bernama Dewi Saltani, dan seorang putra yang kesaktiannya melebihi dirinya, bernama [[Dursala]].
 
== Arti nama ==
 
Nama Dursasana''Duhsasana'' terdiri dari dua kata [[bahasa Sansekerta|Sansekerta]], yaitu ''dur'' atau ''duh'', dan ''śāsana''. Secara [[harfiah]], kata ''Dusśāsana'' memiliki arti "sulit untuk dikuasai" atau "sulit untuk diatasi".
 
== Kelahiran ==
 
Dursasana lahir dari kandungan [[Gandari]] dalam keadaan tidak wajar. Saat itu Gandari iri kepada [[Kunti]] istri [[Pandu]] yang telah melahirkan seorang putra bernama [[Yudistira]]. Gandari pun memukul-mukul kandungannya sehingga lahir segumpal daging berwarna keabu-abuan. Daging tersebut kemudian membelah diri sampai berjumlah seratus potongan.
Saat [[Gandari]] hamil dalam jangka panjang yang tidak wajar, ia memukul-mukul kandungannya dalam keadaan frustasi dan cemburu terhadap [[Kunti]], yang telah memberikan Pandu tiga orang putera. Atas tindakannya, Gandari melahirkan gumpalan daging berwarna keabu-abuan. Kemudian Gandari memuja [[Byasa]], seorang pertapa sakti, yang kemudian memberi berkah seratus orang anak kepada Gandari. Kemudian [[Byasa]] memotong gumpalan daging tersebut menjadi seratus bagian, dan memasukkannya ke dalam pot. Kemudian pot-pot tersebut ditanam di dalam tanah selama satu tahun. Setelah satu tahun, pot tersebut digali kembali. Yang pertama kali dikeluarkan dari pot tersebut adalah [[Duryodana]], diiringi oleh Dursasana, dan adik-adiknya yang lain.
 
[[Resi]] [[Wyasa]] datang menolong Gandari. Ia menanam daging-daging tersebut pada sebuah pot di dalam tanah. Setahun kemudian salah satu potongan daging berubah menjadi bayi yang diberi nama [[Duryodana]], bersamaan waktunya dengan kelahiran putra kedua Kunti yang bernama [[Bimasena]].
 
Beberapa waktu kemudian, ada satu lagi potongan daging putra Gandari yang berubah menjadi bayi, yang diberi nama Dursasana. Kemunculan Dursasana ini bersamaan dengan kelahiran [[Arjuna]], putra ketiga Kunti.
 
Daging-daging sisanya sebanyak 98 potongan kemudian menyusul berubah menjadi bayi normal, bersamaan dengan kelahiran [[Nakula]] dan [[Sahadewa]], putra kembar [[Madri]], istri kedua Pandu.
 
Sebanyak 100 orang putra Dretarsatra dan Gandari kemudian dikenal dengan sebutan [[Korawa]], sedangkan kelima putra Pandu disebut [[Pandawa]]. Meskipun bersaudara sepupu, namun Korawa selalu memusuhi Pandawa akibat hasutan paman mereka, yaitu [[Sangkuni]], saudara Gandari.
 
== Pelecehan Dropadi ==
[[Berkas:DraupadiDhusasa.jpg|right|240px|thumb|DursasanaDalam yangpermainan berwatak kasardadu, menarikDursasana kainmencoba yang dipakaimenelanjangi [[Dropadi]],. namunNamun kain tersebutyang dipakai putri itu hanya terulur-ulur terus dan taktiada habis-habis karenahabisnya mendapatberkat kekuatanbantuan gaib dari Sri [[Sri Kresna]]]]
{{main|Sabhaparwa}}
 
Kecemburuan para [[Korawa]] terhadap [[Pandawa]] semakin memuncak ketika kelima sepupu mereka itu berhasil membangun sebuah istana yang sangat indah bernama [[Indraprastha]]. Berkat bantuan licik [[Sangkuni]], para Korawa berhasil merebut Indraprastha melalui sebuah [[Sabhaparwa|permainan dadu]].
Saat [[Yudistira]] kalah main dadu dengan [[Duryodana]], [[Dropadi]] yang menjadi taruhannya jatuh ke tangan Duryodana. Duryodana mengutus pengawalnya untuk menjemput Dropadi, namun Dropadi menolak. Kemudian Duryodana mengutus adiknya sendiri, yaitu Dursasana. Dengan kasar ia datang ke kediaman Dropadi kemudian menjambak rambut Dropadi serta menyeretnya sampai di arena dadu, dimana suami beserta ipar-iparnya berkumpul. Kemudian Duryodana menyuruh [[Pandawa]] dan Dropadi untuk menanggalkan pakaian mereka sebab harta mereka sudah menjadi milik [[Duryodana]].
 
Saat [[Yudistira]] dan keempat adiknya kehilangan kemerdekaan, ia masih tetap dipaksa oleh [[Duryodana]] untuk mempertaruhkan [[Dropadi]]. Dropadi adalah putri [[Kerajaan Pancala]] yang dinikahi para Pandawa secara bersama-sama. Setelah Dropadi jatuh ke tangan Korawa, Duryodana pun menyuruh Dursasana untuk menyeret wanita itu dari kamarnya.
 
Dengan cara kasar, Dursasana menjambak Dropadi dan menyeretnya dari kamar menuju tempat perjudian. Duryodana kemudian memerintahkan agar Dursasana menelanjangi Dropadi di depan umum. Tidak seorang pun yang kuasa menolong Dropadi. Dalam keadaan tertekan, Dropadi berdoa memohon bantuan Tuhan. [[Sri Kresna]] pun mengirimkan bantuan gaib sehingga pakaian yang dikenakan Dropadi seolah-olah tidak ada habisnya, meskipun terus-menerus ditarik Dursasana. Akhirnya Dursasana sendiri yang jatuh kelelahan.
 
Setelah peristiwa itu, Dropadi bersumpah tidak akan menyanggul rambutnya sebelum keramas darah Dursasana, begitu juga [[Bimasena]] (Pandawa nomor dua) bersumpah akan memotong lengan Dursasana dan meminum darahnya.
 
== Kematian ==
 
Puncak permusuhan [[Pandawa]] dan [[Korawa]] meletus dalam sebuah [[perang di Kurukshetra|pertempuran besar]] di [[Kurukshetra]]. Pada hari keenam belas, Dursasana bertarung melawan [[Bimasena]]. Dalam perkelahian tersebut Bimasena berhasil menarik lengan Dursasana sampai putus, kemudian merobek dada dan meminum darah sepupunya itu.
 
Bimasena kemudian menyisakan segenggam darah Dursasana untuk diusapkannya ke rambut [[Dropadi]] yang menunggu di tenda. Dendam istri Pandawa itu pun terbayar sudah.
 
 
== Dursasana dalamVersi pewayangan Jawa ==
 
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Dursasana memiliki tempat tinggal bernama Kasatrian Banjarjunut. Istrinya bernama Dewi Saltani, yang darinya lahir seorang putra sakti bernama [[Dursala]]. Namun Dursala tewas sebelum meletusnya perang [[Baratayuda]] di tangan [[Gatotkaca]] putra [[Bimasena]].
 
Kisah kematian Dursasana dalam pewayangan lebih didramatisasi lagi. Dikisahkan setelah kematian putra [[Duryodana]] yang bernama Lesmana Mandrakumara pada hari ketiga belas, Dursasana diangkat sebagai [[putra mahkota]] yang baru. Namun Duryodana melarangnya ikut perang dan menyuruhnya pulang ke [[Hastinapura|Hastina]] dengan alasan menjaga Banowati, istrinya.
 
Banowati merasa risih atas kedatangan Dursasana. Ia menghina adik iparnya itu sebagai seorang pengecut yang takut mati. Dursasana ganti membongkar perselingkuhan Banowati dengan [[Arjuna]]. Ia menuduh Banowati sebagai mata-mata [[Pandawa]]. Buktinya, Banowati lebih menyesali kematian [[Abimanyu]] putra Arjuna daripada kematian Lesmana, anaknya sendiri.
 
Karena terus-menerus dihina sebagai pengecut, Dursasana pun kembali ke medan perang dan bertempur melawan [[Bimasena]]. Dalam perkelahian itu ia kalah dan melarikan diri bersembunyi di dalam sungai Cingcing Gumuling. Bima hendak mencebur namun dicegah [[Kresna]] (penasihat Pandawa) karena sungai itu telah diberi mantra oleh [[Resi]] [[Drona]]. Jika Pandawa mencebur ke dalamnya pasti akan bernasib sial.
[[Dropadi]] yang menolak untuk melepaskan pakaiannya, dipaksa oleh Dursasana. Dropadi memuja-muja Tuhan agar mendapatkan pertolongan. Kemudian [[Kresna]] muncul secara gaib (kasat mata) dan memberi keajaiban kepada pakaian Dropadi agar kain yang dikenakannya tidak habis-habis meski ditarik terus-menerus. Saat Dursasana menarik pakaian Dropadi dengan paksa, kain <i>sari</i> yang melilit di tubuhnya tidak habis-habis meski terus diulur-ulur. Akhirnya Dursasana merasa lelah dan pakaian Dropadi tidak berhasil dilepas.
 
Dursasana kembali ke daratan dan mengejek nama [[Pandu]]. Bima marah dan mengejar. Namun Dursasana kembali mencebur ke dalam sungai. Hal ini berlangsung selama berkali-kali. Sampai akhirnya muncul arwah dua orang tukang perahu bernama Tarka dan Sarka yang dulu dibunuh Dursasana sebagai tumbal kemenangan [[Korawa]].
Atas tindakan tersebut, [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] bersumpah bahwa kelak ia akan membunuh Dursasana, merobek dadanya, dan meminum darahnya.
 
Ketika Dursasana kembali ke daratan untuk mengejek nama Pandu sekali lagi, Tarka dan Sarka mulai beraksi. Ketika Dursasana hendak mencebur karena dikejar Bima, mereka pun menjegal kakinya sehingga Korawa nomor dua itu gagal mencapai sungai. Bima pun segera menjambak rambut Dursasana dan menyeretnya menjauhi sungai Cingcing Gumuling.
== Kematian ==
 
Melihat adiknya tersiksa, Duryodana muncul memohon agar Bima mengampuni Dursasana. Duryodana bahkan menjanjikan perang berakhir hari itu juga dengan Pandawa sebagai pemenang. Ia juga merelakan [[Hastinapura|Kerajaan Hastina]] dan [[Indraprastha]] asalkan Dursasana dibebaskan.
Dalam [[perang di Kurukshetra|pertempuran besar]] di [[Kurukshetra]], [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] membunuh Dursasana, merobek dadanya, dan meminum darahnya. Kemudian Bima membawa darah Dursasana kepada [[Dropadi]]. Dropadi mengoleskan darah tersebut pada rambutnya, sebagai tanda bahwa dendamnya terbalas. Kemattian Dursasana mengguncang perasaan [[Duryodana]]. Ia sangat sedih telah kehilangan saudaranya yang tercinta tersebut. Semenjak itu ia bersumpah akan membunuh Bima.
 
Bima mulai bimbang. Namun Kresna mendesaknya supaya Dursasana jangan diampuni. Menurutnya, Pandawa sudah jelas menang tanpa hatus membebaskan Dursasana. Kresna mengingatkan kembali kekejaman para Korawa membuat emosi Bima bangkit kembali. Bima pun menendang Duryodana hingga terpental jauh. Kemudian ia memutus kedua lengan Dursasana secara paksa.
== Dursasana dalam pewayangan Jawa ==
 
Dalam keadaan buntung, tubuh Dursasana dirobek-robek dan diminum darahnya sampai habis oleh Bima. Belum puas juga, Bima menghancurkan mayat Dursasana dalam potongan-potongan kecil.
Dursasana dikenal pula dalam khazanah [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]]. Misalkan menurut cerita pedalangan [[Yogyakarta]] ia tewas dalam kisah ''Bratayuda'' babak 5 lakon Timpalan / Burisrawa Gugur atau lakon Jambakan / Dursasana Gugur. Menurut tradisi Jawa ia berkediaman di wilayah Banjarjungut, peninggalan mertuanya.
 
Pada saat itulah [[Dropadi]] muncul diantarkan [[Yudistira]] untuk menagih darah Dursasana. Bima pun memeras kumis dan janggutnya yang masih basah oleh darah musuhnya itu dan diusapkannya ke rambut Dropadi.
Dalam kisah "Pandawa Dadu" (''[[Sabhaparwa]]''), [[Yudistira]] kalah bermain dadu sehingga kekayaan, keraton, saudara-saudara, dan istrinya telah berada dalam kekuasaan [[Korawa]] sebagai pembayaran taruhan. Dursasanalah yang paling bernafsu untuk menelanjangi [[Dropadi]] (istri [[Yudistira]]), sehingga Drupadi bersumpah akan menggulung rambutnya yang panjang jika telah keramas dengan darah dari Dursasana, begitu pula [[Bima (tokoh Mahabharata)|Bima]] bersumpah akan meminum darah Dursasana sebelum mati.
 
Setelah Korawa tertumpas habis, Kerajaan Hastina pun jatuh ke tangan para Pandawa. Bimasena menempati istana Dursasana, yaitu Banjarjunut sebagai tempat tinggalnya.
Dursasana tewas di tangan Bima dalam perang [[Bharatayuddha]].
 
== Lihat pula ==