Penaklukan Kepulauan Banda oleh Belanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 48:
 
=== Penaklukan Ay ===
[[Berkas:Pulau Ai - Benteng-Revenge (8706028779).jpg|thumb|right|Reruntuhan [[Fort der Wrake]] ("Benteng Pembalasan Dendam") yang dibangun VOC setelah penaklukan Pulau Ay]]
VOC tidak dapat menerima fakta bahwa orang Banda terus-menerus mengabaikan monopoli Belanda, sehingga dewan direksi perusahaan tersebut, [[Heeren XVII]], memutuskan pada tahun 1614 bahwa VOC harus menaklukkan seluruh Kepulauan Banda, bahkan jika hal tersebut akan mengakibatkan kehancuran penduduk asli dan kerugian finansial.{{sfn|Loth|1995|p=17}} Untuk mewujudkan rencana tersebut, [[Daftar Gubernur-Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]] [[Gerard Reynst]] memimpin pasukannya ke Banda Neira pada 21 Maret 1615, sebelum mereka menyerang Pulau Ay pada 14 Mei 1615. Pada mulanya mereka berhasil menguasai benteng-benteng orang Ay, tetapi prajurit Belanda terlalu dini dalam melakukan penjarahan.{{sfn|Molhuysen|Blok|1918|pp=1147–1148}} Inggris telah mundur ke Pulau Rhun, kembali menggalang kekuatan, kemudian melancarkan serangan kejutan pada malam yang sama yang berhasil menewaskan 200 prajurit Belanda.{{sfn|Burnett|2013|pp=124–129}} Reynst lalu memutuskan untuk mundur dari Pulau Ay. Ia berencana untuk terlebih dahulu menghentikan upaya Inggris untuk memperoleh cengkih di Ambon, dan menaklukkan Ay sesudahnya. Namun, ia meninggal akibat penyakit pada Desember 1615.{{sfn|Molhuysen|Blok|1918|pp=1147–1148}}
 
Baris 54:
<blockquote>Maka dari itu kami semua ingin mencapai kesepakatan dengan Raja Inggris, karena sekarang orang Belanda menggunakan segala cara untuk menjajah negeri kami dan menghancurkan agama kami dan karena itu kami semua di Kepulauan Banda sungguh sangat membenci rupa orang-orang Belanda ini, anak-anak sundal, karena mereka unggul dalam berbohong dan berbuat jahat dan ingin mengalahkan negeri semua orang dengan pengkhianatan... Jika Raja Inggris karena cintanya kepada kami bersedia untuk menjaga negeri dan agama kami dan akan membantu kami dengan mesiu dan peluru untuk meriam dan membantu kami merebut kembali Puri Neira, sehingga kami dapat berperang melawan Belanda, dengan pertolongan Allah kami akan menjual semua rempah-rempah yang dihasilkan tanah kami hanya kepada Raja Inggris.{{efn|Ini adalah terjemahan dari versi bahasa Inggris. Kutipan lengkapnya: "Therefore we all desire to come to an agreement with the kinge of England, because nowe the Hollanders doe practise by all meanes possible to conquer our Country and destroy our Religion by reason whereof all of us of the Islands of Banda do utterly hate the sight of theis Hollanders, sonnes of Whores, because they exceed in lying and villainy and desire to overcome all mens Country by Treachery... That if soe be the Kinge of England out of his love towards us will have a care of our Country and Religion and will help us with Artillary powder and shott and help us recover the Castle of Nera, whereby we may be able to make war with the Hollanders, by Gods helpe all the spices, that our land shall yeald, we will sell only to the King of England."{{sfn|Burnett|2013|pp=124–129}}}}</blockquote>
 
Pada April 1616, Jan Dirkszoon Lam membawa 263 prajurit bersamanya. Walaupun menghadapi perlawanan yang sengit, mereka berhasil menaklukkan Pulau Ay. Lam memutuskan untuk menghukum pulau ini dan membunuh semua penduduk asli yang melawan, sementara 400 warga lainnya (termasuk wanita dan anak-anak) tenggelam saat mencoba melarikan diri ke Pulau Rhun.{{sfn|Loth|1995|p=17}}{{sfn|den Heijer|2006|p=45}} Hal ini memaksa para orang kaya Banda di pulau-pulau lainnya untuk menandatangani perjanjian yang menguntungkan Belanda. Lam lalu memerintahkan pembangunan [[Fort der Wrake]] ("Benteng Pembalasan Dendam") di Pulau Ay untuk menunjukkan konsekuensi jika orang Banda berani melanggar perjanjian dengan Belanda. Namun, tindakan ini masih belum dapat memastikan monopoli Belanda atas perdagangan pala dan fuli.{{sfn|den Heijer|2006|p=45}} Walaupun awalnya sempat terintimidasi, orang-orang Lontor akhirnya meneruskan perdagangan dengan mitra-mitra dagangnya, termasuk Inggris yang telah menancapkan keberadaannya di Pulau Rhun dan Nailaka.{{sfn|Loth|1995|p=17}}
 
=== Pengepungan Rhun ===