Prasasti Garaman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rizkydns (bicara | kontrib)
Perbaikan konten
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Gunkarta (bicara | kontrib)
k typo
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 5:
Bentuk tulisan yang ada dalam prasasti Garamān cenderung berbentuk persegi dan huruf-hurufnya besar-besar. Lebar huruf 0,45&nbsp;cm, sedangkan panjang huruf bervariasi, yaitu antara 0,45&nbsp;cm, 0,60&nbsp;cm dan 0,75&nbsp;cm. Prasasti ini, seperti umumnya di dalam prasasti [[Airlangga]] lainnya, memakai bahasa prosa lirik yang mengandung nilai sastra yang tinggi sehingga kalimat-kalimat yang digunakan panjang dan lebih dapat dibaca atau dimengerti. Prasasti ini berisi anugerah dari [[Mapanji Garasakan]] kepada penduduk desa Garamān atas bantuan mereka ketika raja melawan Haji [[Panjalu]], musuh dan adiknya sendiri.<ref>http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156408.pdf</ref>
 
Prasasti ini secara jelas mendukung keberadaan [[kerajaan Janggala]] dan [[Panjalu]] yang semula merupakan satu kerajaan di bawah pemerintahan [[Airlangga]]. Juga memberi tahu bahwa antara raja [[Janggala]] dan raja [[Panjalu]] ada hubungan kekeluargaan, yaitu kakak beradik, di mana [[Mapanji Garasakan]] adalah anak laki-laki tertua [[Airlangga]] dan adik [[Sanggramawijaya Tunggadewi]], putri tertua [[Airlangga]]. Keduanya lahir dari permaisuri. Sedangkan Haji [[Panjalu]] adalah anak [[Sri Samarawijaya]] dan cucu [[Dharmawangsa Teguh]]. Karena kedua anak laki-laki ini merasa berhak atas tahta kerajaan, maka [[AirlangaAirlangga]] terpaksa membagi dua kerajaannya agar tidak ada usaha perebutan tahta. Pembagian ini terjadi pada tahun 974 ''Çaka''. Tetapi peperangan antar dua raja ini tidak terelakkan. Pada tahun ini pula terjadi peperangan antara kedua raja tersebut.<ref>Nastiti, Titi Surti, 2003, '''''Pasar di Jawa Masa Mataram Kuna Abad VIII – XI Masehi''''', Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya</ref>
 
Prasasti Garamān ini telah dibahas oleh Boechari dalam “''The Garamān Inscription''”, yang juga dicantumkam transkripsi dari prasasti tersebut beserta terjemahannya ke dalam bahasa Inggris. Kini, prasasti ini menjadi koleksi Museum Nasional di Jakarta.<ref>Boechari, 2012, '''''Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti''''', Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia</ref>