Hak atas sandang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
{{Hak Asasi Manusia}}
 
'''Hak atas sandang''' yang layak, walaupun seiring dengan kebutuhan primer lainnya, acap diabaikan bila tidak diremehkan. Pada saat seseorang merasa bahwa kebutuhan pangannya terpenuhi pada hari itu, maka tidak ada alasan untuk mengenakan pakaian yang patut, karena setidaknya pakaian yang apa adanya sudah cukup baginya meskipun pakaian yang dikenakannya berlubang atau sobek. Pakaian layak kerap tidak dipedulikan karena apabila sudah memenuhi kebutuhan pangan, maka yang selanjutnya menjadi prioritas adalah papan. Di sisi lain, untuk seseorang yang berkecukupan, pakaian justru menjadi simbol identitas bagi dirinya sehingga, pakaian pun menjadi salah satu poin penting untuk menunjang penampilan dan gaya hidupnya. Sementara, menurut instrumen hak asasi manusia, pakaian merupakan salah satu kebutuhan manusia selain makan dan tempat tinggal yang diperlukan untuk mempertahankan dan melanjutkan hidup. Kebutuhan tersebut secara naluriah akan diusahakan untuk dipenuhi di dalam keseharian hidup manusia sebagai hak asasinya. Pangan, sandang, dan papan mencakup kebutuhan [[materiel]] dan menjadi kebutuhan primer bagi manusia di sepanjang kehidupannya, setelah hak untuk hidup. Menurut Darsono, “Kebutuhan materiel sebagai kebutuhan primer bersifat mutlak bagi kelangsungan hidup manusia<ref>Darsono: ''Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi-Revolusi'', halaman 115. Diadit Media, 2007</ref>.”
Sementara, menurut instrumen hak asasi manusia, pakaian merupakan salah satu kebutuhan manusia selain makan dan tempat tinggal yang diperlukan untuk mempertahankan dan melanjutkan hidup. Kebutuhan tersebut secara naluriah akan diusahakan untuk dipenuhi di dalam keseharian hidup manusia sebagai hak asasinya. Pangan, sandang, dan papan mencakup kebutuhan [[materiel]] dan menjadi kebutuhan primer bagi manusia di sepanjang kehidupannya, setelah hak untuk hidup. Menurut Darsono, “Kebutuhan materiel sebagai kebutuhan primer bersifat mutlak bagi kelangsungan hidup manusia<ref>Darsono: ''Karl Marx: Ekonomi Politik dan Aksi-Revolusi'', halaman 115. Diadit Media, 2007</ref>.”.”
 
[[Berkas:Hak_Sandang.jpg|jmpl|279px|ka|Sandang sebagai hak asasi untuk standar hidup yang layak.]]
Baris 14 ⟶ 13:
Kebutuhan dasar yang meliputi hak atas pangan, sandang, dan papan, diakui sebagai hak asasi mendasar yang mesti dicukupi untuk memenuhi persyaratan agar seseorang tidak hidup di bawah garis kemiskinan.
 
Hak atas sandang tidak dimungkiri merupakan hak dasar yang semestinya dipenuhi demi kehidupan seseorang dan tidak bisa dicabut ataupun dilanggar oleh pihak mana pun. Kebutuhan primer yang melandasi seseorang dapat dikatakan hidup layak. Hak atas sandang yang layak lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan penampilan fisik semata. Pakaian yang dikenakan dapat menunjukkan identitas meskipun tidak sepenuhnya berlaku bagi semua orang. Pakaian memperlihatkan kesejahteraan yang mengenakannya, juga menambah rasa percaya diri, serta secara efektif meningkatkan kemampuan untuk menempatkan diri di masyarakat
Hak atas sandang yang layak lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan penampilan fisik semata. Pakaian yang dikenakan dapat menunjukkan identitas meskipun tidak sepenuhnya berlaku bagi semua orang. Pakaian memperlihatkan kesejahteraan yang mengenakannya, juga menambah rasa percaya diri, serta secara efektif meningkatkan kemampuan untuk menempatkan diri di masyarakat
 
Baris 49 ⟶ 47:
 
Hak atas sandang yang layak diatur dalam Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights), Pasal 25 ayat (1) menyatakan bahwa:
"''Everyone has the right to a standard of living adequate for health and well being of himself and of his family, including food, clothing, housing and medical care and necessary social services, and the right to security in the event of unemployment, sickness, disability, widowhood, old age or other lack of livelihood in circumstances beyond his control''. (setiap orang berhak atas taraf hidup yang layak untuk kesehatan dan kesejahteraan diri dan keluarganya termasuk hak atas pangan, sandang, dan papan……<ref>Brownlie, Ian & Guy S. Goodwin-Gill: "Brownlie’s Documents on Human Rights", halaman 59. Oxford University Press, 2010</ref>"
 
== Pakaian sebagai Mode ==
Baris 56 ⟶ 54:
Pakaian menjadi suatu media untuk memproyeksikan pilihan mode yang dikehendaki seseorang untuk ditampilkan dan dilihat oleh orang lain. “Keharusan untuk memakai pakaian “dengan tepat” atau “dengan layak” tidak dapat dianggap semata-mata sebagai persoalan disiplin ber-fashion melainkan harus ditanggapi secara serius sebagai pelanggaran hak seseorang untuk menyatakan ungkapan pribadinya sebagai Diri melalui pernyataan fashion-nya. Apa “yang seharusnya” atau “yang layak” mengimplikasi bahwa dengan marka itu seseorang membuat keputusan apa yang diyakininya sebagai seharusnya dan layak bagi keseluruhan kelompoknya<ref>Prabasmoro, Aquarini Priyatna: "Kajian Budaya Feminis: Tubuh, Sastra, dan Budaya Pop", halaman 400. Jalasutra, 2006</ref>.”
 
Menurut Chaney, dalam masyarakat modern, gaya hidup ''(lifestyle)'' membantu mendefinisikan mengenai sikap, nilai-nilai, kekayaan, serta posisi sosial seseorang<ref>Chaney, David: "''Lifestyle'': Sebuah Pengantar Komprehensif". Jalasutra, 2004</ref>. Hal ini berkotonasi dengan individualisme, ekspresi diri, serta kesadaran diri untuk bergaya, dalam hal ini pakaian berperan penting sebagai salah satu komponen yang terlihat lebih mencolok dibandingkan unsur yang lainnya. Apalagi, tren dalam berbusana menjadi ikon utama dalam gaya hidup masyarakat yang semakin banyak ditampilkan di ruang publik.
Menurut Erving Goffman dalam Ritzer, berbagai penggunaan ruang, barang-barang, bahasa tubuh, ritual interaksi sosial, tampil untuk memfasilitasi kehidupan sosial sehari-hari.