Pertempuran Badar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
A154 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
A154 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 95:
[[Berkas:Badr battlefield.jpg|300px|jmpl|ka|Keadaan medan pertempuran saat ini. Tembok putih kemungkinan besar batas makam Muslim yang tewas.]]<!-- FAIR USE of BADR BATTLEFIELD.jpg: see image description page at http://en.wikipedia.org/wiki/Berkas:Badr battlefield.jpg for rationale -->
 
Pertempuran Badar sangatlah berpengaruh atas munculnya dua orang tokoh yang akan menentukan arah masa depan Jazirah Arabia pada abad selanjutnya. Tokoh pertama adalah Muhammad, yang dalam semalam statusnya berubah dari seorang buangan dari Mekkah, menjadi salah seorang pemimpin utama. Menurut Karen Armstrong, "selama bertahun-tahun Muhammad telah menjadi sasaran pencemoohan dan penghinaan; tetapi setelah keberhasilan yang hebat dan tak terduga itu, semua orang di Arabia mau tak mau harus menanggapinya secara serius."<ref name="armstrong176" /> Marshall Hodgson menambahkan bahwa peristiwa di Badar memaksa suku-suku Arab lainnya untuk "menganggap umat Muslim sebagai salah satu penantang dan pewaris potensial terhadap kewibawaan dan peranan politik yang dimiliki oleh kaum Quraisy." Kemenangan di Badar juga membuat Muhammad dapat memperkuat posisinya sendiri di Madinah. Segera setelah itu, ia mengeluarkan [[Bani Qaynuqa|Bani Qainuqa']] dari Madinah, yaitu salah satu suku Yahudi yang sering mengancam kedudukan politiknya. Pada saat yang sama, [[Abdullah bin Ubay]], seorang Muslim pemimpin [[Bani Khazraj]] dan penentang Muhammad, menemukan bahwa posisi politiknya di Madinah benar-benar melemah. Selanjutnya, ia hanya mampu memberikan penentangan dengan pengaruh terbatas kepada Muhammad.<ref>Hodgson, hal. 176-178.</ref>
 
Tokoh lain yang mendapat keberuntungan besar atas terjadinya Pertempuran Badar adalah [[Abu Sufyan]]. Kematian Amr bin Hisyam, serta banyak bangsawan Quraisy lainnya<ref>Termasuk [[Abu Lahab]] yang sudah tua, yang tidak ikut ke Badar tetapi meninggal di Mekkah dalam beberapa hari setelah pasukan kembali.</ref> telah memberikan Abu Sufyan peluang, yang hampir seperti direncanakan, untuk menjadi pemimpin bagi kaum [[Quraisy]]. Sebagai akibatnya, saat pasukan Muhammad bergerak memasuki Mekkah enam tahun kemudian, Abu Sufyan menjadi tokoh yang membantu merundingkan penyerahannya secara damai. Abu Sufyan pada akhirnya menjadi pejabat berpangkat tinggi dalam Kekhalifahan Islam, dan anaknya [[Muawiyah bin Abu Sufyan|Muawiyah]] kemudian melanjutkannya dengan mendirikan [[Bani Umayyah|Kekhalifahan Umayyah]].