Rakai Warak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Antapurwa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Sri Maharaja Rakai Warak''' adalah raja keempat [[Kerajaan Medang]] ''periode Jawa Tengah'' (atau lazim disebut [[Kerajaan Mataram Kuno]]) yang memerintah sekitar tahun 800-an. Nama ini ditemukan dalam daftar raja-raja Medang dalam [[prasasti Mantyasih]].
 
Salah satu teori menyebutyang dikemukakan oleh sejarawan [[Slamet Muljana]] menyebutkan bahwa, nama asli Rakai Warak adalah '''Samaragrawira''', yaitu ayah dari [[Balaputradewa]], raja [[Kerajaan Sriwijaya]].
 
== Riwayat Pemerintahan ==
TokohSri Maharaja Rakai Warak terdapatmenempati urutan keempat dalam daftar para raja [[Kerajaan Medang]] versiyang ditemukan pada [[prasasti Mantyasih]]. PemerintahannyaNamanya terjadidisebut setelahsesudah [[Rakai Panunggalan]] dan sebelum [[Rakai Garung]].
 
Nama asliIstilah Rakai Warak (yangsendiri artinyabukan nama asli karena nama ini bermakna “kepala daerah Warak”). Siapa nama aslinya tidak diketahui dengan pasti, karena belumpeninggalan ada prasastisejarah atas nama dirinyatokoh yangini sangatlah berhasilminim ditemukan. Jadi,Satu-satunya identifikasiprasasti Rakaiyang Warakmenyebut denganadanya Samaragrawiratokoh barubernama bersifatRakai dugaanWarak sebagaimanahanyalah yang[[prasasti diajukan olehMantyasih]] ([[Slamet Muljana907]])yang baru ditulis puluhan tahun setelah kematiannya.
 
Sejarawan [[Slamet Muljana]] mengidentifikasi Rakai Warak dengan tokoh Samaragrawira. Namun identifikasi ini baru bersifat dugaan saja, yaitu dengan cara memadukan beberapa prasasti sebagai perbandingan.
== Identifikasi dengan Samaragrawira ==
Nama Samaragrawira terdapat dalam prasasti Nalanda sebagai ayah dari [[Balaputradewa]] raja [[Kerajaan Sriwijaya]]. Samaragrawira merupakan putra dari ''Wirawairimathana'' (penumpas musuh perwira). Istilah ''Wirawairimathana'' ini identik dengan ''Wairiwarawimardana'', yaitu julukan untuk [[Dharanindra]] dalam [[prasasti Kelurak]] ([[782]]).
 
== Identifikasi dengan Samaragrawira ==
Sejarawan Krom menganggap Samaragrawira identik dengan [[Samaratungga]], ayah dari [[Pramodawardhani]]. Secara otomatis, [[Balaputradewa]] pun disebut sebagai saudara [[Pramodawardhani]]. Pendapat ini kemudian berkembang menjadi teori populer yang bertahan selama bertahun-tahun.
Nama Samaragrawira terdapat dalam prasasti Nalanda sebagai ayah dari [[Balaputradewa]] raja [[Kerajaan Sriwijaya]]. Samaragrawira merupakan putra dari seseorang yang dijuluki sebagai ''Wirawairimathana'' (penumpas musuh perwira). Istilah ''Wirawairimathana''Julukan ini identikmirip dengan ''Wairiwarawimardana'', yaitu julukan untukalias [[Dharanindra]] dalam [[prasasti Kelurak]] ([[782]]).
 
[[SlametSejarawan Muljana]]Krom membantahmenganggap teoriSamaragrawira tersebutidentik karena menurut prasasti Kayumwungan (824),dengan [[Samaratungga]], hanyaayah memiliki seorang putri bernamadari [[Pramodawardhani]]. MenurutnyaSecara otomatis, Samaragrawira lebihBalaputradewa tepatpun disebut sebagai ayahsaudara [[Samaratungga]]Pramodawardhani. DenganPendapat demikian,ini [[Balaputradewa]]kemudian merupakanberkembang pamanmenjadi dariteori populer [[Pramodawardhani]]yang banyak didukung oleh para sejarawan lainnya.
 
Sejarawan [[Slamet Muljana]] berpendapat lain. Ia membantah teori tersebut karena menurut prasasti Kayumwungan (824), Samaratungga hanya memiliki seorang putri bernama Pramodawardhani. Menurutnya, Samaragrawira lebih tepat disebut sebagai ayah Samaratungga. Dengan demikian, Balaputradewa merupakan paman dari Pramodawardhani.
[[Slamet Muljana]] mencoba memadukan nama Samaragrawira dengan daftar para raja versi [[prasasti Mantyasih]] yang selama ini dianggap sebagai daftar raja-raja [[Wangsa Sanjaya]] secara keseluruhan. Ia menolak anggapan tersebut karena [[Rakai Panangkaran]] yang menempati urutan kedua dalam daftar ternyata merupakan anggota [[Wangsa Sailendra]] menurut [[prasasti Kalasan]].
 
[[Slamet Muljana]] mencoba memadukan nama Samaragrawira dengan daftar para raja versi [[prasasti Mantyasih]] yang selama ini dianggap sebagai daftar raja-raja [[Wangsa Sanjaya]] secara keseluruhan. Ia menolak anggapan tersebut karena [[Rakai Panangkaran]] yang menempati urutan kedua dalam daftar ternyatamenurutnya merupakan anggota [[Wangsa Sailendra]] menurut(dengan mengacu pada isi [[prasasti Kalasan]]).
Analisis [[Slamet Muljana]] dimulai dengan berita bahwa [[Rakai Pikatan]] naik takhta menggantikan mertuanya, yaitu [[Samaratungga]]. Maka, [[Samaratungga]] pun dianggap identik dengan [[Rakai Garung]] yang namanya disebut sebelum [[Rakai Pikatan]] dalam daftar para raja. Sementara itu, Samaragrawira diduga adalah ayah dari [[Samaratungga]], sehingga ia pun identik dengan Rakai Warak, yaitu raja sebelum [[Rakai Garung]] dalam daftar tersebut.
 
Analisis [[Slamet Muljana]] dimulai dengan berita bahwa [[Rakai Pikatan]] naik takhta menggantikan mertuanya, yaitu [[Samaratungga]]. Maka, [[Samaratungga]] pun dianggap identik dengan [[Rakai Garung]] yang namanya disebut sebelum [[Rakai Pikatan]] dalam daftar para raja Medang. Sementara itu, Samaragrawira didugayang adalahdiyakininya sebagai ayah dari [[Samaratungga]], sehingga ia pundianggap identik dengan Rakai Warak, yaitu nama raja sebelum [[Rakai Garung]] dalam daftar tersebut.
 
== Keluarga Samaragrawira ==
Menurut teori [[Slamet Muljana]], Samaragrawira alias Rakai Warak naik takhta menggantikan ayahnya, yaitu [[Dharanindra]] alias [[Rakai Panunggalan]].
 
Menurut prasasti Nalanda, [[Balaputradewa]] adalah putra Samaragrawira yang lahir dari [[Dewi Tara]], yaitu putri Sri Dharmasetu dari Wangsa Soma. TeoriKebanyakan populerpara menyebutsejarawan berpendapat bahwa Sri Dharmasetu merupakan raja [[Kerajaan Sriwijaya]]. Dengan kata lain, [[Balaputradewa]] mewarisi takhta [[pulau Sumatra]] dari kakeknya itu.
 
Namun,Slamet Muljana menemukan nama Sri Dharmasetu juga terdapat dalam [[prasasti Kelurak]] sebagai bawahan [[Dharanindra]], yang ditugasi merawat bangunan suci di desa Kelurak. Dengan demikian, Sri Dharmasetu bukan orang [[Sumatra]], melainkan orang [[Jawa]]. Jadi, pendapat bahwa ia merupakan raja [[KerajaanSriwijaya Sriwijaya]]sulit adalahuntuk kelirudipertahankan.
 
[[Dengan demikian, menurut Muljana, Balaputradewa]] tidak mewarisi takhta Sriwijaya dari Dharmasetu,. Balaputradewa bisa menjadi raja Sriwijaya karena ia merupakan anggota [[Wangsa Sailendra]], yaitu sebuah dinasti yang selainsaat menguasaiitu berkuasa di [[pulau Jawa]], juga berhasil menaklukkandan [[pulau Sumatra]]. MenurutKeberhasilan analisis [[Slamet Muljana]], keberhasilan [[Wangsa Sailendra]] menaklukkan [[Kerajaan Sriwijaya]] terjadi pada masa pemerintahan [[Dharanindra]]. Raja ini dijuluki sebagai “penakluk musuh perwira” yang kekuasaannya bahkan mencapai [[Kamboja]] dan [[Campa]].
 
Sepeninggal [[Dharanindra]], putranya yang bernama Samaragrawira naik takhta. Meskipun ia dipuji sebagai pahlawan perkasa dalam prasasti Nalanda, namun raja baru ini mungkin tidak sekuat ayahnya. Hal itu terbukti dalamdengan ditemukannya prasasti Po Ngar, yang menceritakan bahwa, [[Kamboja]] berhasil melepaskan diri dari penjajahan [[Jawa]] pada tahun [[802]]. Saat itu [[Dharanindra]] kiranyakemungkinan sudah meninggal, sedangkan Samaragrawira sebagai raja baru tidak mampu menaklukkan negeri itu kembali.
 
Atas dasar tersebut, pada akhir pemerintahan Samaragrawira, kekuasaan [[Wangsa Sailendra]] pun dibagi menjadi dua agar pengawasannya lebih mudah. Kekuasaan tersebut diserahkan pada kedua putranya, yaitu [[Samaratungga]] di [[pulau Jawa]], sementaraserta [[Balaputradewa]] di [[pulau Sumatra]].
 
TeoriPada populerumumnya teori yang berkembang menyebutkan bahwa, sepeninggal [[Samaratungga]] terjadi perebutan takhta [[Jawa]] antara kedua anaknya, yaitu [[Balaputradewa]] melawan [[Pramodawardhani]] sesungguhnya hanyalah dugaan saja. Teori ini mengatakan, bahwa [[Rakai Pikatan]] suami [[Pramodawardhani]] berhasil mengusir [[Balaputradewa]] dari benteng persembunyiannya di bukit Ratu Baka.
 
Namun berdasarkan analisis Drs. Buchari, di bukit Ratu Baka sama sekali tidak adaditemukan prasastibukti-bukti ataspeninggalan nama [[Balaputradewa]],. melainkanJustru atasyang ditemukan adalah peninggalan seorang bangsawan namabernama Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni, yang mengaku sebagai keturunan pendiri kerajaan ([[Sanjaya]]). Buchari berpendapat bahwa Mpu Kumbhayoni inilah yang memberontak terhadap pemerintahan [[Rakai Pikatan]], sebagaimeskipun sesamakeduanya sama-sama keturunan [[Sanjaya]].
 
KepergianJika teori Slamet Muljana dan Buchari dipadukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa, kepergian [[Balaputradewa]] dari [[pulau Jawa]] mungkin bukan karena kalah perang, mengingat musuh [[Rakai Pikatan]] memang bukan dirinya, melainkan bernama Mpu Kumbhayoni. [[Balaputradewa]] berhasil menjadi raja [[Kerajaan Sriwijaya]] juga bukan karena mewarisi takhta dari Sri Dharmasetu, melainkan sejak awal ia mungkin sudah diangkat sebagai pemimpin cabang [[Wangsa Sailendra]] di [[pulau Sumatra]] tersebut.
 
== Tahun Pemerintahan ==
Kapan tepatnya Rakai Warak alias Samaragrawira naik takhta tidak dapat diketahui dengan pasti. Pada tahun [[782]] yaitu tahun dikeluarkannya [[prasasti Kelurak]], kerajaan masih dipimpin oleh [[Dharanindra]]. Raja ini terkenal sebagai penumpas musuh perwira, bahkan sampai berhasil menaklukkan negeri [[Kamboja]].
 
Menurut prasasti Po Ngar, [[Kamboja]] merdeka dari penjajahan [[Jawa]] pada tahun [[802]]. Mungkin saat itu [[Dharanindra]] telahsudah meninggal, sedangkan putranya, yaitu Samaragrawira tidak sekuat dirinya. Jadi, dapat diperkirakan Samaragrawira naik takhta sekitar tahun [[802]].
 
Tidak diketahui dengan pasti kapan pemerintahan Samaragrawira berakhir. Prasasti atas nama [[Rakai Garung]] yang tertua yang sudah ditemukan adalah prasasti Pengging tahun [[819]]. Namun demikian, belum tentu kalau prasasti ini adalah prasasti pertamanya.