Suko Sudarso: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 4 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 22:
 
== Barisan Soekarno ==
Suko yang merupakan alumni [[Teknik fisika|Teknik Fisika]] ITB ini adalah salah satu tokoh sentral mahasiswa [[Indonesia]] pada masa transisi [[orde lama]] ke [[orde baru]]. Ketika terjadi pergolakan massa mahasiswa secara besar-besaran untuk menumbangkan pemerintahan [[Presiden Soekarno]], ia konsisten untuk berdiri di samping Soekarno hingga akhir kekuasaannya.
 
Manuver politiknya yang sangat berani pada masa gonjang-ganjing 1966/1967 itu antara lain ialah tampil kedepan sebagai Komandan Barisan Soekarno (duduk sebagai Wakil Komandan adalah [[Siswono Yudo Husodo]]), sebuah kekuatan tandingan yang terdiri dari [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI), GMNI dan berbagai elemen nasionalis lain untuk menanggapi gerakan anti Soekarno yang merajalela saat itu. Karena perilaku politiknya yang ''progressive'' revolusioner itulah ia sempat merasakan dinginnya penjara [[Polisi Militer]] dan mendapat hukuman skorsing dari bangku kuliah bersama para sahabatnya.
Baris 31:
Setelah pemerintahan Orde Baru berhasil mengendalikan situasi nasional, berangsur orang-orang seperti Suko kembali dilirik dan berusaha dirangkul oleh pemerintah. Tercatat dalam sejarah, para sahabat Suko (termasuk Siswono) akhirnya mengisi daftar nama menteri kabinet pemerintahan Orde Baru. [[Presiden Soeharto]] pun berulang kali menawari Suko posisi di kabinetnya, namun Suko tak bergeming dan memilih untuk tetap 'bersuara dari luar'.
 
Di pertengahan masa orde baru akhirnya tercipta kedekatan antara Suko dan Soeharto, namun bukan dalam hal politik melainkan dalam bidang bisnis. Perusahaan konstruksi Suko sukses mendapatkan berbagai tender strategis dalam pembangunan ibu kota Jakarta. Hal ini membuatnya sempat tercatat sebagai salah satu orang dekat keluarga[[Soeharto|Keluarga Cendana]] dan masuk jajaran 10 orang terkaya Indonesia.
 
== Politik ==
Baris 38:
Dalam suasana politik yang gonjang-ganjing pada tahun 1998, ia mengatur pertemuan [[Megawati Sukarnoputri]] dengan Kepala Staf Sosial-Politik [[TNI]], Letjend [[Susilo Bambang Yudhoyono]]. Pertemuan berlangsung dalam suasana yang menegangkan di Salemba, kantor sosial-politik ABRI.
 
Pada Sidang Umum MPR 1999 Suko juga ikut merancang '''“kelompok pelangi”''' untuk mendukung Megawati duduk sebagai RI-1. Suko yakin benar bahwa Fraksi TNI yang dipimpin [[Susilo Bambang Yudhoyono|SBY]] lebih mendukung Megawati ketimbang [[Abdurrahman Wahid]]. Ia sudah mengatur agar Megawati bisa bertemu [[Akbar Tandjung]] ([[Partai Golongan Karya]]) dan [[Matori Abdul Djalil]] ([[Partai Kebangkitan Bangsa]]). Namun seperti dicatat sejarah, akhirnya Megawati kalah dalam pemungutan suara dari Abdurrahman Wahid.
 
Suko sempat ditawari Megawati untuk duduk sebagai [[Daftar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia|Menteri Koordinator Perekonomian RI]] di [[Kabinet Persatuan Nasional|kabinet Presiden Abdurrahman Wahid]], namun ia justru menolak dan mengajukan nama [[Kwik Kian Gie]] untuk menduduki jabatan tersebut. Ketika banyak orang berkomentar sinis bahwa sahabatnya itu adalah keturunan Tionghoa, Suko menanggapi singkat, "Saya kenal dia sejak masa sekolah di Semarang. Dia 'Cina', tapi nasionalis Indonesia,". Selain itu Suko berperan dalam penunjukan sahabatnya yang lain, [[Bondan Gunawan]] sebagai Menteri Sekretaris Negara RI.
 
Hubungan Suko dengan Megawati retak setelah Suko merasa tidak dibela oleh PDI-Perjuangan dalam kasus dana [[Bulog]] yang melibatkan '''Suwondo''' dan lainnya di zaman Presiden Abdurrahman Wahid itu. Ia dituding ikut mendapat kucuran dana Bulog yang akhirnya tak terbukti di persidangan dan Suko dinyatakan tidak bersalah sama sekali pada kasus tersebut. Dan kerenggangan hubungan keduanya (Suko dan Megawati) mencapai puncak ketika ia mengajukan konsep pemisahan kepala pemerintahan dan kepala negara saat Megawati menjadi Presiden RI. Ia sarankan Megawati hanya menjadi kepala negara karena tak memiliki pengalaman di birokrasi.
Baris 93:
[[Kategori:Alumni Institut Teknologi Bandung]]
[[Kategori:Pengusaha Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Semarang]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh dari Semarang]]
[[Kategori:Tokoh GMNI]]
[[Kategori:Tokoh Angkatan 66]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan]]