Herman Neubronner van der Tuuk: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Herman Neubronner van der Tuuk''' ({{lahirmati|[[Malaka]]|23|2|1824|[[Bali]]|17|8|1894}}) adalah peletak dasar [[linguistika]] modern beberapa bahasa yang dituturkan di [[Nusantara]], seperti [[bahasa Melayu]], [[bahasa Jawa|Jawa]], [[bahasa Sunda|Sunda]], [[bahasa BatakToba|Toba]], [[bahasa Lampung|BatakLampung]], [[bahasa Kawi|Kawi]] (Jawa Kuna), dan [[bahasa Bali|Bali]].
 
 
== Kehidupan awal ==
Baris 7 ⟶ 6:
Seusai menempuh pendidikan dasar, van der Tuuk muda (sekitar 12 tahun) melanjutkan sekolah ke Belanda dan pada usia 16 tahun (1840) ia lulus ujian penerimaan di [[Universitas Groningen]] untuk studi ilmu [[hukum]]. Namun demikian ia ternyata lebih berminat mempelajari [[linguistika]] sehingga tahun 1845 pindah ke [[Universitas Leiden]] untuk memperdalam [[bahasa Arab]] dan [[bahasa Persia|Persia]] di bawah bimbingan Th. W Juynboll, saat itu seorang ahli Kearaban yang terkenal. Di samping itu ia juga mendalami [[Sanskrit]] dan [[bahasa Melayu]].
 
== Sumbangan==
{{indo-bio-stub}}
Dikenal sebagai orang yang sangat berbakat dalam mempelajari bahasa, ia banyak menyusun [[kamus]], seperti kamus bahasa Melayu, bahasa Jawa, bahasa Toba, bahasa Lampung, dan bahasa Sunda. Sebagai tambahan, sebuah buku [[tata bahasa]] Toba juga berhasil disusunnya sebagai yang pertama kalinya. Motivasi yang terutama sebenarnya adalah dalam rangka misi penyebarluasan [[Bibel]] ke dalam bahasa-bahasa itu, meskipun van der Tuuk diketahui kurang menyukai kekristenan. Meskipun demikian, ia lah orang yang pertama kali menerjemahkan Bibel ke dalam bahasa Melayu. ''Magnum opus''-nya adalah kamus tribahasa Kawi-Bali-Belanda, yang baru terbit sepeninggalnya.
 
Van der Tuuk mewariskan dua hukum tentang [[peralihan konsonan]] dalam bahasa-[[bahasa Austronesia]].
Hukum pertama adalah mengenai pergeseran antara bunyi /r/, /g/, dan /h/, sedangkan yang kedua adalah mengenai pergeseran konsonan antara /r/, /d/, dan /l/.
 
Di masa-masa akhir hidupnya, Van der Tuuk hidup menyendiri di Bali dan menjadi bahan gunjingan kenalan-kenalannya. Namun demikian, ia sering dimintai bantuan oleh orang-orang Bali, yang menyebutnya ''Tuan Dertik''.
 
{{DEFAULTSORT:Tuuk, van der}}
Baris 16 ⟶ 21:
 
[[en:Herman Neubronner van der Tuuk]]
[[nl:Herman Neubronner van der Tuuk]]