Timor Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
JayaGood (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 66:
'''Timor Timur''' (disingkat '''Timtim''', [[bahasa Tetun]]: ''Timor Lorosa'e'') adalah sebuah [[Daftar provinsi di Indonesia|provinsi]] [[Indonesia]] yang pernah berdiri dari tanggal 17 Juli 1976 hingga 19 Oktober 1999. Ibu kotanya adalah [[Dili]]. Timor Timur [[Integrasi Timor Timur|berintegrasi]] dengan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah dijajah selama 450 tahun oleh [[Portugal]]. Wilayahnya meliputi [[Timor Portugis|wilayah bekas koloni Portugal]] di [[pulau Timor]] yang [[Aneksasi|dianeksasi]] oleh [[militer Indonesia]] melalui sebuah [[operasi militer|operasi]] yang dikenal sebagai [[Operasi Seroja]].
 
Dari tahun 1702 hingga 1975, Timor Timur adalah bagian dari [[Imperium Portugal|wilayah seberang lautimperium Portugal]] yang bernama ''Timor Portugis''. Pada tahun 1974, Portugal memprakarsai proses [[dekolonisasi]] bertahap dari sisa wilayah seberang lautnyakoloninya, termasuk Timor Portugis. Selama proses tersebut, konflik sipil antara berbagai pihak di wilayah ini meletus. Pada tahun 1975, atas berbagai masukan dari beberapa tokoh di Timor Portugis, Indonesia mulai [[Invasi|menginvasi]] wilayah ini dan dinyatakan secara resmi sebagai [[Sejarah provinsi di Indonesia#Timor Timur|provinsi ke-27]] di tahun 1976, serta mengubah namanya menjadi ''Timor Timur''.
 
Timor Timur secara resmi merdeka menjadi negara [[Timor Leste]] pada [[20 Mei]] [[2002]].{{efn| setelah [[Referendum kemerdekaan Timor TimurLeste merdeka1999|referendum]] yang diselenggarakan pada tahuntanggal 200230 (secaraAgustus resmi)1999 darimenghasilkan [[Portugal]]78,5% danpemilih memilih untuk memisahkan diri dari [[Indonesia]].<ref>{{Cite setelahweb|url=http://www.un.org/press/en/2002/ga10069.doc.htm|title=UNANIMOUS melaluiASSEMBLY [[ReferendumDECISION kemerdekaanMAKES TimorTIMOR-LESTE Leste191ST 1999UNITED NATIONS MEMBER STATE {{!}} Meetings Coverage and Press Releases|Referendum]]website=www.un.org|language=en|access-date=2021-06-17}}</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 76:
Secara historis, Timor Timur pernah menjadi bagian dari [[Kesultanan Ternate]]. Ini ditandai dengan penempatan wali kuasa Kesultanan Ternate di daerah ini. Dulunya, Kesultanan Ternate sangat luas pada masa Sultan Kaicil Mashur Malamo (1257-1277), membentang dari [[Pulau Mindanao|Mindanao]] ([[Filipina]]) hingga wilayah [[Manggarai]], [[Pulau Flores|Flores]]. Ketika Portugal kalah perang di [[Kepulauan Maluku]] tahun 1522, Portugal mulai menduduki wilayah Timor Timur. Saat itu daerah ini merupakan "wilayah tak bertuan" (''wilde occupantie''). Pada saat yang sama, Kesultanan Ternate mulai mengabaikan Timor Timur serta wilayah-wilayah kekuasaannya yang lain, ditambah invasi pasukan Belanda ke Kesultanan Ternate pada tahun 1609.<ref>[https://lefo.id/menulis/tulisan/98/kilas-balik-sesungguhnya-dulu-timtim-masuk-ternate Kilas Balik: Sesungguhnya, Dulu Timtim Masuk Ternate]</ref>
 
Pada tahun 1702, sebuah wilayah koloni baru Portugal berdiri di pulau [[Timor]]. Dari 1702 hingga 1975, Timor Timur adalah wilayah luar negeri dari [[Portugal]] yang batas-batas wilayahnya ditentukan berdasarkan Perjanjian Lisboa pada tahun 1859 antara [[Belanda]] dan Portugal. Portugal menguasai wilayah Pulaupulau Timor bagian timur dengan pulau kecil di sekitarnya dan sebuah wilayah ''eksklave'' di [[Timor Barat]]. Pada rentang waktu itu, wilayah koloni Portugal di pulau Timor dikenali sebagai "[[Timor Portugis]]".
 
=== Proses Integrasi ===
Pada tahun 1974, di Portugal terjadi Revolusi Bunga (atau disebut juga [[Revolusi Anyelir]]) yang mendorong Portugal mengeluarkan kebijakan [[dekolonisasi]] dan mulai meninggalkan wilayah jajahannya termasuk Timor Timur. Partai-partai politik mulai berdiri di Timor Timur: [[Partai Apodeti|APODETI]]; [[FRETILIN]]; [[Uni Demokrasi Timor|UDT]]; TRABALHISTA; dan [[Asosiasi Pahlawan Timor|KOTA]]. UDT (''Uniao Democratica Timorense'') menginginkan Timor Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal. APODETI (''Associacao Popular Democratica Timorense'') menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia. FRETILIN (''Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente'') menginginkan Timor Timur merdeka sebagai sebuah negara berdaulat. Ketiganya merupakan tiga partai terbesar. Dua partai kecil lainnya, KOTA (''Klibur Oan Timor Aswain'') menginginkan pemerintahan tradisional yang fokus pada kepemimpinan lokal sedangkan TRABALHISTA yang didukung oleh komunitas Tionghoa dan Arab hanya menginginkan perubahan yang terkendali.
 
Kerusuhan dan pertumpahan darah merebak ke seluruh Timor Timur. Dari sisi kekuatan senjata, FRETILIN merupakan fraksi[[faksi]] yang terkuat sebab mendapat dukungan dari pasukan pribumi militer Timor Portugis. Pasukan FRETILIN memberikan perlawanan yang hebat baik terhadap pasukan UDT maupun pasukan APODETI. UDT akhirnya memutuskan untuk meninggalkan tujuan utamanya mempertahankan Timor Timur berada di bawah Portugal dan bersatu dengan APODETI untuk menghadapi FRETILIN. FRETILIN membantai puluhan ribu rakyat yang menginginkan Timor Timur bergabung dengan Indonesia termasuk beberapa tokoh APODETI. Gubernur Timor Portugis waktu itu (gubernur terakhir), Mario Lemos Pires mengevakuasi sebagian besar pasukan Portugis ke Pulaupulau Atauro.
 
FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan memproklamirkan kemerdekaan Timor Timur secara sepihak pada tanggal 28 November 1975, menyebutnya sebagai ''República Democrática de Timor-Leste'' (bahasa Portugis untuk "Republik Demokratik Timor Leste"). Namun Portugal tidak mengakui kemerdekaan itu, dengan gubernur Timor Portugis yang mengelola provinsi dari Atauro, walaupun memiliki kewenangan [[de facto]] terbatas atas wilayah Timor Timur yang tersisa. Partai pro-integrasi, yakni APODETI; UDT; TRABALHISTA; dan KOTA segera mengadakan [[Deklarasi Balibo|proklamasi tandingan di Balibo]] pada tanggal 30 November 1975 yang menyatakan bahwa Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia. Naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh [[Arnaldo dos Reis Araújo]] (APODETI) dan [[Francisco Xavier Lopes da Cruz]] (UDT). Pernyataan sikap politik keempat partai diiringi dengan persiapan pembentukan pasukan gabungan yang direkrut dari para pengungsi yang jumlahnya sekitar 40 ribu orang. Dari perbatasan NTT, pasukan yang terdiri dari para pengungsi ini kembali ke Timor Timur dan menyerang kedudukan pasukan FRETILIN secara bergerilya.
Baris 88:
Pada 7 Desember 1975, [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia|ABRI]] melakukan [[Operasi Seroja|invasi militer ke Timor Timur]]. Selama masa invasi, massa penolak integrasi (FRETILIN) dibantai oleh pasukan ABRI, sedangkan anak-anaknya dibawa ke Indonesia untuk diasuh oleh keluarga militer Indonesia. Menyusul invasi tersebut, gubernur Timor Portugis dan stafnya meninggalkan pulau Atauro dengan dua kapal perang Portugal. Sebagai pernyataan kedaulatan, Portugal tetap mempertahankan kapal perang yang berpatroli di perairan sekitar Timor Timur hingga Mei 1976.
 
Setelah Timor Timur jatuh ke tangan Indonesia, gabungan partai yang pro-integrasi membentuk PSTT (Pemerintahan Sementara Timor Timur) dan mengangkat Arnaldo dos Reis Araújo sebagai gubernur pertama serta Francisco Xavier Lopes da Cruz sebagai wakil gubernur. Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976 Tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur Ke Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat merasa ingin bersatu dengan Indonesia karena persamaan budaya dengan saudara serumpunnya, [[Timor Barat]]. Timor Timur menjadi provinsi yang paling unik, karena merupakan satu-satunya provinsi Indonesia bekas wilayah jajahan Portugal, dimana provinsi Indonesia lainnya merupakan bekas wilayah jajahan Belanda. Penggunaan bahasa Portugis kemudian dilarang di wilayah ini, karena dianggap sebagai peninggalan penjajahan. Pada saat Presiden [[Soeharto]] menghadiri peringatan 2 tahun Integrasi Timtim di Gedung DPRD Tingkat I Timor Timur, ia menyebut bersatunya Timor Timur sebagai "''kembalinya anak yang hilang ke pangkuan ibu pertiwi''".
 
=== Reaksi ===
Baris 201:
|}
 
Selain itu, Timor Timur juga memiliki perwakilan yang duduk di [[DPR]]/[[MPR]] [[RI]] yang terdiri atas anggota dari partai politik yang dipilih setiap 5 tahun sekali, serta dari unsur utusan daerah. Pasca [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999|referendum]] tahun 1999, seluruh anggota DPR/MPR dari daerah pemilihan Timor Timur dialihkan ke daerah pemilihan [[Nusa Tenggara Timur]] dan anggota dari utusan daerah ditarik kembali.
 
=== Pembagian administratif ===
Baris 267:
 
== Pertahanan dan keamanan ==
Sejak tahun 1979 hingga 1999, Timor Timur merupakan wilayah dari [[Kodam IX/Udayana]] yang bermarkas di [[Denpasar]], [[Bali]] yang merupakan Komando Kewilayahan Pertahanan yang meliputi [[Kepulauan Nusa Tenggara]]. Wilayah satuan teritorial Kodam IX/Udayana di wilayah Timor Timur adalah [[Komando Resor Militer 164|Korem 164/Wira Dharma]] yang terbagi atas beberapa [[Kodim]], yaitu Dili; Baucau; Lospalos; Viqueque; Manatuto; Aileu; Ainaro; Manufahi; Covalima; Maliana; Ermera; Liquiça; dan Ambeno. Seluruh Kodim tersebut kemudian dibagi lagi menjadi beberapa [[Koramil]] yang berada di tingkat [[kecamatan]].
 
Selain itu, hingga tahun 1996 wilayah hukum kepolisian yang berdiri di Timor Timur yakni Kepolisian Wilayah Timor Timur (Polwil Timtim) yang berada di bawah Kepolisian Daerah Nusa Tenggara (Polda Nusra). Pada tahun 1996, pasca likuidasi empat Polda di wilayah Polda Nusra, Polwil Timor Timur diubah statusnya menjadi Kepolisian Daerah Timor Timur (Polda Timtim) hingga 1999.
Baris 274:
 
== Kependudukan ==
=== Budaya dan suku bangsa ===
Suku-suku yang berada di Timor Timur di antaranya yaitu:
Penduduk di Timor Timur merupakan orang keturunan [[Austronesia]] ([[Melayu-Polinesia]]), [[Papua]], sejumlah minoritas [[Tionghoa]] ([[Hakka]]) dan beberapa keturunan Portugis Eropa yang biasa disebut ''[[Mestizo|Mestiço]]''.
* [[Suku Atoni]]
 
* [[Suku Bunak]]
Kebudayaan masyarakat di Timor Timur memiliki kekerabatan dengan berbagai suku di wilayah [[Indonesia]], salah satunya adalah [[suku Marobo]]. Selain itu, budaya Timor Timur juga banyak dipengaruhi bangsa [[Portugis]].
* [[Suku Kemak]]
 
* [[Suku Mambai]]
Suku Marobo adalah suku yang bertempat tinggal di beberapa desa di [[Bobonaro]], kota [[Maliana]], khususnya desa Ilatlaun, Atuaben, dan Soileso. Pada 1990 diketahui bahwa jumlah populasinya sekitar 3.000 jiwa. Suku Marobo masih mempunyai tali saudara dengan [[suku Kemak]] dan menggunakan [[bahasa Kemak]], sehingga sering juga disebut orang Kemak Marobo. Selain bahasa Kemak, suku Marobo juga menggunakan bahasa lain, yaitu [[bahasa Bunak]] atau Tenun Terik sebagai ''[[lingua franca]]'' untuk berkomunikasi dengan suku lain yang ada di sekitarnya. Jenis bahasa mereka adalah jenis bahasa orang laut yang terancam punah, bersamaan dengan bahasa-bahasa milik suku bangsa [[Rumpun Punan|Punan]], [[Suku Asmat|Asmat]], [[Suku Mentawai|Mentawai]], dan [[Orang Sakai|Sakai]].{{Butuh rujukan}}
* [[Suku Belu|Suku Tetun]]
 
Selain itu, suku-suku lain yang ada di Timor Timur di antaranya adalah [[suku Atoni]]; [[suku Bunak|Bunak]]; [[suku Mambai|Mambai]]; [[suku Samoro|Samoro]]; [[suku Tetun|Tetun]]; dan lain-lain.
 
=== Bahasa ===
Bahasa resmi yang berlaku secara nasional di Indonesia, termasuk Timor Timur yaitu [[bahasa Indonesia]]. Dalam praktik keseharian, masyarakat di wilayah ini banyak menggunakan [[bahasa Tetun]] sebagai [[Basantara|bahasa pengantar]], sementara bahasa Indonesia waktu itu lebih dipakai dalam kegiatan resmi. Pasca integrasi tahun 1976, penggunaan [[bahasa Portugis]] di wilayah ini dilarang oleh pemerintahan Presiden [[Soeharto]] karena dianggap sebagai peninggalan penjajahan.
 
=== Agama ===
[[Berkas:DiliSé.jpg|jmpl|kanan|200px|[[Katedral Dili]] yang diresmikan Presiden [[Soeharto]] pada tahun 1988 dan diberkati Paus [[Yohanes Paulus II]] tahun 1989.]]
Mayoritas warga Timor Timur beragama [[Katolik Roma|Kristen Katolik]] (lebih dari 90%), diikuti [[Protestanisme|Kristen Protestan]]; [[Islam]]; [[Hindu]]; [[Buddha]]; dan aliran kepercayaan. Hingga tahun 1999, terdapat dua [[keuskupan]] di Timor Timur yaitu: [[Keuskupan Dili]] yang didirikan pada tahun 1940 setelah memisahkan diri dari [[Keuskupan Makau]], dan [[Keuskupan Baucau]] yang berdiri pada tahun 1996. Karena status Timor Timur sebagai wilayah Indonesia tak diakui oleh [[Tahta Suci (Vatikan)]], maka [[Uskup]] di Timor Timur waktu itu berkedudukan sebagai [[Administrator Apostolik]] yang berada langsung di bawah naungan Tahta Suci dan bertanggung jawab secara langsung kepada [[Paus (Gereja Katolik)|Paus]], yang juga merangkap sebagai Uskup Agung Dili. Pada tahun 1989, Paus [[Yohanes Paulus II]] melakukan kunjungan ke [[Dili]] dan berbagai kota-kota lain di Indonesia.<ref>[https://www.tribunnews.com/regional/2013/12/10/mengenang-paus-paulus-yohanes-ii-di-bukit-taci-tolu Mengenang Paus Paulus Yohanes II di Bukit Taci Tolu]</ref>
 
Sebelumnya, pada tahun 1975, diperkirakan hanya 25–30% penduduk Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang [[Katolik]]. Namun, setelah wilayah ini berintegrasi dengan Indonesia, perkembangan agama Katolik semakin pesat, dan pada dasawarsa 1990-an, persentase rakyat Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang Katolik telah mencapai lebih dari 90%.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Hodge|first=Joel|date=2013|title=The Catholic Church in Timor-Leste and the Indonesian occupation: A spirituality of suffering and resistance|url=https://www.jstor.org/stable/23752590|journal=South East Asia Research|volume=21|issue=1|pages=151–170|issn=0967-828X}}</ref><ref name="Taylor, Jean Gelman 2003, p.381">{{cite book|last=Taylor|first=Jean Gelman|year=2003|url=https://archive.org/details/indonesia00jean|title=Indonesia: Peoples and Histories|publisher=Yale University Press|isbn=978-0-300-10518-6|page=[https://archive.org/details/indonesia00jean/page/381 381]|url-access=registration}}</ref> Jumlah gereja sendiri bertambah dari 100 bangunan gereja pada tahun 1974 menjadi lebih dari 800 pada tahun 1994.<ref name="robinson">Robinson, G. ''If you leave us here, we will die'', Princeton University Press 2010, p.&nbsp;72.</ref> Diyakini salah satu penyebab berkembang pesatnya agama Katolik di wilayah ini adalah karena hukum Indonesia mewajibkan semua warganya untuk menganut salah satu agama yang diakui secara resmi, dan kepercayaan [[animisme]] rakyat Timor Timur dianggap tidak sesuai dengan sila pertama [[Pancasila]].<ref name=":0" /><ref name="Taylor, Jean Gelman 2003, p.381" />
 
== Galeri ==
Baris 297 ⟶ 308:
* [[Sejarah provinsi di Indonesia]]
* [[Sejarah Timor Leste]]
* [[Hubungan Indonesia dengan Timor Leste]]
* [[Xanana Gusmão]]
* [[José Ramos Horta]]