Abdul Wahid Hasyim: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
ditambahkan fakta detail kecelakaan dan tanggal meninggalnya Abdul Wahid Hasjim |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 23:
|death_date = {{Death date and age|1953|4|19|1914|6|1|mf=y}}
|death_place = {{flagicon|Indonesia}} [[Cimahi]], [[Jawa Barat]]
|children = K.H. [[Abdurrahman Wahid]]
|grand children = [[Yenny Wahid]]
|alma_mater =
|occupation =
Baris 40:
Wahid Hasyim dengan segudang pemikiran tentang agama, negara, pendidikan, politik, kemasyarakatan, NU, dan pesantren, telah menjadi lapisan sejarah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun.
Wahid Hasjim adalah salah satu putra bangsa yang turut mengukir sejarah negeri ini pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia. Terlahir Jumat Legi, 5 Rabi’ul Awal 1333 Hijriyah atau 1 Juni 1914, Wahid mengawali kiprah kemasyarakatannya pada usia relatif muda. Setelah menimba ilmu agama ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan Mekah, pada usia 21 tahun Wahid membuat “gebrakan” baru dalam dunia pendidikan pada zamannya. Dengan semangat memajukan pesantren, Wahid memadukan pola pengajaran pesantren yang menitikberatkan pada ajaran agama dengan pelajaran ilmu umum.Sistem klasikal diubah menjadi sistem tutorial. Selain pelajaran Bahasa Arab, murid juga diajari Bahasa Inggris dan Belanda. Itulah madrasah nidzamiyah.
Meskipun ayahandanya, Hadratush Syaikh [[Hasyim Asyari]], pendiri [[Nahdlatul Ulama]], butuh waktu beberapa tahun bagi Wahid Hasjim untuk menimbang berbagai hal sebelum akhirnya memutuskan aktif di [[NU]]. Pada usia 25 tahun Wahid bergabung dengan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), federasi organisasi massa dan partai Islam saat itu. Setahun kemudian Wahid menjadi ketua MIAI.
|