Abdul Hakim (wartawan): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NaidNdeso (bicara | kontrib)
NaidNdeso (bicara | kontrib)
Baris 29:
Di saat yang sama, seorang pimpinan [[PNI Marhaenisme|PNI-Pendidikan]] cabang [[Lahat]] yang sedang ada di [[Pagar Alam]], Doengtjik, bertemu dengan Abdul Hakim dan memberinya nasehat untuk pergi ke Jawa agar bisa banyak belajar mengenai lika-liku perjuangan, bisa berkumpul dengan para tokoh pergerakan serta bisa mendapatkan ilmu lebih lanjut mengenai [[politik]]. Doengtjik juga berkhabar dengan rekan seperjuangannya yang ada di [[Pasirkaliki, Cicendo, Bandung|Pasirkaliki, Bandung]]. Di tahun 1933, ia berangkat ke Jawa, dan tiba di Jakarta dan mencoba bertemu seorang yang dikenalnya, Rakim Djojoprajitno, mantan guru "Mardisiswo" di [[Pagar Alam]] yang kini bekerja di kantor Factorij di Noordwijk atau lebih dikenal dengan nama jalan Juanda, Jakarta sekarang. Rakim menganjurkannya untuk tidak pergi ke Bandung, namun tinggal dan menetap di Jakarta. Rakim sendiri sebenarnya adalah pemimpin serikat buruh di tempatnya bekerja sekaligus simpatisan [[PNI Marhaenisme|PNI-Pendidikan]]. Oleh Rakim, Hakim lalu dititipkan kepada tokoh-tokoh [[PNI Marhaenisme|PNI-Pendidikan]] seperti [[Djohan Sjahroezah]], Kusnaeni dan Maruto, dimana mereka pada umumnya adalah mahasiswa [[Rechtshoogeschool te Batavia|RHS]] dan anggota [[PPPI]].{{Sfn|Hakim|2020|p=7}}
 
Tahun 1935, Hakim dititipkan ke Sujitno Mangunkusumo, mahasiswa [[Rechtshoogeschool te Batavia|RHS]] dan anggota [[PPPI]] yang tinggal di Bogor. Ketika di Bogor, Hakim berkenalan kembali dengan media, karena Sujitno menerbitkan majalah pendidikan ekonomi untuk rakyat, yang dinamakanmembuatnya Pasarbersentuhan Sabtu,lagi karena terbit di setiap hari Sabtu, dimana di majalah tersebut, Hakimdengan menjadidunia redakturpers. Selain itu ia juga diminta mengurus perpustakaan "Pathaka Loka" milik Sujitno. Dan ketika malam hari, Hakim mendapatkan pelajaran Ilmu Tata Negara dari Alwi Sutan Usman (mahasiswa), serta pelajaran [[Bahasa Inggris]] dari Ny. St. Alwi Sutan Usman.{{Sfn|Hakim|2020|p=9}}
 
=== Wartawan ===
Abdul Hakim memulai karirnya di dunia jurnalistik, ketika ia diterima sebagai korektor pada [[surat kabar]] "Pertja Selatan" di [[Palembang]] pada usia 16 tahun. [[Koran]] itu merupakan yang 'terpanas" di daerah setempat, karena pada masa itu, usaha-usaha untuk merdeka masih diberangus oleh penjajah.{{Sfn|I.N.|1981|p=231}}
 
Ia kembali bersentuhan dengan dunia pers, ketika tinggal di Bogor, di rumah Sujitno. Sujitno, saat itu, menerbitkan majalah pendidikan ekonomi untuk rakyat, yang dinamakan Pasar Sabtu, karena terbit di setiap hari Sabtu, dimana di majalah tersebut, Hakim menjadi redaktur. Tahun 1937, di Jakarta terbit surat kabar "Warta Harian" dipimpin oleh Soediono Djojopranoto yang membutuhkan wartawan muda. Sehingga Hakim pindah ke Jakarta untuk menjadi wartawan harian itu.{{Sfn|Hakim|2020|p=9}}
 
Abdul Hakim adalah [[redaktur]] pertama [[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|Antara]] ketika kantor berita Indonesia ini didirikan pada 13 Desember 1937. Ia ditetapkan sebagai redaktur pertama berdasarkan pernyataan Pimpinan ''Pers-en Documentatie Bureau'' "ANTARA" tertanggal Batavia-C, 15 Juli 1941. Sebagai redaktur ia dibantu oleh [[Sanusi Pane|Sanoesi Pane]], Mr. [[Soemanang]], Mr. Alwi, Shahroezah, Sg. Djojopespito. Hakim diangkat sebagai [[redaktur]] karena pada masa itu, ia sudah berprofesi sebagai [[reporter]] dari koran [[Keng Po]].{{Sfn|I.N.|1977|p=5}}{{Sfn|Hakim|2020|p=xi - xiv}}<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|last=Laeis|first=Zuhdiar|date=17 Desember 2019|title=Bedah buku, Abdul Hakim termasuk pendiri Kantor Berita ANTARA|url=https://www.antaranews.com/berita/1212504/bedah-buku-abdul-hakim-termasuk-pendiri-kantor-berita-antara|website=Antara News|access-date=13 April 2021}}</ref>