Abdul Hakim (wartawan): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
NaidNdeso (bicara | kontrib)
NaidNdeso (bicara | kontrib)
Baris 26:
 
Hakim pernah berniat untuk mendirikan cabang dari [[Nahdlatul Ulama]] di [[Pagar Alam]] di usia yang masih muda, dan bahkan ia terpilih menjadi ketua panitia walaupun banyak rekan-rekannya yang lebih senior daripadanya. Ketika rapat pendirian diadakan, banyak partisipan yang hadir sehingga pesertanya melebihi kapasitas gedungnya dan mengakibatkan polisi [[Hindia Belanda]] membubarkan acara tersebut karena dianggap sebagai ''opengare vergadering'', rapat terbuka tanpa izin. Hal ini bertentangan dengan ijin yang sudah diajukan yaitu rapat tertutup saja.{{Sfn|Hakim|2020|p=6 - 7}}
 
Di saat yang sama, seorang pimpinan [[PNI Marhaenisme|PNI-Pendidikan]] cabang [[Lahat]] yang sedang ada di [[Pagar Alam]], Doengtjik, bertemu dengan Abdul Hakim dan memberinya nasehat untuk pergi ke Jawa agar bisa banyak belajar mengenai lika-liku perjuangan, bisa berkumpul dengan para tokoh pergerakan serta bisa mendapatkan ilmu lebih lanjut mengenai [[politik]]. Doengtjik juga berkhabar dengan rekan seperjuangannya yang ada di [[Pasirkaliki, Cicendo, Bandung|Pasirkaliki, Bandung]]. Di tahun 1933, ia berangkat ke Jawa, dan tiba di Jakarta dan mencoba bertemu seorang yang dikenalnya, Rakim Djojoprajitno, mantan guru "Mardisiswo" di [[Pagar Alam]] yang kini bekerja di kantor Factorij di Noordwijk atau lebih dikenal dengan nama jalan Juanda, Jakarta sekarang. Rakim menganjurkannya untuk tidak pergi ke Bandung, namun tinggal dan menetap di Jakarta. Rakim sendiri sebenarnya adalah pemimpin serikat buruh di tempatnya bekerja sekaligus simpatisan [[PNI Marhaenisme|PNI-Pendidikan]]. Oleh Rakim, Hakim lalu dititipkan kepada tokoh-tokoh [[PNI Marhaenisme|PNI-Pendidikan]] seperti [[Djohan Sjahroezah]], Kusnaeni dan Maruto, dimana mereka pada umumnya adalah mahasiswa [[Rechtshoogeschool te Batavia|RHS]] dan anggota [[PPPI]].{{Sfn|Hakim|2020|p=7}}
 
Tahun 1935, Hakim dititipkan ke Sujitno Mangunkusumo, mahasiswa [[Rechtshoogeschool te Batavia|RHS]] dan anggota [[PPPI]] yang tinggal di Bogor. Ketika di Bogor, Hakim berkenalan kembali dengan media, karena Sujitno menerbitkan majalah pendidikan ekonomi untuk rakyat, yang dinamakan Pasar Sabtu, karena terbit di setiap hari Sabtu, dimana di majalah tersebut, Hakim menjadi redaktur. Selain itu ia juga diminta mengurus perpustakaan "Pathaka Loka" milik Sujitno. Dan ketika malam hari, Hakim mendapatkan pelajaran Ilmu Tata Negara dari Alwi Sutan Usman (mahasiswa), serta pelajaran [[Bahasa Inggris]] dari Ny. St. Alwi Sutan Usman.{{Sfn|Hakim|2020|p=9}}
 
=== Wartawan ===