Polemik sabda raja Yogyakarta 2015: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Isi sabda: Perbaikan kesalahan ketik Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 22:
== Tanggapan ==
Sabda Raja Sultan Hamengku Buwono X tak hanya menuai pro dan kontra di dalam lingkungan Keraton Yogyakarta. Di luar lingkungan keraton, organisasi masyarakat [[Muhammadiyah]] dan [[Nahdlatul Ulama]] (NU) ikut angkat bicara. Menurut Ketua Muhammadiyah Kota Yogyakarta Heni Astiyanto, Sultan tak perlu menghapus gelar khalifatullah itu jika tujuannya untuk memodernisasi nilai dalam keraton. Jabatan khalifatullah secara harafiah tak merujuk bahwa Sultan hanya sebagai pemuka untuk umat Islam semata. Khalifatullah memiliki arti pemimpin yang mengatur bumi, bukan pemimpin agama tertentu saja.
Keputusan yang naif Dari seorang Raja akhir zaman, hanya demi kepentingan keluarga inti (Istri dan anak), sehingga menabrak paugeran yang berlaku sejak didirikannya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang notabene adalah Kerajaan Islam, Dan selalu dipimpin seorang Sultan (Pria).[1]
<ref>http://www.tempo.co/read/news/2015/05/07/058664246/NU-dan-Muhammadiyah-Protes-Sabda-Raja-Yogya</ref>
== Referensi ==
|