Alat penguji napas koronavirus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Imamsyahid (bicara | kontrib)
menambahkan latar belakang dan cara kerja
Baris 1:
Alat deteksi [[Penyakit koronavirus 2019|COVID-19]] menggunakan napas atau disebut juga ''breathlyzer'' virus korona adalah alat diagnostik yang dapat memungkinkan penggunanya untuk mendeteksi infeksi virus korona dalam tubuh manusia melalui analisis hembusan nafas. Sejak awal 2020, ide mengembangkan alat ini sudah dijalankan oleh pelbagai negara (walau tidak saling bekerja sama) seperti Indonesia, Amerika Serikat, Belanda, Finlandia, Jerman, Israel, Inggris, Australia, dan Kanada.<ref>Anon, [https://eurekalert.org/pub_releases/2020-04/aabu-nct041620.php "New coronavirus test that is eight times faster can help locate asymptomatic carriers"], [[American Association for the Advancement of Science#EurekAlert!|EurekAlert!]], April 20, 2020.</ref>
 
== Latar Belakang ==
Beberapa orang yang telah menjalani tes usap untuk pengujian virus corona pasti tidak akan menganggapnya sebagai pengalaman yang menyenangkan. Prosedur ini menusukkan kapas panjang ke atas hidung untuk mengumpulkan sampel dari bagian belakang hidung dan tenggorokan, yang kemudian dianalisis untuk mengetahui adanya SARS-CoV-2 dengan reverse-transcription polymerase chain reaction (RT-PCR). Selain tidak nyaman, standar emas pengujian COVID-19 saat ini membutuhkan RT-PCR, prosedur laboratorium yang memakan waktu. Karena banyaknya sampel yang harus diuji, untuk bisa mendapatkan hasil bisa memakan waktu beberapa hari. Sehingga, untuk mengurangi tingkat penularan dan kematian, sistem perawatan kesehatan memerlukan tes yang lebih cepat, murah dan mudah digunakan.<ref name=":0">{{Cite web|title=Toward a Coronavirus Breathalyzer Test|url=https://www.labmanager.com/news/toward-a-coronavirus-breathalyzer-test-23624|website=Lab Manager|language=en|access-date=2021-03-26}}</ref>
 
== Cara Kerja ==
Alat ini mirip dengan tes breathalyzer yang digunakan untuk mendeteksi keracunan alkohol. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa virus dan sel yang mereka infeksi mengeluarkan senyawa organik yang mudah menguap (VOC) yang dapat dihembuskan melalui napas.<ref>{{Cite web|title=Toward a coronavirus breathalyzer test|url=https://www.acs.org/content/acs/en/pressroom/newsreleases/2020/august/toward-a-coronavirus-breathalyzer-test.html|website=American Chemical Society|language=en|access-date=2021-03-26}}</ref>
 
Para peneliti membuat susunan nanopartikel yang sensitif terhadap berbagai VOC. Ketika VOC berinteraksi dengan molekul pada nanopartikel, hambatan listrik pada alat akan berubah. Para peneliti kemudian melatih sensor untuk mendeteksi COVID-19 dengan menggunakan [[Pemelajaran mesin|pembelajaran mesin]] yang akan membandingkan pola sinyal hambatan listrik yang diperoleh dari napas pasien COVID-19 dengan napas dari sampel. Dari hasil perbandingan tersebut, pembelajaran mesin akan mengidentifikasi potensi adanya COVID-19. Semakin mirip maka semakin besar probabilitas sampel memiliki SARS-CoV-2. Meskipun tes seperti ini perlu divalidasi pada lebih banyak pasien, metode seperti ini bisa berguna untuk menskrining populasi besar untuk menentukan individu mana yang membutuhkan pengujian lebih lanjut.<ref name=":0" />
 
== Negara-negara pengembang ==
 
=== Indonesia ===