Panglima Wangkang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Panglima Wangkang''' atau '''Mas Demang Wangkang''' bin Pambakal Kendet (lahir: [[Marabahan, Barito Kuala|Marabahan]]<ref name="pegustian"> {{id}}Helius Sjamsuddin; Pegustian dan Temenggung: akar sosial, politik, etnis, dan dinasti perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906; Balai Pustaka, 2001</ref> [[1812]]) adalah salah seorang [[panglima]] [[perang]] dalam [[Perang Banjar]] dari kalangan [[suku Bakumpai]] yang mempertahankan [[Distrik Bakumpai]] (sekarang [[Barito Kuala]]). Panglima Wangkang merupakan panglima Dayak yang berdarah Banjar. Bapaknya bernama Kendet (Pambakal Kendet), juga seorang pejuang dan pemimpin suku Bakumpai. Ibunya bernama Ulan berasal dari [[Amuntai]] seorang [[suku Banjar]].
 
Dalam membicarakan perlawanan di daerah Bakumpai perlu disebut tokoh Demang Wangkang yang juga berpengaruh. Di Marahaban ia sepakat dengan Tumenggung Surapati untuk menyerang ibu kota Banjarmasin. Pada tanggal 25 November 1870 ia bersama pengikutnya sebanyak 500 orang meninggalkan Marahaban[[Marabahan]] menuju Banjarmasin. Pertempuran terjadi di dalam kota, tetapi karena kekuatana Belanda cukup besar, Demang Wangkang menarik kembalipasukaannyakembali pasukaannya keluar kota.
 
Demang Wangkang dan anak buahnya tidak kembali ke tempat pertahanan semula di Marahaban, tetapi ke Sungai Durrakhman. Tidak berapa lama di situ, pada akhir Desember 1870 datang pasukan Belanda yang kuat, terdiri atas 150 orang serdadu dan 8 orang opsir. Pasukan Belanda ini sudah mendapat tambahan pasukan bantuan yang di datangkan dari Surabaya dan pasukan oarng Dayak di bawah pimpinan Suto Ono. Sebelum tiba di Durrakhman, pasuakanpasukan Belanda ini telah datang ke tempat pertahana DeamangDemang Wangkang semula yaitu di MarahabanMaraahan, tetapi ternyata kosong. Benteng Demang Wangkang di DurrakhmandidekatiDurrakhman didekati pasukan pemerintah Belanda. Terjadilah pertempuran, dan dalam pertempuran ini Demang Wangkang menemui ajalnya.<ref name="Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19">{{id}} {{cite book|pages=282|url=http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA282&ots=yQx4msvFyr&dq=pangeran%20perbatasari&hl=id&pg=PA282#v=onepage&q=pangeran%20perbatasari&f=false|author=Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|title=Sejarah nasional Indonesia: Nusantara pada abad ke-18 dan ke-19|publisher=PT Balai Pustaka|year=1992|isbn=9794074101|access-date=2014-05-22|archive-date=2014-05-22|archive-url=https://web.archive.org/web/20140522195810/http://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&lpg=PA282&ots=yQx4msvFyr&dq=pangeran%20perbatasari&hl=id&pg=PA282#v=onepage&q=pangeran%20perbatasari&f=false|dead-url=yes}}ISBN 978-979-407-410-7</ref>
 
== Hubungan dengan Kepala Distrik Bakumpai ==
 
Panglima Wangkang merupakan mertua Kiai Demang Wangsa Negara seorang Kepala Distrik Bakumpai pada saat itu.
 
== Rujukan ==