Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 23:
Pada Kongres Nasional 1993, [[Megawati Soekarnoputri]] terpilih sebagai Ketua Umum [[Partai Demokrasi Indonesia]], salah satu dari tiga partai politik yang diakui oleh pemerintahan "[[Orde Baru]]" [[Presiden Soeharto]]. Hasil ini tidak diakui oleh pemerintah, yang terus mendorong Budi Harjono, calon ketua umum yang dipilihnya, untuk dipilih. Kongres Khusus diadakan di mana pemerintah mengharapkan Harjono terpilih, tetapi Megawati sekali lagi muncul sebagai pemimpin terpilih. Posisinya semakin terkonsolidasi ketika Majelis Nasional PDI meratifikasi hasil kongres.
 
Pada bulan Juni 1996, Kongres Nasional kembali diadakan di [[kota Medan]], dimana Megawati tidak diundang; anggota anti-Megawati hadir. Dengan dukungan pemerintah, [[Soerjadi (politikus)|Suryadi]], mantan ketua umum, terpilih kembali menjadi Ketua Umum PDI. Megawati menolak mengakui hasil kongres ini dan terus memandang dirinya sebagai pemimpin sah PDI.
 
Pagi 27 Juli 1996, Suryadi mengancam akan mengambil kembali markas PDI di Jakarta.<ref>{{cite web|last=B.|first=Edy|title=Kronologi Peristiwa 27 Juli 1996|newspaper=Tempo|date=10 August 1996|url=http://www.tempointeraktif.com/ang/min/01/23/utama1.htm|url-status=dead|archive-url=https://web.archive.org/web/20070927200959/http://www.tempointeraktif.com/ang/min/01/23/utama1.htm|archive-date=27 September 2007|language=id}}</ref> Para pendukung Suryadi (kabarnya dengan dukungan Pemerintah) [[Peristiwa 27 Juli|menyerang Markas Besar PDI]] dan menghadapi perlawanan dari pendukung Megawati yang ditempatkan di sana sejak Kongres Nasional di Medan. Dalam bentrokan berikutnya, pendukung Megawati berhasil bertahan di markas. Kerusuhan pun terjadi - pada tahap yang dianggap terburuk yang pernah dilihat Jakarta pada masa "Orde Baru" - yang disusul dengan tindakan keras pemerintah. Pemerintah kemudian menuding kerusuhan itu terjadi pada [[Partai Rakyat Demokratik]] (PRD). Meski digulingkan sebagai ketua oleh Suryadi dan pemerintah, acara tersebut sangat mengangkat profil Megawati, memberikan simpati dan popularitas nasional.