Sejarah Māori: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Anantagita (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Anantagita (bicara | kontrib) merapikan terjemahan |
||
Baris 2:
'''Sejarah Māori''' bermula dengan kedatangan penduduk [[Polinesia]] di [[Selandia Baru]] (''[[Aotearoa]]'' dalam [[bahasa Māori]]). Migrasi lintas-samudera ini dilakukan menggunakan [[kano migrasi Māori|kano]] di antara akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-14. Setelah beberapa abad terisolasi, pemukim Polinesia ini kemudian membentuk budaya mereka sendiri. Mereka kemudian dikenal sebagai [[suku Māori]].
Sejarah awal Māori umumnya dibagi menjadi dua periode: periode Arkais (sekitar 1300-1500)
Beberapa hal yang mengubah kondisi sosial dan kultural orang Māori dalam periode Klasik adalah populasi yang semakin membesar, persaingan atas sumber daya, dan perubahan iklim lokal. Dalam periode ini, muncullah budaya petarung dan desa-desa berbenteng (''[[pā]]''), serta muncul pula [[budaya Māori|bentuk seni budaya]] yang berbeda. Sekelompok orang Māori pindah ke [[Kepulauan Chatham]] di sekitar tahun 1500 dan membentuk suku yang berbeda dan cinta damai, yaitu [[suku Moriori]].
Kedatangan orang Eropa
Namun pada awal abad ke-20, populasi Māori mulai meningkat kembali. Upaya mulai diadakan untuk meningkatkan kedudukan sosial, politis, kultural dan ekonomis orang Māori dalam masyarakat Selandia Baru yang lebih luas. [[Gerakan protes Māori]] yang meminta [[Klaim dan penyelesaian Perjanjian Waitangi|ganti rugi atas kerugian historis]] diadakan pada tahun 1960an. Pada sensus tahun 2013, tercatat bahwa ada sekitar 600.000 orang di Selandia Baru yang menyatakan dirinya Māori, sekitar 15% dari populasi nasional.
Baris 12:
==Asal dari Polinesia==
[[File:Polynesian Migration-id.svg|thumb|upright=1.5|Orang Māori menduduki Selandia Baru setelah berlayar melompat-lompat pulau di Pasifik Selatan]]
Bukti dari bidang-bidang genetika, arkeologi, linguistik dan antropologi fisik menggambarkan bahwa nenek moyang orang Polinesia dapat ditarik balik ke penduduk asli Taiwan. Studi [[Linguistik evolusioner|evolusi bahasa]]<ref name="Stuff.co.nz_807540">{{cite news|url=http://www.stuff.co.nz/national/807540/Language-study-links-Maori-to-Taiwan|title=Language study links Maori to Taiwan |date=24 January 2009 |work=[[Stuff.co.nz]] |access-date=19 October 2011}}</ref>
Analisis yang dilakukan oleh Kayser ''et al.'' (2008) menemukan bahwa hanya 21% proporsi kolam gen autosomal Māori-Polinesia yang berasal dari Melanesia; sisanya, sebesar 79%, berasal dari Asia Timur.<ref>{{cite journal | last1 = Kayser | first1 = Manfred | last2 = Lao | first2 = Oscar | last3 = Saar | first3 = Kathrin | last4 = Brauer | first4 = Silke | last5 = Wang | first5 = Xingyu | last6 = Nürnberg | first6 = Peter | last7 = Trent | first7 = Ronald J. | last8 = Stoneking | first8 = Mark | year = 2008 | title = Genome-wide analysis indicates more Asian than Melanesian ancestry of Polynesians | journal = The American Journal of Human Genetics | volume = 82 | issue = 1| pages = 194–198 | doi=10.1016/j.ajhg.2007.09.010 | pmid=18179899 | pmc=2253960}}</ref> Studi lain oleh Friedlaender ''et al.'' (2008) memastikan bahwa orang Polinesia lebih dekat dengan [[
==Pendudukan Selandia Baru==
Baris 20:
Di Selandia Baru, tidak ditemukan sisa jasad, artefak, atau struktur, yang dapat diberikan penanggalan dengan jelas pada masa sebelum Kaharoa Tephra, yaitu lapisan debu vulkanik akibat letusan [[Gunung Tarawera]] di sekitar tahun 1314 M.<ref>{{Cite journal|last1= Jacomb|first1=Chris|last2=Holdaway|first2= Richard N.|last3=Allentoft|first3=Morten E.|last4=Bunce|first4=Michael|last5=Oskam|first5= Charlotte L.|last6=Walter|first6=Richard |last7=Brooks|first7=Emma| year=2014|title=High-precision dating and ancient DNA profiling of moa (Aves: Dinornithiformes) eggshell documents a complex feature at Wairau Bar and refines the chronology of New Zealand settlement by Polynesians |journal=Journal of Archaeological Science |language=en |volume=50 |pages=24–30|doi=10.1016/j.jas.2014.05.023|url=http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/23310/}}</ref> Studi 1999 yang menganalisis gigitan [[kiore]] (tikus Polinesia) pada tulang menghasilkan abad paling awal 10 M,<ref>{{cite journal|last1=Holdaway|first1=Richard N.|year=1999|title=A spatio‐temporal model for the invasion of the New Zealand archipelago by the Pacific rat Rattus exulans|journal=Journal of the Royal Society of New Zealand |volume=29|issue=2 |pages=91–105|doi=10.1080/03014223.1999.9517586|issn=0303-6758|doi-access=free}}</ref> tetapi hasil studi ini kemudian dinyatakan salah. Sampel-sampel tulang tikus dan kerang/kotak benih kayu yang digigit tikus menunjukkan dekade kedatangan setelah letusan Gunung Tarawera, kecuali untuk tiga buah, yang diperkirakan datang sekitar satu dekade sebelum letusan.<ref>{{cite book |last=Lowe |first=David J. |title=Polynesian settlement of New Zealand and the impacts of volcanism on early Maori society: an update |url=http://researchcommons.waikato.ac.nz/bitstream/10289/2690/1/Lowe%202008%20Polynesian%20settlement%20guidebook.pdf |access-date=18 January 2010 |isbn=978-0-473-14476-0 |journal=Guidebook for Pre-conference North Island Field Trip A1 'Ashes and Issues' |date=November 2008 |page=142}}</ref>
Ada pula bukti dari serbuk tanaman akibat kebakaran hutan yang meluas sekitar satu atau dua dekade sebelum letusan Tarawera. Beberapa peneliti berpendapat
Tradisi lisan Māori menggambarkan kedatangan nenek moyang mereka dalam sejumlah kano lintas-samudera yang dikenal sebagai ''waka''. Mereka datang dari [[Hawaiki]]. Hawaiki adalah tanah air spiritual bagi banyak masyarakat Polinesia timur. Tempat ini sering kali dianggap mitis, namun beberapa peneliti percaya bahwa tempat ini benar-benar ada, yaitu pulau [[Raiatea|Rai'atea]] yang terletak di [[Kepulauan Society]], [[Polinesia Prancis]]. Dalam dialek lokal, pulau ini bernama Havai'i.<ref>Buck (1960)</ref><ref name="Hudjashov et al. (2018)"/> Cerita migrasi berbeda-beda bagi setiap ''[[iwi]]'' (suku), namun anggota ''iwi'' umumnya dapat menyebutkan ''waka'' yang digunakan untuk migrasi nenek moyang mereka.
Para pemukim baru ini datang dengan beberapa spesies yang kemudian tumbuh bebas di pulau, antara lain [[ubi|kumara]], [[taro]], [[yam]], [[labu air]], [[Cordyline fruticosa|''tī'']], [[daluang|''aute'']], serta [[anjing Polinesia]] dan [[tikus Polinesia]]. Kemungkinan besar spesies lain dari tanah air mereka juga ikut terbawa, tetapi tidak selamat dalam perjalanan atau tidak mampu tumbuh di pulau baru.<ref>{{cite web |last1=Furey |first1=Louise |title=Cultigens grown by Māori |url=https://teara.govt.nz/en/nga-tupu-mai-i-hawaiki-plants-from-polynesia/page-1 |website=Te Ara |access-date=5 October 2019}}</ref>
Dalam beberapa dekade terakhir, riset [[DNA mitokondrial]] (mtDNA) menemukan bahwa jumlah perempuan dalam para pemukim awal adalah sekitar 50 hingga 100 orang.<ref>[http://lens.auckland.ac.nz/images/3/31/Pacific_Migration_Seminar_Paper.pdf "Rethinking Polynesian Origins: Human Settlement of the Pacific"], Michal Denny, and Lisa Matisoo-Smith</ref><ref>[http://nzsm.webcentre.co.nz/article1834.htm "Maori Migration"] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160130000455/http://nzsm.webcentre.co.nz/article1834.htm |date=30 January 2016 }}, Bernard Carpinter, NZ Science Monthly</ref>
Baris 30:
== Periode Arkais (1300-1500) ==
[[File:Giant Haasts eagle attacking New Zealand moa.jpg|thumb|220px|left|Penggambaran seniman: seekor burung [[elang Haast]] menyerang [[moa]]. Kedua spesies ini punah pada periode Arkais.]]
Periode pendudukan terdahulu orang Māori dikenal sebagai periode "Arkais", "''Moahunter''" atau "Kolonialisasi". Nenek moyang Polinesia orang Māori tiba di sebuah daerah berhutan yang memiliki [[Burung di Selandia Baru|banyak burung]], termasuk beberapa spesies [[moa]] yang kini punah. Beratnya dapat mencapai 20 hingga 250 kg per burung moa. Ada pula spesies lain yang kini juga telah punah, yaitu [[angsa Selandia Baru]], [[soang Selandia Baru]] dan [[
[[File:Early Maori objects from Wairau Bar, Canterbury Museum, 2016-01-27.jpg|thumb|290px|right|Artefak periode Arkais awal dari situs arkeologis di [[ambang sungai Wairau]] yang ditampilkan di [[Museum Canterbury, Christchurch|Museum Canterbury]] di [[Christchurch]].]]
Situs Arkais yang paling terkenal dan paling banyak diteliti adalah [[ambang sungai Wairau]] di Pulau Selatan.<ref>[http://www.teara.govt.nz/en/1966/archaeology/2 "Maori Colonisation"], Te Ara</ref><ref>[http://anatomy.otago.ac.nz/index.php?option=com_content&task=view&id=457&Itemid=36 "Wairau Bar Excavation Study "], University of Otago</ref> Situs ini mirip dengan [[desa terpusat]] Polinesia timur dan merupakan satu-satunya situs arkeologis Selandia Baru yang berisi tulang manusia yang lahir di tempat lain. [[Penanggalan radiokarbon]] batubara, tulang manusia, tulang moa, kerang sungai dan
Periode Arkais dikenal tidak memiliki senjata dan benteng yang kemudian akan muncul di periode "Klasik",<ref name=moa66>[http://www.teara.govt.nz/en/1966/maori-material-culture/1 "The Moa Hunters"], 1966, ''An Encyclopaedia of New Zealand,''</ref> serta juga dikenal untuk artefak "kalung
Penelitian oleh [[Helen Leach]] menunjukkan bahwa orang Māori menggunakan setidaknya 36 jenis tanaman pangan, meskipun banyak dari tanaman tersebut memerlukan detoksifikasi dan periode memasak yang panjang (12-24 jam). Riset D. Sutton mengenai fertilitas pada periode terdahulu suku Māori menunjukkan bahwa kehamilan pertama biasanya terjadi di sekitar umur 20 dan angka
==Periode Klasik (1500-1642)==
[[File:Model Of Maori Pa On Headland.jpg|thumb|upright=1.15|Model sebuah ''pā'' yang dibangun di atas tanjung. ''Pā'' banyak dibangun akibat perselisihan dan peperangan yang semakin banyak dalam populasi yang semakin besar.]]
Pendinginan iklim yang berhasil dikonfirmasi melalui studi cincin pohon di dekat [[Hokitika]] menunjukkan terjadinya [[Zaman Es Kecil]] yang signifikan, tiba-tiba, dan bertahan lama. Periode dingin ini bersamaan dengan beberapa gempa bumi besar di dekat patahan Alpine di Pulau Selatan, sebuah gempa bumi masif di daerah [[Wellington]] pada tahun 1460,<ref>{{cite encyclopedia |url=http://www.teara.govt.nz/en/wellington-region/2 |title=Creation stories and landscape – Wellington region| encyclopedia=Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand |first=Chris |last=Maclean |date=3 March 2009|access-date=29 November 2011}}</ref>
Periode ini ditandai dengan senjata dan ornamen yang dibuat dengan batu hijau (''[[pounamu]]''), kano yang diukir dengan mewah (sebuah tradisi yang akan dilanjutkan ke arsitektur, menghasilkan rumah musyawarah bernama ''[[wharenui]]'')<ref name="neich">Neich Roger, 2001. ''Carved Histories: Rotorua Ngati Tarawhai Woodcarving''. Auckland: Auckland University Press, pp 48–49.</ref> dan [[budaya petarung]] yang garang. Orang Māori pada periode ini juga mulai membangun benteng di atas bukit yang dikenal dengan ''[[pā]]'' dan mempraktikkan kanibalisme.<ref name="NZ_Herald_10462390">{{cite news|url=https://www.nzherald.co.nz/cultures/news/article.cfm?c_id=105&objectid=10462390 |title='Battle rage' fed Maori cannibalism |author=Masters, Catherine |date=8 September 2007 |work=[[The New Zealand Herald]] |access-date=19 October 2011}}</ref><ref>[https://teara.govt.nz/en/1966/hongi-hika HONGI HIKA (c. 1780–1828) Ngapuhi war chief], the Encyclopedia of New Zealand.</ref><ref>[http://www.nzetc.org/tm/scholarly/tei-Cow02NewZ-c20.html James Cowan, ''The New Zealand Wars: A History of the Maori Campaigns and the Pioneering Period:'' Volume II, 1922.]</ref> Mereka juga membangun kano-kano perang (''[[waka taua]]'') terbesar yang pernah mereka bangun.
Baris 51:
[[File:Gilsemans 1642.jpg|thumb|upright=1.1|Kesan pertama orang Eropa mengenai orang Māori di Teluk Emas, tercatat dalam jurnal perjalanan [[Abel Tasman]] (1642)]]
Dalam sejarah, pemukiman Eropa di Selandia Baru termasuk relatif baru. Sejarawan Selandia Baru, [[Michael King]], dalam bukunya ''The Penguin History of New Zealand'', mencatat bahwa orang Māori adalah "masyarakat besar terakhir di muka Bumi yang belum tersentuh dan
[[File:Louis John Steel - The blowing up of the Boyd Steele (1889).jpg|thumb|upright=1.1|''The Blowing Up of the Boyd'' oleh [[Louis John Steele]], 1889]]
Sejak tahun 1780an, orang Māori sudah berpapasan dengan [[pemburu anjing laut]] dan [[pemburu ikan paus]] dari Eropa dan Amerika. Beberapa orang Māori bahkan menjadi awak kapal-kapal asing tersebut, terutama di kapal-kapal pemburu anjing laut dan ikan paus yang beroperasi di perairan Selandia Baru. Tidak sedikit kru kapal Pulau Selatan yang hampir seluruhnya Māori. Antara tahun 1800 dan 1820, terdapat 65 ekspedisi pemburuan anjing laut di Selandia Baru, utamanya dari Britania dan Australia.<ref>R Bennett. ''Treaty to Treaty''. 2007. P 193.</ref> Kadang di lingkungan orang Māori juga datang buronan yang kabur dari Australia, desertir dari kapal-kapal asing yang datang, atau misionaris-misionaris Kristen terdahulu. Para
Para buronan tersebut kemudian mencapai kedudukan yang berbeda-beda di dalam masyarakat Māori, berkisar antara budak hingga pelayan berjabatan tinggi. Tidak sedikit pula yang akhirnya tidak lebih dari sekadar narapidana. Ada juga beberapa buronan yang meninggalkan budaya Eropa dan menyatakan diri sebagai orang Māori. Orang-orang Eropa yang "menjadi pribumi" ini kemudian dikenal sebagai [[Māori Pākehā]]. Banyak orang Māori yang amat menghargai mereka sebagai cara untuk mendapatkan pengetahuan dan teknologi Barat, terutama tentang senjata. Ketika Whiria ([[Pōmare II (Ngapuhi)|Pōmare II]])<ref name="Pom2">{{cite web|first= Angela |last= Ballara |title = Pomare II | date =30 October 2012|url= http://www.TeAra.govt.nz/en/biographies/1p20/pomare-ii |publisher=Dictionary of New Zealand Biography. Te Ara – the Encyclopedia of New Zealand|access-date=4 March 2014}}</ref> mengobarkan perang melawan [[Tītore]] di tahun 1838, ia memiliki 131 orang Eropa di dalam tentaranya.<ref>[http://www.nzhistory.net.nz/culture/maori-european-contact-pre-1840/pakeha-maori "Pakeha-Maori"], New Zealand History online</ref> [[Frederick Edward Maning]], seorang penduduk Eropa terdahulu, menulis dua penjelasan yang menarik mengenai hidup di zaman tersebut. Kini kedua penjelasan itu telah menjadi sumber klasik dalam [[Sastra Selandia Baru]], berjudul ''Old New Zealand'' ("Selandia Baru Dulu") dan ''History of the War in the North of New Zealand against the Chief Heke'' ("Sejarah Peperangan di Utara Selandia Baru Melawan Kepala Suku Heke"). Permukiman orang Eropa di Selandia Baru pun perlahan-lahan meningkat. Pada tahun 1839, diperkirakan terdapat setinggi-tingginya 2.000 orang Eropa tinggal di antara masyarakat Māori, dua-pertiganya hidup di Pulau Utara, terutama di [[Peninsula Northland]].<ref>{{cite encyclopedia |last1=Phillips |first1=Jock |title=History of immigration – A growing settlement: 1825 to 1839 |url=https://teara.govt.nz/en/history-of-immigration/page-2 |encyclopedia=Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand |access-date=4 June 2018 |date=1 August 2015}}</ref>
Antara tahun 1805 dan 1840, orang Māori yang tinggal di dekat penduduk Eropa berhasil mendapatkan [[senapan lontak]]. Permintaan akan senapan semacam ini kemudian meningkat tajam untuk menghindari persekusi dan pemusnahan, sambil juga memudahkan agresi melawan kelompok tetangga. Tidak lama kemudian, orang Māori mulai mengenal [[kentang]]. Makanan ini kemudian membuat mereka dapat melakukan ekspedisi lebih jauh dan dengan waktu lebih banyak. Kedua perkembangan ini kemudian berujung pada [[peperangan endemik|peperangan antarsuku]] yang disebut [[Peperangan Senapan Lontak]]. Dalam peperangan ini, banyak kelompok yang musnah dan kelompok-kelompok yang lain terpaksa diusir dari wilayah tradisional mereka.<ref>[http://www.teara.govt.nz/1966/M/MaoriHealthAndWelfare/MaoriHealthAndWelfare/en 1966 ''Encyclopaedia of New Zealand'']</ref> Permintaan yang tinggi atas barang dagang seperti flaks dan ''[[mokomokai]]'' (kepala bertato)<ref>Old New Zealand: being Incidents of Native Customs and Character in the Old Times by 'A Pakeha Maori' (Frederick Edward Maning), originally published 1863. http://www.gutenberg.org/ebooks/33342 chapter 3</ref> membuat banyak orang Māori pindah ke daerah rawa tempat flaks dapat ditumbuhkan. Di sana mereka kemudian menghabiskan waktu bekerja untuk mendapatkan dan mencari flaks (yang selalu tidak cukup), hingga orang-orang yang tetap selamat dari upaya ini kemudian dapat dilengkapi secara penuh dengan senapan lontak dan amunisi, baru kemudian dengan perkakas besi.<ref>{{cite journal |last=Thompson |first=Christina A. |date=June 1997 |title=A dangerous people whose only occupation is war: Maori and Pakeha in 19th century New Zealand |journal=Journal of Pacific History |volume=32 |issue=1|pages=109–119|quote=Whole tribes sometimes relocated to swamps where flax grew in abundance but where it was unhealthy to live. Swamps were ideal places for the breeding of the TB bacillus.<!--IS THIS IN THE ACTUAL ARTICLE?-->|doi=10.1080/00223349708572831}}</ref><ref>Old New Zealand: being Incidents of Native Customs and Character in the Old Times by 'A Pakeha Maori' (Frederick Edward Maning), originally published 1863. http://www.gutenberg.org/ebooks/33342 chapter 13 "every man in a native hapu of, say a hundred men, was absolutely forced on pain of death to procure a musket and ammunition at any cost, and at the earliest possible moment (for, if they did not procure them, extermination was their doom by the hands of those of their country-men who had), the effect was that this small hapu, or clan, had to manufacture, spurred by the penalty of death, in the shortest possible time, one hundred tons of flax, scraped by hand with a shell, bit by bit, morsel by morsel, half-a-quarter of an ounce at a time."</ref> Diperkirakan bahwa pada periode ini jumlah orang Māori berkurang dari sekitar 100.000 (di tahun 1800) menjadi antara 50.000 hingga 80.000 ketika perang selesai di tahun 1843. Rekam sejarah ini menjadi kurang jelas karena tidak diketahui secara pasti berapa atau apakah orang Pākehā Māori juga dihitung dan karena banyak ''iwi'' dan ''hapū'' yang hampir mengalami kepunahan
Pada waktu yang sama, orang Māori juga menderita tingkat kematian yang tinggi akibat penyakit infeksius dari Eurasia, seperti [[influenza]], [[cacar]] dan [[campak]], yang menewaskan orang Māori dalam jumlah yang tidak diketahui. Perkiraan berkisar antara 10 hingga 50%.<ref>{{cite web|url=http://www.portdanielpress.com/maori_pop.htm|title=Estimating a population devastated by epidemics|last=Entwisle|first=Peter|work=[[Otago Daily Times]]|date=20 October 2006|access-date=13 May 2008|archive-url=https://web.archive.org/web/20081014015352/http://www.portdanielpress.com/maori_pop.htm|archive-date=14 October 2008|url-status=dead|df=dmy-all}}</ref><ref>{{cite journal|title=Estimates of New Zealand Maori Vital Rates from the Mid-Nineteenth Century to World War I|journal=Population Studies|volume=27|issue=1|date=March 1973|pages=117–125|first=D. I.|last=Pool|jstor=2173457|doi=10.2307/2173457|pmid=11630533}}</ref> Penyakit-penyakit yang baru datang ini menjadi [[epidemi|epidemik]] karena orang Māori tidak memiliki [[kekebalan tubuh]] untuk melawannya. Akhirnya, di tahun 1850an, orang Māori mulai hidup dengan stabil dan ekonomi pun mulai tumbuh. Kedatangan besar-besaran penduduk dari Eropa di tahun 1870 menambah kontak antara orang pribumi dan pendatang baru.
[[Te Rangi Hīroa]] mencatat sebuah epidemi yang disebabkan oleh penyakit respiratoris yang disebut ''rewharewha'' oleh orang Māori. Epidemi ini "menghabisi" masyarakat di awal abad ke-19 dan "menyebar dengan kecepatan tinggi di seluruh Pulau Utara dan bahkan hingga ke Selatan ... Campak, [[tipes]], [[demam scarlet]], [[batuk rejan]], hampir semuanya
[[File:New-zealanders-first-book-title.jpg|thumb|left|upright=1.25|''A korao no New Zealand; or, the New Zealander's first book'' adalah buku pertama yang ditulis dalam bahasa Māori. Buku ini ditulis oleh Thomas Kendall di tahun 1815.]]
|