Sejarah Māori: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
merapikan terjemahan
Baris 2:
'''Sejarah Māori''' bermula dengan kedatangan penduduk [[Polinesia]] di [[Selandia Baru]] (''[[Aotearoa]]'' dalam [[bahasa Māori]]). Migrasi lintas-samudera ini dilakukan menggunakan [[kano migrasi Māori|kano]] di antara akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-14. Setelah beberapa abad terisolasi, pemukim Polinesia ini kemudian membentuk budaya mereka sendiri. Mereka kemudian dikenal sebagai [[suku Māori]].
 
Sejarah awal Māori umumnya dibagi menjadi dua periode: periode Arkais (sekitar 1300-1500), dan periode Klasik (sekitar 1500-1642). Situs arkeologi seperti [[ambang sungai Wairau]] menunjukkan bukti keberadaan awal penduduk Polinesia di Selandia Baru. Kebanyakan tanaman yang dibawa penduduk tersebut dari Polinesia tidak dapat tumbuh dengan baik di iklim Selandia Baru yang lebih dingin; mereka akhirnya memburu berbagai spesies burung dan laut, kadang-kadang hingga spesies itu punah.
 
Beberapa hal yang mengubah kondisi sosial dan kultural orang Māori dalam periode Klasik adalah populasi yang semakin membesar, persaingan atas sumber daya, dan perubahan iklim lokal. Dalam periode ini, muncullah budaya petarung dan desa-desa berbenteng (''[[pā]]''), serta muncul pula [[budaya Māori|bentuk seni budaya]] yang berbeda. Sekelompok orang Māori pindah ke [[Kepulauan Chatham]] di sekitar tahun 1500 dan membentuk suku yang berbeda dan cinta damai, yaitu [[suku Moriori]].
 
Kedatangan orang Eropa kedi Selandia Baru bermula dipada tahun 1642 olehdengan kedatangan [[Abel Tasman]]. Perubahan besar terjadi didalam suku Māori, yang kemudian mengenal makanan, teknologi, senjata, dan budaya Barat dari para penduduk Barat, terutama dari Britania. Pada tahun 1840, Mahkota Britania dan banyak kepala suku Māori menandatangani [[Perjanjian Waitangi]], yang memasukkan Selandia Baru ke dalam [[Imperium Britania]] dan memberikan status subyek Britania kepada orang Māori. Hubungan awal antara orang Māori dan orang Eropa (yang disebut "Pākehā") oleh orang Māori) cenderung damai. Namun, perseteruan yang makin memanas akibat konflik penjualan lahan berujung pada [[Peperangan Selandia Baru|konflik di tahun 1860an]] dan [[penyitaan tanah Selandia Baru|penyitaan tanah]] dalam skala besar. Permasalahan sosial dan epidemi penyakit baru juga membuat orang Māori semakin menderita. Populasi dan kedudukan mereka di Selandia Baru semakin menurun.
 
Namun pada awal abad ke-20, populasi Māori mulai meningkat kembali. Upaya mulai diadakan untuk meningkatkan kedudukan sosial, politis, kultural dan ekonomis orang Māori dalam masyarakat Selandia Baru yang lebih luas. [[Gerakan protes Māori]] yang meminta [[Klaim dan penyelesaian Perjanjian Waitangi|ganti rugi atas kerugian historis]] diadakan pada tahun 1960an. Pada sensus tahun 2013, tercatat bahwa ada sekitar 600.000 orang di Selandia Baru yang menyatakan dirinya Māori, sekitar 15% dari populasi nasional.
Baris 12:
==Asal dari Polinesia==
[[File:Polynesian Migration-id.svg|thumb|upright=1.5|Orang Māori menduduki Selandia Baru setelah berlayar melompat-lompat pulau di Pasifik Selatan]]
Bukti dari bidang-bidang genetika, arkeologi, linguistik dan antropologi fisik menggambarkan bahwa nenek moyang orang Polinesia dapat ditarik balik ke penduduk asli Taiwan. Studi [[Linguistik evolusioner|evolusi bahasa]]<ref name="Stuff.co.nz_807540">{{cite news|url=http://www.stuff.co.nz/national/807540/Language-study-links-Maori-to-Taiwan|title=Language study links Maori to Taiwan |date=24 January 2009 |work=[[Stuff.co.nz]] |access-date=19 October 2011}}</ref> anddan mtDNAbukti evidencemtDNA<ref>{{Cite journal | doi=10.1371/journal.pbio.0030281| title=Mitochondrial DNA Provides a Link between Polynesians and Indigenous Taiwanese| journal=PLOS Biology| volume=3| issue=8| pages=e281| year=2005| doi-access=free}}</ref> menunjukkan bahwa kebanyakan masyarakat di Pasifik bernenek-moyang dari penduduk asli Taiwan sekitar 5.200 tahun yang lalu.<ref>{{cite web|url=https://www.sciencedaily.com/releases/2009/01/090122141146.htm|title=Pacific People Spread From Taiwan, Language Evolution Study Shows|date=27 January 2009|work=ScienceDaily|access-date=29 April 2010}}</ref> Nenek moyang [[bangsa Austronesia]] inini bergerak ke selatan dan sempat tinggal di [[Filipina]].<ref name="Hudjashov et al. (2018)">{{cite journal | last1=Hudjashov |first1=Georgi |last2=Endicott |first2=Phillip |last3=Post |first3=Helen |last4=Nagle |first4=Nano| last5=Ho |first5=Simon Y. W.| last6=Lawson |first6=Daniel J.|last7=Reidla |first7=Maere |last8=Karmin |first8=Monika |last9=Rootsi |first9=Siiri |last10=Metspalu |first10=Ene |last11=Saag |first11=Lauri |last12=Villems |first12=Richard |last13=Cox |first13=Murray P. |last14=Mitchell |first14=John | last15=Garcia-Bertrand |first15=Ralph L. | last16=Metspalu |first16=Mait |last17=Herrera |first17=Rene J. |title=Investigating the origins of eastern Polynesians using genome-wide data from the Leeward Society Isles |journal=Scientific Reports |volume=8 |issue=1823 |pages=1823 |date=29 January 2018 | doi=10.1038/s41598-018-20026-8|pmid=29379068 |pmc=5789021 |bibcode=2018NatSR...8.1823H }}</ref> Dari situ kemudian beberapaBeberapa di antara mereka kemudian bergerak ke tenggara, mengelilingi sudut-sudut utara dan timur [[Melanesia]] di sekitar pantai-pantai Papua Nugini dan Kepulauan Bismarck, hingga Kepulauan Solomon, tempat mereka akhirnya bermukim. Di Kepulauan Solomon dapat ditemukan pot [[Lapita]] dan sedikit jumlah DNA Melanesia. Beberapa dari mereka kemudian kembali bermigrasi ke kepulauan di barat Polinesia, antara lain Tonga dan Samoa. Beberapa yang lain bermigrasi kembali ke arah timur, dari Otong Java di Kepulauan Solomon hingga [[Kepulauan Society]] di Tahiti dan Ra'iatea (yang dulu dikenal sebagai Havai'i atau Hawaiki) di [[Kepulauan Society]]. Dari sana, beberapa kelompok migrasi kemudian masuk dan menduduki Polinesia timur, sejauh hingga Hawai'i di utara, [[Kepulauan Marquesas]] dan [[Pulau Paskah]] di timur, serta Selandia Baru di selatan jauh.<ref name="Wilmshurst et al">{{Cite journal | last1 = Wilmshurst | first1 = J. M. | last2 = Hunt | first2 = T. L. | last3 = Lipo | first3 = C. P. | last4 = Anderson | first4 = A. J. | year = 2010 |title = High-precision radiocarbon dating shows recent and rapid initial human colonization of East Polynesia | journal = Proceedings of the National Academy of Sciences | volume = 108 | issue = 5 | pages = 1815–1820 | pmid = 21187404| pmc = 3033267| bibcode = 2011PNAS..108.1815W | doi = 10.1073/pnas.1015876108}}</ref>
 
Analisis yang dilakukan oleh Kayser ''et al.'' (2008) menemukan bahwa hanya 21% proporsi kolam gen autosomal Māori-Polinesia yang berasal dari Melanesia; sisanya, sebesar 79%, berasal dari Asia Timur.<ref>{{cite journal | last1 = Kayser | first1 = Manfred | last2 = Lao | first2 = Oscar | last3 = Saar | first3 = Kathrin | last4 = Brauer | first4 = Silke | last5 = Wang | first5 = Xingyu | last6 = Nürnberg | first6 = Peter | last7 = Trent | first7 = Ronald J. | last8 = Stoneking | first8 = Mark | year = 2008 | title = Genome-wide analysis indicates more Asian than Melanesian ancestry of Polynesians | journal = The American Journal of Human Genetics | volume = 82 | issue = 1| pages = 194–198 | doi=10.1016/j.ajhg.2007.09.010 | pmid=18179899 | pmc=2253960}}</ref> Studi lain oleh Friedlaender ''et al.'' (2008) memastikan bahwa orang Polinesia lebih dekat dengan [[Orangorang Mikronesia]], orang asli Taiwan, dan orang Asia Timur, daripada dengan [[bangsa Melanesia|orang Melanesia]]. Studi tersebut berkesimpulan bahwa orang Polinesia berpindah-pindah dengan cepat di daerah Melanesia dan tidak melakukan banyak hubungan antara bangsa Austronesia dan Melanesia.<ref>{{cite journal | last1 = Friedlaender | first1 = Jonathan S. | last2 = Friedlaender | first2 = Françoise R. | last3 = Reed | first3 = Floyd A. | last4 = Kidd | first4 = Kenneth K. | last5 = Kidd | first5 = Judith R. | last6 = Chambers | first6 = Geoffrey K. | last7 = Lea | first7 = Rodney A. |display-authors=etal | year = 2008 | title = The genetic structure of Pacific Islanders | journal = PLOS Genetics | volume = 4 | issue = 1| page = e19 | doi=10.1371/journal.pgen.0040019| pmid = 18208337 | pmc = 2211537 }}</ref> Orang Polinesia juga mengalami [[efek pendiri]] dan [[hanyutan genetik]].<ref>{{cite journal |last1=Murray-McIntosh |first1=Rosalind P. |last2=Scrimshaw |first2=Brian J. |last3=Hatfield |first3=Peter J. |last4=Penny |first4=David |title=Testing migration patterns and estimating founding population size in Polynesia by using human mtDNA sequences |journal=Proceedings of the National Academy of Sciences |date=21 July 1998 |volume=95 |issue=15 |pages=9047–9052 |doi=10.1073/pnas.95.15.9047 |pmid=9671802 |bibcode=1998PNAS...95.9047M |doi-access=free }}</ref> Bukti keberadaan nenek moyang di Filipina selatan dapat dilihat melalui penemuan bahwa orang Polinesia memiliki 40% DNA orang Filipina di daerah tersebut.<ref name="Hudjashov et al. (2018)"/>
 
==Pendudukan Selandia Baru==
Baris 20:
Di Selandia Baru, tidak ditemukan sisa jasad, artefak, atau struktur, yang dapat diberikan penanggalan dengan jelas pada masa sebelum Kaharoa Tephra, yaitu lapisan debu vulkanik akibat letusan [[Gunung Tarawera]] di sekitar tahun 1314 M.<ref>{{Cite journal|last1= Jacomb|first1=Chris|last2=Holdaway|first2= Richard N.|last3=Allentoft|first3=Morten E.|last4=Bunce|first4=Michael|last5=Oskam|first5= Charlotte L.|last6=Walter|first6=Richard |last7=Brooks|first7=Emma| year=2014|title=High-precision dating and ancient DNA profiling of moa (Aves: Dinornithiformes) eggshell documents a complex feature at Wairau Bar and refines the chronology of New Zealand settlement by Polynesians |journal=Journal of Archaeological Science |language=en |volume=50 |pages=24–30|doi=10.1016/j.jas.2014.05.023|url=http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/23310/}}</ref> Studi 1999 yang menganalisis gigitan [[kiore]] (tikus Polinesia) pada tulang menghasilkan abad paling awal 10 M,<ref>{{cite journal|last1=Holdaway|first1=Richard N.|year=1999|title=A spatio‐temporal model for the invasion of the New Zealand archipelago by the Pacific rat Rattus exulans|journal=Journal of the Royal Society of New Zealand |volume=29|issue=2 |pages=91–105|doi=10.1080/03014223.1999.9517586|issn=0303-6758|doi-access=free}}</ref> tetapi hasil studi ini kemudian dinyatakan salah. Sampel-sampel tulang tikus dan kerang/kotak benih kayu yang digigit tikus menunjukkan dekade kedatangan setelah letusan Gunung Tarawera, kecuali untuk tiga buah, yang diperkirakan datang sekitar satu dekade sebelum letusan.<ref>{{cite book |last=Lowe |first=David J. |title=Polynesian settlement of New Zealand and the impacts of volcanism on early Maori society: an update |url=http://researchcommons.waikato.ac.nz/bitstream/10289/2690/1/Lowe%202008%20Polynesian%20settlement%20guidebook.pdf |access-date=18 January 2010 |isbn=978-0-473-14476-0 |journal=Guidebook for Pre-conference North Island Field Trip A1 'Ashes and Issues' |date=November 2008 |page=142}}</ref>
 
Ada pula bukti dari serbuk tanaman akibat kebakaran hutan yang meluas sekitar satu atau dua dekade sebelum letusan Tarawera. Beberapa peneliti berpendapat bahwa ada kemungkinan bahwa manusia yang membakar hutan tersebut. Apabila benar, maka tahun pendudukan pertama kemungkinan berada dalam periode 1280 hingga 1320 M.<ref>{{Cite journal|last1=Bunce|first1=Michael|last2=Beavan|first2=Nancy R.|last3=Oskam|first3=Charlotte L.|last4=Jacomb|first4=Christopher|last5=Allentoft|first5=Morten E.|last6=Holdaway|first6=Richard N.|date=2014-11-07|title=An extremely low-density human population exterminated New Zealand moa|journal=Nature Communications|language=en | volume=5| pages=5436| doi=10.1038/ncomms6436| pmid=25378020| issn=2041-1723| bibcode=2014NatCo...5.5436H|doi-access=free}}</ref> Kini rentang tahun ini adalah yang dikenal dan digunakan secara meluas untuk hal ini. Namun, sintesa terbaru seluruh bukti arkeologis dan genetika menunjukkan bahwa pendudukan yang terbesar terjadi dalam dekade-dekade setelah letusan Gunung Tarawera, sekitar 1320 hingga 1350 M, dan tidak terlalu memedulikan apakah sudah ada pendudukan sebelum tanggal itu. Migrasi terbesar ini kemungkinan besar bersifat masifbesar-besaran dan terencana.<ref>{{Cite journal | last1=Walters | first1=Richard | last2=Buckley | first2=Hallie|last3=Jacomb|first3=Chris|last4=Matisoo-Smith |first4=Elizabeth| title=Mass Migration and the Polynesian Settlement of New Zealand|journal=Journal of World Prehistory|volume=30| issue=4 |pages=351–376|doi=10.1007/s10963-017-9110-y|date=7 October 2017|doi-access=free}}</ref> Skenario ini juga bertepatan dengan set bukti ketiga yang banyak diperdebatkan, yaitu genealogi (silsilah) tradisional yang menunjukkan tahun kedatangan kano migrasi Maori sebagai tahun 1350 M.<ref>{{Cite journal | last=Roberton | first=J.B.W. | year=1956 |title=Genealogies as a basis for Maori chronology | journal=Journal of the Polynesian Society |language=en | volume=65 | issue=1 | pages=45–54 |url=http://www.jps.auckland.ac.nz/document/Volume_65_1956/Volume_65,_No._1/Genealogies_as_a_basis_for_Maori_chronology,_by_J._B._W._Roberton,_p_45%9654/p1}}</ref><ref>{{Cite journal | last=Te Hurinui | first=Pei | year=1958 | title=Maori genealogies | journal=Journal of the Polynesian Society |language=en |volume=67 | issue=2 | pages=162–165 | url=http://jps.auckland.ac.nz/document/Volume_67_1958/Volume_67%2C_No._2/Maori_genealogies%2C_by_Pei_Te_Hurinui%2C_p_162-165/p1}}</ref>
 
Tradisi lisan Māori menggambarkan kedatangan nenek moyang mereka dalam sejumlah kano lintas-samudera yang dikenal sebagai ''waka''. Mereka datang dari [[Hawaiki]]. Hawaiki adalah tanah air spiritual bagi banyak masyarakat Polinesia timur. Tempat ini sering kali dianggap mitis, namun beberapa peneliti percaya bahwa tempat ini benar-benar ada, yaitu pulau [[Raiatea|Rai'atea]] yang terletak di [[Kepulauan Society]], [[Polinesia Prancis]]. Dalam dialek lokal, pulau ini bernama Havai'i.<ref>Buck (1960)</ref><ref name="Hudjashov et al. (2018)"/> Cerita migrasi berbeda-beda bagi setiap ''[[iwi]]'' (suku), namun anggota ''iwi'' umumnya dapat menyebutkan ''waka'' yang digunakan untuk migrasi nenek moyang mereka.
 
Para pemukim baru ini datang dengan beberapa spesies yang kemudian tumbuh bebas di pulau, antara lain [[ubi|kumara]], [[taro]], [[yam]], [[labu air]], [[Cordyline fruticosa|'''']], [[daluang|''aute'']], serta [[anjing Polinesia]] dan [[tikus Polinesia]]. Kemungkinan besar spesies lain dari tanah air mereka juga ikut terbawa, tetapi tidak selamat dalam perjalanan atau tidak mampu tumbuh di pulau baru.<ref>{{cite web |last1=Furey |first1=Louise |title=Cultigens grown by Māori |url=https://teara.govt.nz/en/nga-tupu-mai-i-hawaiki-plants-from-polynesia/page-1 |website=Te Ara |access-date=5 October 2019}}</ref>
 
Dalam beberapa dekade terakhir, riset [[DNA mitokondrial]] (mtDNA) menemukan bahwa jumlah perempuan dalam para pemukim awal adalah sekitar 50 hingga 100 orang.<ref>[http://lens.auckland.ac.nz/images/3/31/Pacific_Migration_Seminar_Paper.pdf "Rethinking Polynesian Origins: Human Settlement of the Pacific"], Michal Denny, and Lisa Matisoo-Smith</ref><ref>[http://nzsm.webcentre.co.nz/article1834.htm "Maori Migration"] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160130000455/http://nzsm.webcentre.co.nz/article1834.htm |date=30 January 2016 }}, Bernard Carpinter, NZ Science Monthly</ref>
Baris 30:
== Periode Arkais (1300-1500) ==
[[File:Giant Haasts eagle attacking New Zealand moa.jpg|thumb|220px|left|Penggambaran seniman: seekor burung [[elang Haast]] menyerang [[moa]]. Kedua spesies ini punah pada periode Arkais.]]
Periode pendudukan terdahulu orang Māori dikenal sebagai periode "Arkais", "''Moahunter''" atau "Kolonialisasi". Nenek moyang Polinesia orang Māori tiba di sebuah daerah berhutan yang memiliki [[Burung di Selandia Baru|banyak burung]], termasuk beberapa spesies [[moa]] yang kini punah. Beratnya dapat mencapai 20 hingga 250 kg per burung moa. Ada pula spesies lain yang kini juga telah punah, yaitu [[angsa Selandia Baru]], [[soang Selandia Baru]] dan [[Elangelang Haast]] yang merupakan predator moa. Mamalia laut, terutama anjing laut, banyak tinggal di garis pantai. Banyak pula anjing laut yang terdapat di bagian utara.<ref>Irwin (2006), pp 10–18</ref> Banyak sisa tulang moa, diperkirakan antara 29.000 hingga 90.000 burungekor, yang ditemukan di hilir [[Sungai Waitaki]], di antara [[Timaru]] dan [[Oamaru]] di pantai timur [[Pulau Selatan]]. Lebih jauh ke selatan, di hilir [[Sungai Shag (Otago)|Sungai Shag]] (Waihemo), bukti menunjukkan bahwa setidaknya 6.000 ekor moa disembelih manusia dalam periodejangka waktu yang singkat.<ref>M King. ''Penguin History of NZ.'' Penguin, 2012</ref>
 
[[File:Early Maori objects from Wairau Bar, Canterbury Museum, 2016-01-27.jpg|thumb|290px|right|Artefak periode Arkais awal dari situs arkeologis di [[ambang sungai Wairau]] yang ditampilkan di [[Museum Canterbury, Christchurch|Museum Canterbury]] di [[Christchurch]].]]
 
Situs Arkais yang paling terkenal dan paling banyak diteliti adalah [[ambang sungai Wairau]] di Pulau Selatan.<ref>[http://www.teara.govt.nz/en/1966/archaeology/2 "Maori Colonisation"], Te Ara</ref><ref>[http://anatomy.otago.ac.nz/index.php?option=com_content&task=view&id=457&Itemid=36 "Wairau Bar Excavation Study "], University of Otago</ref> Situs ini mirip dengan [[desa terpusat]] Polinesia timur dan merupakan satu-satunya situs arkeologis Selandia Baru yang berisi tulang manusia yang lahir di tempat lain. [[Penanggalan radiokarbon]] batubara, tulang manusia, tulang moa, kerang sungai dan bekaskerak telur moa menunjukkan tanggal yang berbeda-beda, dari awal abad ke-13 hingga awal abad ke-15. Banyak tanggal ini kemungkinan telah terkontaminasi oleh karbon yang lebih tua yang dimakan atau diresapi organisme sampel.<ref name="McFadgen and Adds (2018)">{{Cite journal | last1=McFadgen | first1=Bruce G. |last2=Adds | first2=Peter | title=Tectonic activity and the history of Wairau Bar, New Zealand's iconic site of early settlement | journal=Journal of the Royal Society of New Zealand | pages=459–473 | date=18 Feb 2018 | volume=49 | issue=4 |language=en | doi=10.1080/03036758.2018.1431293| s2cid=134727439 }}</ref><ref name=HeraldJames/> Akibat kekuatan tektonis termasuk beberapa gempa bumi dan tsunami sejak kedatangan manusia, sebagian situs ambang sungai Wairau kini berada di bawah air.<ref>McFadgen and Adds (2018)</ref>
 
Periode Arkais dikenal tidak memiliki senjata dan benteng yang kemudian akan muncul di periode "Klasik",<ref name=moa66>[http://www.teara.govt.nz/en/1966/maori-material-culture/1 "The Moa Hunters"], 1966, ''An Encyclopaedia of New Zealand,''</ref> serta juga dikenal untuk artefak "kalung kerangkumparan".<ref name= NgaKakano>[http://collections.tepapa.govt.nz/Term.aspx?irn=57 "Nga Kakano: 1100 – 1300"], Te Papa</ref> Sejak periode ini, sekitar 32 spesies burung punah akibat kelebihan predasi dari manusia, ''kiore'', atau ''kurī'' (anjing Polinesia) yang dibawa manusia.<ref>[http://www.teara.govt.nz/en/human-effects-on-the-environment/1 "Early human impact"], Te Ara</ref> Dua alasan lain yaitu pembakaran vegetasi yang memusnahkan habitat burung-burung tersebut dan pendinginan iklim yang terjadi pada 1400-1450. Pada sebuah masa yang pendek, sekitar kurang dari 200 tahun, pola makan orang Māori berkisar antara burung-burung besar dan anjing laut berbulu yang sebelumnya tidak pernah dimakan. Populasi binatang-binatang ini segera berkurang. Beberapa binatang seperti spesies-spesies moa berkurang tidak hanya dalam jumlah tetapi juga dalam luas habitat.<ref>{{Cite journal |last1=Oskam |first1=Charlotte L.|last2=Allentoft |first2=Morten E.|last3=Walter |first3=Richard |last4=Scofield |first4=R. Paul | last5=Haile |first5=James |last6=Holdaway |first6=Richard N. |last7=Bunce |first7=Michael |last8=Jacomb |first8=Chris |year=2012 |title=Ancient DNA analyses of early archaeological sites in New Zealand reveal extreme exploitation of moa (Aves: Dinornithiformes) at all life stages |journal=Quaternary Science Reviews |volume=53 |pages=41–48 |doi=10.1016/j.quascirev.2012.07.007|bibcode=2012QSRv...52...41O|url=http://researchrepository.murdoch.edu.au/id/eprint/10637/}}</ref><ref>{{Cite journal |last1=Holdaway |first1=Richard N. | last2=Allentoft |first2=Morten E. |last3=Jacomb |first3=Christopher |last4=Oskam |first4=Charlotte L. | last5=Beavan | first5=Nancy R. | last6=Bunce |first6=Michael |title=An extremely low-density human population exterminated New Zealand moa|journal=Nature Communications|volume=5 |issue=5436 |pages=5436 |date=7 Nov 2014 |doi=10.1038/ncomms6436|pmid=25378020 |bibcode=2014NatCo...5.5436H |doi-access=free }}</ref><ref>{{Cite journal | last1=Perry |first1=George L.W. | last2=Wheeler |first2=Andrew B. |last3=Wood |first3=Jamie R.|last4=Wilmshurst |first4=Janet M. |year=2014 |title=A high-precision chronology for the rapid extinction of New Zealand moa (Aves, Dinornithiformes)|journal=Quaternary Science Reviews|volume=105 |pages=126–135 |doi=10.1016/j.quascirev.2014.09.025|bibcode=2014QSRv..105..126P }}</ref><ref>{{Cite journal | last1=Allentoft |first1=Morten Erik |last2=Heller |first2= Rasmus |last3=Oskam |first3=Charlotte L. |last4=Lorenzen |first4=Eline D. |last5=Hale |first5=Marie L. |last6=Gilbert |first6=Thomas P. |last7=Jacomb |first7=Christopher |last8=Holdaway |first8=Richard N. |last9=Bunce |first9=Michael |title=Moa were not in decline before human colonization |journal=Proceedings of the National Academy of Sciences |volume=111 |issue=13 |pages=4922–4927 |date=April 2014 |doi=10.1073/pnas.1314972111|pmid=24639531 |pmc=3977255 }}</ref> the New Zealand swan<ref>{{Cite journal |last1=Rawlence |first1=Nicholas J. | last2=Kardamaki |first2=Afroditi |last3=Easton |first3=Luke J. |last4=Tennyson |first4=Alan J.D. | last5=Scofield |first5=R. Paul | last6=Waters |first6=Jonathan M. |title=Ancient DNA and morphometric analysis reveal extinction and replacement of New Zealand's unique black swans |journal=Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences |volume=284 |issue=1859 |pages=20170876 |date=26 July 2017 |doi=10.1098/rspb.2017.0876|pmid=28747476 |doi-access=free }}</ref> and the [[Leucocarbo|kohatu shag]]<ref>{{Cite journal |last1=Till |first1=Charlotte E. |last2=Easton |first2=Luke J. |last3=Spencer |first3=Hamish G. |last4=Schukard |first4=Rob |last5=Melville |first5=David S. |last6=Scofield |first6=R. Paul |last7=Tennyson |first7=Alan J.D. |last8=Rayner |first8=Matt J. |last9=Waters |first9=Jonathan M. |last10=Kennedy |first10=Martyn |title= Speciation, range contraction and extinction in the endemic New Zealand King Shag | journal=Molecular Phylogenetics and Evolution |volume=115 |pages=197–209 |date=October 2017 |doi=10.1016/j.ympev.2017.07.011|pmid=28803756 }}</ref> becoming extinct; while others, such as [[kakapo]]<ref>{{Cite journal |last1=Dussex |first1=Nicolas |last2=Ross |first2=James G. | last3=Murphy | first3= Elaine C. | last8=Else |first8=Terry-Ann |year=2018 |title=Full Mitogenomes in the Critically Endangered Kākāpō Reveal Major Post-Glacial and Anthropogenic Effects on Neutral Genetic Diversity|journal=Genes |volume=9 |issue=4 |pages=220 |doi=10.3390/genes9040220|pmid=29671759 |pmc=5924562 }}</ref> and seals<ref>{{Cite journal |last1=Emami-Khoyi |first1=Arsalan |last2=Paterson | first2=Adrian M. |last3=Hartley | first3=David A. |last4=Boren |first4=Laura J. | last5=Cruickshank |first5=Robert H. | last6=Ross | first6=James G. |last7=Murphy |first7=Elaine C. |last8=Else |first8=Terry-Ann |year=2018 |title=Mitogenomics data reveal effective population size, historical bottlenecks, and the effects of hunting on New Zealand fur seals (Arctocephalus forsteri) | journal=Mitochondrial DNA Part A |volume=29 | issue=4 | pages=567–580 |doi=10.1080/24701394.2017.1325478|pmid=28539070 |s2cid=4619980 |url=https://touroscholar.touro.edu/tuncom_pubs/155 }}</ref>
 
Penelitian oleh [[Helen Leach]] menunjukkan bahwa orang Māori menggunakan setidaknya 36 jenis tanaman pangan, meskipun banyak dari tanaman tersebut memerlukan detoksifikasi dan periode memasak yang panjang (12-24 jam). Riset D. Sutton mengenai fertilitas pada periode terdahulu suku Māori menunjukkan bahwa kehamilan pertama biasanya terjadi di sekitar umur 20 dan angka meantitik pertengahan kelahiran rendah dibandingkan dengan masyarakat neolitikum lainnya.<ref name="Houghton (1980)">{{citation |author=Houghton, Philip |year=1980 |title=The First New Zealanders |publisher=Hodder & Stoughton: Auckland |pages=156 |isbn=0340252413}}</ref>
 
==Periode Klasik (1500-1642)==
[[File:Model Of Maori Pa On Headland.jpg|thumb|upright=1.15|Model sebuah ''pā'' yang dibangun di atas tanjung. ''Pā'' banyak dibangun akibat perselisihan dan peperangan yang semakin banyak dalam populasi yang semakin besar.]]
Pendinginan iklim yang berhasil dikonfirmasi melalui studi cincin pohon di dekat [[Hokitika]] menunjukkan terjadinya [[Zaman Es Kecil]] yang signifikan, tiba-tiba, dan bertahan lama. Periode dingin ini bersamaan dengan beberapa gempa bumi besar di dekat patahan Alpine di Pulau Selatan, sebuah gempa bumi masif di daerah [[Wellington]] pada tahun 1460,<ref>{{cite encyclopedia |url=http://www.teara.govt.nz/en/wellington-region/2 |title=Creation stories and landscape – Wellington region| encyclopedia=Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand |first=Chris |last=Maclean |date=3 March 2009|access-date=29 November 2011}}</ref> ombak smong ([[tsunami]]) yang menerjang banyak pemukiman di pantai, serta kepunahan moa dan spesies makanan lainnya. Faktor-faktor ini banyak mengubah budaya Māori yang kini berkembang masuk ke dalam periode "Klasik".<ref>[http://collections.tepapa.govt.nz/Term.aspx?irn=59 "Te Puawaitanga: 1500 – 1800"], Te Papa</ref> Budaya Māori periode Klasik ini adalah saat mereka bertemu dengan orang Eropa.
 
Periode ini ditandai dengan senjata dan ornamen yang dibuat dengan batu hijau (''[[pounamu]]''), kano yang diukir dengan mewah (sebuah tradisi yang akan dilanjutkan ke arsitektur, menghasilkan rumah musyawarah bernama ''[[wharenui]]'')<ref name="neich">Neich Roger, 2001. ''Carved Histories: Rotorua Ngati Tarawhai Woodcarving''. Auckland: Auckland University Press, pp 48–49.</ref> dan [[budaya petarung]] yang garang. Orang Māori pada periode ini juga mulai membangun benteng di atas bukit yang dikenal dengan ''[[pā]]'' dan mempraktikkan kanibalisme.<ref name="NZ_Herald_10462390">{{cite news|url=https://www.nzherald.co.nz/cultures/news/article.cfm?c_id=105&objectid=10462390 |title='Battle rage' fed Maori cannibalism |author=Masters, Catherine |date=8 September 2007 |work=[[The New Zealand Herald]] |access-date=19 October 2011}}</ref><ref>[https://teara.govt.nz/en/1966/hongi-hika HONGI HIKA (c. 1780–1828) Ngapuhi war chief], the Encyclopedia of New Zealand.</ref><ref>[http://www.nzetc.org/tm/scholarly/tei-Cow02NewZ-c20.html James Cowan, ''The New Zealand Wars: A History of the Maori Campaigns and the Pioneering Period:'' Volume II, 1922.]</ref> Mereka juga membangun kano-kano perang (''[[waka taua]]'') terbesar yang pernah mereka bangun.
Baris 51:
[[File:Gilsemans 1642.jpg|thumb|upright=1.1|Kesan pertama orang Eropa mengenai orang Māori di Teluk Emas, tercatat dalam jurnal perjalanan [[Abel Tasman]] (1642)]]
 
Dalam sejarah, pemukiman Eropa di Selandia Baru termasuk relatif baru. Sejarawan Selandia Baru, [[Michael King]], dalam bukunya ''The Penguin History of New Zealand'', mencatat bahwa orang Māori adalah "masyarakat besar terakhir di muka Bumi yang belum tersentuh dan terpengaruhiterpengaruh oleh dunia yang lebih luas".<ref>{{cite book |last1=King |first1=Michael |author-link1=Michael King |title=The Penguin History of New Zealand |date=2011 |publisher=Penguin |isbn=9781459623750 |page=98 |url=https://books.google.com/books?id=LKQP2sw_BVoC&pg=PA98 |language=en}}</ref> Penjelajah terdahulu Eropa, seperti [[Abel Tasman]] (yang tiba pada tahun 1642) dan Kapten [[James Cook]] (yang pertama mendarat di tahun 1769) menggambarkan kesan mereka mengenai orang Māori. Kontak awal antara orang Eropa dan orang Māori cenderung banyak bermasalah dan kadang-kadang fatal. Ada catatan mengenai orang Eropa yang dimakan oleh orang Māori.<ref>Ingram, C. W. N. (1984). "New Zealand Shipwrecks 1975–1982". Auckland: New Zealand Consolidated Press; pp 3–6, 9, 12.</ref>
 
[[File:Louis John Steel - The blowing up of the Boyd Steele (1889).jpg|thumb|upright=1.1|''The Blowing Up of the Boyd'' oleh [[Louis John Steele]], 1889]]
 
Sejak tahun 1780an, orang Māori sudah berpapasan dengan [[pemburu anjing laut]] dan [[pemburu ikan paus]] dari Eropa dan Amerika. Beberapa orang Māori bahkan menjadi awak kapal-kapal asing tersebut, terutama di kapal-kapal pemburu anjing laut dan ikan paus yang beroperasi di perairan Selandia Baru. Tidak sedikit kru kapal Pulau Selatan yang hampir seluruhnya Māori. Antara tahun 1800 dan 1820, terdapat 65 ekspedisi pemburuan anjing laut di Selandia Baru, utamanya dari Britania dan Australia.<ref>R Bennett. ''Treaty to Treaty''. 2007. P 193.</ref> Kadang di lingkungan orang Māori juga datang buronan yang kabur dari Australia, desertir dari kapal-kapal asing yang datang, atau misionaris-misionaris Kristen terdahulu. Para pendatang-pendatang ini membuka potensi orang Māori terkena pengaruh dari luar. Pada masa [[pembunuhan massal Boyd]] di tahun 1809, orang Māori menyandera dan membunuh 66 anggota kru dan penumpang kapal layar ''Boyd'', akibat kapten kapal tersebut yang sebelumnya mencambuk seorang anak kepala suku Māori. Kapal-kapal asing dan misionaris kemudian banyak menghindari kontak dengan orang Māori karena mengenal kebiasaan kanibalisme mereka.<ref>{{cite web |title=The Boyd incident |url=https://nzhistory.govt.nz/culture/maori-european-contact-before-1840/the-boyd-incident |publisher=Ministry for Culture and Heritage |access-date=4 June 2018 |language=en |date=11 March 2014}}</ref>
 
Para buronan tersebut kemudian mencapai kedudukan yang berbeda-beda di dalam masyarakat Māori, berkisar antara budak hingga pelayan berjabatan tinggi. Tidak sedikit pula yang akhirnya tidak lebih dari sekadar narapidana. Ada juga beberapa buronan yang meninggalkan budaya Eropa dan menyatakan diri sebagai orang Māori. Orang-orang Eropa yang "menjadi pribumi" ini kemudian dikenal sebagai [[Māori Pākehā]]. Banyak orang Māori yang amat menghargai mereka sebagai cara untuk mendapatkan pengetahuan dan teknologi Barat, terutama tentang senjata. Ketika Whiria ([[Pōmare II (Ngapuhi)|Pōmare II]])<ref name="Pom2">{{cite web|first= Angela |last= Ballara |title = Pomare II | date =30 October 2012|url= http://www.TeAra.govt.nz/en/biographies/1p20/pomare-ii |publisher=Dictionary of New Zealand Biography. Te Ara – the Encyclopedia of New Zealand|access-date=4 March 2014}}</ref> mengobarkan perang melawan [[Tītore]] di tahun 1838, ia memiliki 131 orang Eropa di dalam tentaranya.<ref>[http://www.nzhistory.net.nz/culture/maori-european-contact-pre-1840/pakeha-maori "Pakeha-Maori"], New Zealand History online</ref> [[Frederick Edward Maning]], seorang penduduk Eropa terdahulu, menulis dua penjelasan yang menarik mengenai hidup di zaman tersebut. Kini kedua penjelasan itu telah menjadi sumber klasik dalam [[Sastra Selandia Baru]], berjudul ''Old New Zealand'' ("Selandia Baru Dulu") dan ''History of the War in the North of New Zealand against the Chief Heke'' ("Sejarah Peperangan di Utara Selandia Baru Melawan Kepala Suku Heke"). Permukiman orang Eropa di Selandia Baru pun perlahan-lahan meningkat. Pada tahun 1839, diperkirakan terdapat setinggi-tingginya 2.000 orang Eropa tinggal di antara masyarakat Māori, dua-pertiganya hidup di Pulau Utara, terutama di [[Peninsula Northland]].<ref>{{cite encyclopedia |last1=Phillips |first1=Jock |title=History of immigration – A growing settlement: 1825 to 1839 |url=https://teara.govt.nz/en/history-of-immigration/page-2 |encyclopedia=Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand |access-date=4 June 2018 |date=1 August 2015}}</ref>
 
Antara tahun 1805 dan 1840, orang Māori yang tinggal di dekat penduduk Eropa berhasil mendapatkan [[senapan lontak]]. Permintaan akan senapan semacam ini kemudian meningkat tajam untuk menghindari persekusi dan pemusnahan, sambil juga memudahkan agresi melawan kelompok tetangga. Tidak lama kemudian, orang Māori mulai mengenal [[kentang]]. Makanan ini kemudian membuat mereka dapat melakukan ekspedisi lebih jauh dan dengan waktu lebih banyak. Kedua perkembangan ini kemudian berujung pada [[peperangan endemik|peperangan antarsuku]] yang disebut [[Peperangan Senapan Lontak]]. Dalam peperangan ini, banyak kelompok yang musnah dan kelompok-kelompok yang lain terpaksa diusir dari wilayah tradisional mereka.<ref>[http://www.teara.govt.nz/1966/M/MaoriHealthAndWelfare/MaoriHealthAndWelfare/en 1966 ''Encyclopaedia of New Zealand'']</ref> Permintaan yang tinggi atas barang dagang seperti flaks dan ''[[mokomokai]]'' (kepala bertato)<ref>Old New Zealand: being Incidents of Native Customs and Character in the Old Times by 'A Pakeha Maori' (Frederick Edward Maning), originally published 1863. http://www.gutenberg.org/ebooks/33342 chapter 3</ref> membuat banyak orang Māori pindah ke daerah rawa tempat flaks dapat ditumbuhkan. Di sana mereka kemudian menghabiskan waktu bekerja untuk mendapatkan dan mencari flaks (yang selalu tidak cukup), hingga orang-orang yang tetap selamat dari upaya ini kemudian dapat dilengkapi secara penuh dengan senapan lontak dan amunisi, baru kemudian dengan perkakas besi.<ref>{{cite journal |last=Thompson |first=Christina A. |date=June 1997 |title=A dangerous people whose only occupation is war: Maori and Pakeha in 19th century New Zealand |journal=Journal of Pacific History |volume=32 |issue=1|pages=109–119|quote=Whole tribes sometimes relocated to swamps where flax grew in abundance but where it was unhealthy to live. Swamps were ideal places for the breeding of the TB bacillus.<!--IS THIS IN THE ACTUAL ARTICLE?-->|doi=10.1080/00223349708572831}}</ref><ref>Old New Zealand: being Incidents of Native Customs and Character in the Old Times by 'A Pakeha Maori' (Frederick Edward Maning), originally published 1863. http://www.gutenberg.org/ebooks/33342 chapter 13 "every man in a native hapu of, say a hundred men, was absolutely forced on pain of death to procure a musket and ammunition at any cost, and at the earliest possible moment (for, if they did not procure them, extermination was their doom by the hands of those of their country-men who had), the effect was that this small hapu, or clan, had to manufacture, spurred by the penalty of death, in the shortest possible time, one hundred tons of flax, scraped by hand with a shell, bit by bit, morsel by morsel, half-a-quarter of an ounce at a time."</ref> Diperkirakan bahwa pada periode ini jumlah orang Māori berkurang dari sekitar 100.000 (di tahun 1800) menjadi antara 50.000 hingga 80.000 ketika perang selesai di tahun 1843. Rekam sejarah ini menjadi kurang jelas karena tidak diketahui secara pasti berapa atau apakah orang Pākehā Māori juga dihitung dan karena banyak ''iwi'' dan ''hapū'' yang hampir mengalami kepunahan saat perang. Suku [[Moriori]] [[pasifis|pecinta damai]] yang tinggal di [[Kepulauan Chatham]] juga menderita pembantaian dan subjugasi oleh [[Ngāti Mutunga]] dan [[Ngāti Tama]] yang kabur dari daerah [[Taranaki]].
 
Pada waktu yang sama, orang Māori juga menderita tingkat kematian yang tinggi akibat penyakit infeksius dari Eurasia, seperti [[influenza]], [[cacar]] dan [[campak]], yang menewaskan orang Māori dalam jumlah yang tidak diketahui. Perkiraan berkisar antara 10 hingga 50%.<ref>{{cite web|url=http://www.portdanielpress.com/maori_pop.htm|title=Estimating a population devastated by epidemics|last=Entwisle|first=Peter|work=[[Otago Daily Times]]|date=20 October 2006|access-date=13 May 2008|archive-url=https://web.archive.org/web/20081014015352/http://www.portdanielpress.com/maori_pop.htm|archive-date=14 October 2008|url-status=dead|df=dmy-all}}</ref><ref>{{cite journal|title=Estimates of New Zealand Maori Vital Rates from the Mid-Nineteenth Century to World War I|journal=Population Studies|volume=27|issue=1|date=March 1973|pages=117–125|first=D. I.|last=Pool|jstor=2173457|doi=10.2307/2173457|pmid=11630533}}</ref> Penyakit-penyakit yang baru datang ini menjadi [[epidemi|epidemik]] karena orang Māori tidak memiliki [[kekebalan tubuh]] untuk melawannya. Akhirnya, di tahun 1850an, orang Māori mulai hidup dengan stabil dan ekonomi pun mulai tumbuh. Kedatangan besar-besaran penduduk dari Eropa di tahun 1870 menambah kontak antara orang pribumi dan pendatang baru.
 
[[Te Rangi Hīroa]] mencatat sebuah epidemi yang disebabkan oleh penyakit respiratoris yang disebut ''rewharewha'' oleh orang Māori. Epidemi ini "menghabisi" masyarakat di awal abad ke-19 dan "menyebar dengan kecepatan tinggi di seluruh Pulau Utara dan bahkan hingga ke Selatan ... Campak, [[tipes]], [[demam scarlet]], [[batuk rejan]], hampir semuanya, telah menghabisi orang Māori, kecuali [[penyakit tidur]] dan [[pes]], telah menghabisi orang Māori".<ref>{{cite book |title=Medicine Amongst the Maoris, in Ancient and Modern Times |last=Hiroa |first=Te Rangi |author-link=Te Rangi Hīroa |year=1910 |publisher=[[Otago University]], PhD Thesis |location=Dunedin |pages=82–83|url=http://www.nzetc.org/tm/scholarly/tei-BucMedi-t1-body-d2-d1.html |access-date=16 September 2010}}</ref>
 
[[File:New-zealanders-first-book-title.jpg|thumb|left|upright=1.25|''A korao no New Zealand; or, the New Zealander's first book'' adalah buku pertama yang ditulis dalam bahasa Māori. Buku ini ditulis oleh Thomas Kendall di tahun 1815.]]