Sejarah Māori: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 47:
 
Pada sekitar tahun 1500, sekelompok orang Māori bermigrasi ke arah timur ke ''Rēkohu'' (kini dikenal sebagai [[Kepulauan Chatham]]). Di sana, mereka beradaptasi dengan iklim lokal dan ketersediaan sumber daya, dan kini dikenal dengan nama [[Suku Moriori]].<ref>{{cite book|last=Clark|first=Ross|year=1994|chapter=Moriori and Māori: The Linguistic Evidence|editor-last=Sutton|editor-first=Douglas|title=The Origins of the First New Zealanders|location=Auckland|publisher=[[Auckland University Press]]|pages=123–135}}</ref> Orang Moriori masih berkerabat namun berbeda dengan orang Māori yang tinggal di pulau-pulau besar Selandia Baru. Salah satu karakteristik mereka adalah [[pasifisme|cinta damai]]. Ketika sekelompok orang Māori dari Taranaki Utara datang ke kepulauan tersebut di tahun 1835, hanya sedikit dari 2.000 populasi Moriori yang berhasil selamat. Banyak yang langsung dimusnahkan dan sisanya diperbudak.<ref>{{cite encyclopedia|url=http://www.teara.govt.nz/en/moriori/4|title=Moriori – The impact of new arrivals|last1=Davis|first1=Denise|last2=Solomon|first2=Māui|encyclopedia=Te Ara – the Encyclopedia of New Zealand|access-date=29 April 2010}}</ref>
 
==Kontak awal dengan orang Eropa (1642-1840)==
[[File:Gilsemans 1642.jpg|thumb|upright=1.1|Kesan pertama orang Eropa mengenai orang Māori di Teluk Emas, tercatat dalam jurnal perjalanan [[Abel Tasman]] (1642)]]
 
Dalam sejarah, pemukiman Eropa di Selandia Baru termasuk relatif baru. Sejarawan Selandia Baru, [[Michael King]], dalam bukunya ''The Penguin History of New Zealand'', mencatat bahwa orang Māori adalah "masyarakat besar terakhir di muka Bumi yang belum tersentuh dan terpengaruhi oleh dunia yang lebih luas".<ref>{{cite book |last1=King |first1=Michael |author-link1=Michael King |title=The Penguin History of New Zealand |date=2011 |publisher=Penguin |isbn=9781459623750 |page=98 |url=https://books.google.com/books?id=LKQP2sw_BVoC&pg=PA98 |language=en}}</ref> Penjelajah terdahulu Eropa, seperti [[Abel Tasman]] (yang tiba pada tahun 1642) dan Kapten [[James Cook]] (yang pertama mendarat di tahun 1769) menggambarkan kesan mereka mengenai orang Māori. Kontak awal antara orang Eropa dan orang Māori cenderung banyak bermasalah dan kadang-kadang fatal. Ada catatan mengenai orang Eropa yang dimakan oleh orang Māori.<ref>Ingram, C. W. N. (1984). "New Zealand Shipwrecks 1975–1982". Auckland: New Zealand Consolidated Press; pp 3–6, 9, 12.</ref>
 
[[File:Louis John Steel - The blowing up of the Boyd Steele (1889).jpg|thumb|upright=1.1|''The Blowing Up of the Boyd'' oleh [[Louis John Steele]], 1889]]
 
Sejak tahun 1780an, orang Māori sudah berpapasan dengan [[pemburu anjing laut]] dan [[pemburu ikan paus]] dari Eropa dan Amerika. Beberapa orang Māori bahkan menjadi awak kapal-kapal asing tersebut, terutama di kapal-kapal pemburu anjing laut dan ikan paus yang beroperasi di perairan Selandia Baru. Tidak sedikit kru kapal Pulau Selatan yang hampir seluruhnya Māori. Antara tahun 1800 dan 1820, terdapat 65 ekspedisi pemburuan anjing laut di Selandia Baru, utamanya dari Britania dan Australia.<ref>R Bennett. ''Treaty to Treaty''. 2007. P 193.</ref> Kadang di lingkungan orang Māori juga datang buronan yang kabur dari Australia, desertir dari kapal-kapal asing yang datang, atau misionaris-misionaris Kristen terdahulu. Para pendatang-pendatang ini membuka potensi orang Māori terkena pengaruh dari luar. Pada masa [[pembunuhan massal Boyd]] di tahun 1809, orang Māori menyandera dan membunuh 66 anggota kru dan penumpang kapal layar ''Boyd'', akibat kapten kapal tersebut yang sebelumnya mencambuk seorang anak kepala suku Māori. Kapal-kapal asing dan misionaris kemudian banyak menghindari kontak dengan orang Māori karena mengenal kebiasaan kanibalisme mereka.<ref>{{cite web |title=The Boyd incident |url=https://nzhistory.govt.nz/culture/maori-european-contact-before-1840/the-boyd-incident |publisher=Ministry for Culture and Heritage |access-date=4 June 2018 |language=en |date=11 March 2014}}</ref>
 
Para buronan tersebut kemudian mencapai kedudukan yang berbeda-beda di dalam masyarakat Māori, berkisar antara budak hingga pelayan berjabatan tinggi. Tidak sedikit pula yang akhirnya tidak lebih dari sekadar narapidana. Ada juga beberapa buronan yang meninggalkan budaya Eropa dan menyatakan diri sebagai orang Māori. Orang-orang Eropa yang "menjadi pribumi" ini kemudian dikenal sebagai [[Māori Pākehā]]. Banyak orang Māori yang amat menghargai mereka sebagai cara untuk mendapatkan pengetahuan dan teknologi Barat, terutama tentang senjata. Ketika Whiria ([[Pōmare II (Ngapuhi)|Pōmare II]])<ref name="Pom2">{{cite web|first= Angela |last= Ballara |title = Pomare II | date =30 October 2012|url= http://www.TeAra.govt.nz/en/biographies/1p20/pomare-ii |publisher=Dictionary of New Zealand Biography. Te Ara – the Encyclopedia of New Zealand|access-date=4 March 2014}}</ref> mengobarkan perang melawan [[Tītore]] di tahun 1838, ia memiliki 131 orang Eropa di dalam tentaranya.<ref>[http://www.nzhistory.net.nz/culture/maori-european-contact-pre-1840/pakeha-maori "Pakeha-Maori"], New Zealand History online</ref> [[Frederick Edward Maning]], seorang penduduk Eropa terdahulu, menulis dua penjelasan yang menarik mengenai hidup di zaman tersebut. Kini kedua penjelasan itu telah menjadi sumber klasik dalam [[Sastra Selandia Baru]], berjudul ''Old New Zealand'' ("Selandia Baru Dulu") dan ''History of the War in the North of New Zealand against the Chief Heke'' ("Sejarah Peperangan di Utara Selandia Baru Melawan Kepala Suku Heke"). Permukiman orang Eropa di Selandia Baru pun perlahan-lahan meningkat. Pada tahun 1839, diperkirakan terdapat setinggi-tingginya 2.000 orang Eropa tinggal di antara masyarakat Māori, dua-pertiganya hidup di Pulau Utara, terutama di [[Peninsula Northland]].<ref>{{cite encyclopedia |last1=Phillips |first1=Jock |title=History of immigration – A growing settlement: 1825 to 1839 |url=https://teara.govt.nz/en/history-of-immigration/page-2 |encyclopedia=Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand |access-date=4 June 2018 |date=1 August 2015}}</ref>
 
Antara tahun 1805 dan 1840, orang Māori yang tinggal di dekat penduduk Eropa berhasil mendapatkan [[senapan lontak]]. Permintaan akan senapan semacam ini kemudian meningkat tajam untuk menghindari persekusi dan pemusnahan, sambil juga memudahkan agresi melawan kelompok tetangga. Tidak lama kemudian, orang Māori mulai mengenal [[kentang]]. Makanan ini kemudian membuat mereka dapat melakukan ekspedisi lebih jauh dan dengan waktu lebih banyak. Kedua perkembangan ini kemudian berujung pada [[peperangan endemik|peperangan antarsuku]] yang disebut [[Peperangan Senapan Lontak]]. Dalam peperangan ini, banyak kelompok yang musnah dan kelompok-kelompok yang lain terpaksa diusir dari wilayah tradisional mereka.<ref>[http://www.teara.govt.nz/1966/M/MaoriHealthAndWelfare/MaoriHealthAndWelfare/en 1966 ''Encyclopaedia of New Zealand'']</ref> Permintaan yang tinggi atas barang dagang seperti flaks dan ''[[mokomokai]]'' (kepala bertato)<ref>Old New Zealand: being Incidents of Native Customs and Character in the Old Times by 'A Pakeha Maori' (Frederick Edward Maning), originally published 1863. http://www.gutenberg.org/ebooks/33342 chapter 3</ref> membuat banyak orang Māori pindah ke daerah rawa tempat flaks dapat ditumbuhkan. Di sana mereka kemudian menghabiskan waktu bekerja untuk mendapatkan dan mencari flaks (yang selalu tidak cukup), hingga orang-orang yang tetap selamat dari upaya ini kemudian dapat dilengkapi secara penuh dengan senapan lontak dan amunisi, baru kemudian dengan perkakas besi.<ref>{{cite journal |last=Thompson |first=Christina A. |date=June 1997 |title=A dangerous people whose only occupation is war: Maori and Pakeha in 19th century New Zealand |journal=Journal of Pacific History |volume=32 |issue=1|pages=109–119|quote=Whole tribes sometimes relocated to swamps where flax grew in abundance but where it was unhealthy to live. Swamps were ideal places for the breeding of the TB bacillus.<!--IS THIS IN THE ACTUAL ARTICLE?-->|doi=10.1080/00223349708572831}}</ref><ref>Old New Zealand: being Incidents of Native Customs and Character in the Old Times by 'A Pakeha Maori' (Frederick Edward Maning), originally published 1863. http://www.gutenberg.org/ebooks/33342 chapter 13 "every man in a native hapu of, say a hundred men, was absolutely forced on pain of death to procure a musket and ammunition at any cost, and at the earliest possible moment (for, if they did not procure them, extermination was their doom by the hands of those of their country-men who had), the effect was that this small hapu, or clan, had to manufacture, spurred by the penalty of death, in the shortest possible time, one hundred tons of flax, scraped by hand with a shell, bit by bit, morsel by morsel, half-a-quarter of an ounce at a time."</ref> Diperkirakan bahwa pada periode ini jumlah orang Māori berkurang dari sekitar 100.000 (di tahun 1800) menjadi antara 50.000 hingga 80.000 ketika perang selesai di tahun 1843. Rekam sejarah ini menjadi kurang jelas karena tidak diketahui secara pasti berapa atau apakah orang Pākehā Māori juga dihitung dan karena banyak ''iwi'' dan ''hapū'' yang hampir mengalami kepunahan saat perang. Suku [[Moriori]] [[pasifis|pecinta damai]] yang tinggal di [[Kepulauan Chatham]] juga menderita pembantaian dan subjugasi oleh [[Ngāti Mutunga]] dan [[Ngāti Tama]] yang kabur dari daerah [[Taranaki]].
 
Pada waktu yang sama, orang Māori juga menderita tingkat kematian yang tinggi akibat penyakit infeksius dari Eurasia, seperti [[influenza]], [[cacar]] dan [[campak]], yang menewaskan orang Māori dalam jumlah yang tidak diketahui. Perkiraan berkisar antara 10 hingga 50%.<ref>{{cite web|url=http://www.portdanielpress.com/maori_pop.htm|title=Estimating a population devastated by epidemics|last=Entwisle|first=Peter|work=[[Otago Daily Times]]|date=20 October 2006|access-date=13 May 2008|archive-url=https://web.archive.org/web/20081014015352/http://www.portdanielpress.com/maori_pop.htm|archive-date=14 October 2008|url-status=dead|df=dmy-all}}</ref><ref>{{cite journal|title=Estimates of New Zealand Maori Vital Rates from the Mid-Nineteenth Century to World War I|journal=Population Studies|volume=27|issue=1|date=March 1973|pages=117–125|first=D. I.|last=Pool|jstor=2173457|doi=10.2307/2173457|pmid=11630533}}</ref> Penyakit-penyakit yang baru datang ini menjadi [[epidemi|epidemik]] karena orang Māori tidak memiliki [[kekebalan tubuh]] untuk melawannya. Akhirnya, di tahun 1850an, orang Māori mulai hidup dengan stabil dan ekonomi pun mulai tumbuh. Kedatangan besar-besaran penduduk dari Eropa di tahun 1870 menambah kontak antara orang pribumi dan pendatang baru.
 
[[Te Rangi Hīroa]] mencatat sebuah epidemi yang disebabkan oleh penyakit respiratoris yang disebut ''rewharewha'' oleh orang Māori. Epidemi ini "menghabisi" masyarakat di awal abad ke-19 dan "menyebar dengan kecepatan tinggi di seluruh Pulau Utara dan bahkan hingga ke Selatan ... Campak, [[tipes]], [[demam scarlet]], [[batuk rejan]], hampir semuanya, telah menghabisi orang Māori, kecuali [[penyakit tidur]] dan [[pes]]".<ref>{{cite book |title=Medicine Amongst the Maoris, in Ancient and Modern Times |last=Hiroa |first=Te Rangi |author-link=Te Rangi Hīroa |year=1910 |publisher=[[Otago University]], PhD Thesis |location=Dunedin |pages=82–83|url=http://www.nzetc.org/tm/scholarly/tei-BucMedi-t1-body-d2-d1.html |access-date=16 September 2010}}</ref>
 
[[File:New-zealanders-first-book-title.jpg|thumb|left|upright=1.25|''A korao no New Zealand; or, the New Zealander's first book'' adalah buku pertama yang ditulis dalam bahasa Māori. Buku ini ditulis oleh Thomas Kendall di tahun 1815.]]
Kontak dengan orang Eropa berujung pada pertukaran ilmu. Bahasa Māori pertama kali ditulis oleh [[Thomas Kendall]] di tahun 1815 dalam bukunya ''[[A korao no New Zealand]]''. Lima tahun kemudian, buku lain berjudul ''A Grammar and Vocabulary of the New Zealand Language'' ("Tata Bahasa dan Kosa Kata Bahasa Selandia Baru") yang dikompilasi oleh Profesor [[Samuel Lee (linguis)|Samuel Lee]], dibantu oleh Kendall, Waikato Māori dan kepala suku [[Hongi Hika]], terbit ketika mereka sedang berkunjung ke Inggris di tahun 1820. Orang Māori dengan cepat mempelajari tulisan sebagai cara untuk berbagi ide dan banyak tradisi lisan dan puisi mereka yang kemudian diubah ke bentuk tulis.<ref>{{cite encyclopedia|first=Nancy |last=Swarbrick|title=Creative life – Writing and publishing|encyclopedia=Te Ara: The Encyclopedia of New Zealand|date=June 2010|url=http://www.TeAra.govt.nz/en/creative-life/6|access-date=22 January 2011}}</ref> Antara Februari 1835 dan Januari 1840, [[William Colenso]] mencetak 74.000 buklet berbahasa Māori dari percetakannya di [[Paihia]]. Di tahun 1843, pemerintah menyebarkan majalah gratis kepada orang Māori yang berjudul ''Ko Te Karere O Nui Tireni''.<ref>{{cite news|url=https://paperspast.natlib.govt.nz/newspapers/maori-messenger-te-karere-maori|title=The Māori Messenger: Te Karere Māori|via=Papers Past|language=en|access-date=2018-07-13}}</ref> Majalah ini berisi informasi mengenai hukum dan kejahatan, penjelasan dan komentar mengenai adat-istiadat Eropa dan "didesain untuk menyampaikan informasi resmi kepada orang Māori dan untuk menyebarluaskan ide bahwa orang Pākehā dan Māori bergotong-royong di bawah Perjanjian Waitangi".<ref>{{Cite web|url=https://teara.govt.nz/en/zoomify/35750/te-karere-o-nui-tireni-1842|title=Te Karere o Nui Tireni, 1842|last=McMillan|first=Kate|date=2012-06-20|website=teara.govt.nz|language=en|access-date=2018-07-13}}</ref>
 
==Referensi==