Masjid Mantingan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AnsyahF (bicara | kontrib)
Pembuka, permakaman, dan status cagar budaya
AnsyahF (bicara | kontrib)
k Tradisi dan kepercayaan
Baris 76:
Di halaman belakang masjid, terdapat kompleks makam yang terdiri dari dua halaman yang dibatasi oleh pagar bata. Halaman pertama disii makam-makam kerabat. Halaman kedua juga dikelilingi pagar bata dan mempunyai sebuah gapura paduraksa. Gapura ini merupakan pintu masuk ke bangunan cungkup. Tokoh yang dimakamkan adalah Ratu Kalinyamat dan suaminya Pangeran Hadiri serta kerabatnya.{{Sfn|Sugiyanti|1999|p=159-160}}
 
=== KepercayaanTradisi lokaldan kepercayaan ===
Makam ini selalu ramai dikunjungi pada saat ''khol''[[Haul]] untuk memperingati wafatnya Sunan Mantingan berikutdengan upacara ''ganti luwur'' (Penggantianpenggantian Kelambukelambu). Upacara ini diselenggarakan setiap satu tahun pada tanggal 17 Rabiul 'Awal, sehari sebelum peringatan Hari Jadi Jepara. Makam Mantingan sampai sekarang masih dianggap sakral dan mempunyai tuah bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya. Pohon [[pace]] yang tumbuh di sekitar makam, konon bagi Ibu-ibu yang sudah sekian tahun menikah belum dikarunia putra diharapkan sering berziarah ke Makam Mantingan dan mengambil buah pace yang jatuh untuk dibuat [[rujak]] kemudian dimakan bersama suami.<ref name=":1">{{Cite web|last=|first=|date=|title=Masjid Mantingan|url=http://duniamasjid.islamic-center.or.id/109/masjid-mantingan/|website=Dunia Masjid :: Jakarta Islamic Centre|access-date=2021-02-11}}</ref>
 
Kepercayaan lain adalah adanya tuah ''air mantingan'' yang menurut kisahnya ampuh untuk menguji kejujuran seseorang dan membuktikan hal mana yang benar dan yang salah. Biasanya air keramat ini digunakan masyarakat Jepara dan sekitarnya bila sedang menghadapi suatu sengketa. Air ini diberi mantra dan doa lalu diminum.<ref name=":1" />
 
== Referensi ==