Masjid Mantingan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AnsyahF (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
AnsyahF (bicara | kontrib)
Pembuka, permakaman, dan status cagar budaya
Baris 7:
|architect =
|architecture_type = Masjid
|groundbreaking = 1559 M
|construction_cost =
|capacity =
|coordinates = {{Coord|-5.7478733|110.2445002|display=inline,title}}
|image_size = 300px
|native_name = {{smaller|{{jav|ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀​ꦩꦤ꧀ꦠꦶꦔꦤ꧀}} {{resize|80%|([[Aksara Jawa|Hanacaraka]])}}<br>{{Script/Arabic|مسجد مانتنڠان}} {{resize|80%|([[Abjad Pegon|Pegon]])}}}}|coordinates={{Coord|-5.7478733|110.2445002|display=inline,title}}}}
'''Masjid Mantingan''' ({{Lang-jv| مسجد مانتنڠان, ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀​ꦩꦤ꧀ꦠꦶꦔꦤ꧀}}) adalah salah satu masjid kuno di [[Indonesia]] yang terletak di [[Desa]] [[Mantingan, Tahunan, Jepara|Mantingan]], Kecamatan [[Tahunan, Jepara|Tahunan]], [[Kabupaten Jepara]], [[Jawa Tengah]], dengan jarak sekitar 5 km arah selatan [[Jepara, Jepara|Jepara Kota]].
|embedded = {{Infobox cagar budaya|child=yes
| Name = Kompleks Mantingan
| Image =
| Caption =
| Type = Nasional
| Criteria = Situs
| ID = RNCB.19991129.04.000297
| Location = [[Kabupaten Jepara]], [[Jawa Tengah]]
| Year = 1999
| ownership = {{flag|Indonesia}}
| management = Yayasan Masjid Mantingan Jepara
| Link = https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/newdetail/PO2016051600006/kompleks-mantingan
| embedded =
| locmapin = Indonesia Jepara Regency
| coordinates = {{Coord|-5.7478733|110.2445002}}
| map_caption = Lokasi di [[Kabupaten Jepara]]
}}}}
'''Masjid Mantingan''' ({{Lang-jv| مسجد مانتنڠان, ꦩꦱ꧀ꦗꦶꦢ꧀​ꦩꦤ꧀ꦠꦶꦔꦤ꧀}}) adalah salah satu masjid kuno di [[Indonesia]] yang terletak di [[Desa]] [[Mantingan, Tahunan, Jepara|Mantingan]], Kecamatan [[Tahunan, Jepara|Tahunan]], [[Kabupaten Jepara]], [[Jawa Tengah]], dengan jarak sekitar 5 km arah selatan [[Jepara, Jepara|Jepara Kota]]. Secara keseluruhan, Masjid Mantingan merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari masjid itu sendiri, permakaman, dan sebuah museum sederhana.<ref name=":0">{{Cite web|last=Rizqa|first=Hasanul|date=2020-04-18|title=Masjid Mantingan Jepara, Akulturasi Tiga Budaya|url=https://www.republika.co.id/berita/q8zdur458/masjid-mantingan-jepara-akulturasi-tiga-budaya|website=[[Republika Online]]|language=id|access-date=2021-02-10}}</ref>
 
Masjid ini memiliki [[gaya arsitektur]] campuran dari kebudayaan [[Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha|Hindu-Buddha]], [[Arsitektur Jawa|Jawa]], dan [[Budaya Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]]. Contohnya adalah bentuk [[atap]] tumpang dan mustaka yang merupakan [[akulturasi]] dari arsitektur masa [[Majapahit]] dan Tionghoa. Kebudayaan Jawa dapat terlihat dari [[gapura]] masuk masjid dan sebuah [[petilasan]] candi di dekat masjid, meskipun sudah tidak utuh lagi.<ref name=":0" />
 
Pendirian masjid ini diperkirakan terjadi di tahun 1559, berdasarkan prasasti yang terdapat di [[mihrab]]. Prasati ini berisi sebuah [[candrasengkala]] yang berbunyi ''rupa brahmana warna sari'', yang menunjukkan arti angka tahun 1418 [[Tahun Saka|Saka]] (1559 [[Masehi]]).{{Sfn|Sugiyanti|1999|p=160}}
 
== Sejarah ==
{{External media|image1=[https://archive.org/details/in.gov.ignca.37053/page/13/mode/2up Foto-foto Masjid Mantingan dalam laporan ''Oudheidkundig Verslag 1930''], Internet Archive|float=right|width=250px}}
{{Refimprove section|date=Februari 2021}}
Masjid Mantingan merupakan masjid kedua setelah [[Masjid Agung Demak]], yang dibangun pada tahun 1481 Saka atau tahun 1559 Masehi berdasarkan [[candrasengkala]] yang terukir pada mihrab Masjid Mantingan berbunyi “Rupa Brahmana Warna Sari”. Pembangunan masjid ini berkait dengan anak R. Muhayat Syeh, sultan Aceh, yang bernama R. Toyib. Pada awalnya R. Toyib yang dilahirkan di Aceh ini menimba ilmu ke Tanah Suci dan Negeri Tiongkok (Campa) untuk dakwah Islamiyah. Ia pergi ke Jawa (Jepara) dan menikah dengan [[Ratu Kalinyamat]] (Retno Kencono). Ratu ini adalah putri [[Sultan Trenggono]], sultan [[Kerajaan Demak]]. Akhirnya dia mendapat gelar [[Sultan Hadlirin]] dan sekaligus dinobatkan sebagai adipati Jepara hingga wafat.
 
Baris 51 ⟶ 73:
</gallery>
 
== Permakaman ==
== Kompleks Makam dan Kepercayaan Masyarakat ==
Di halaman belakang masjid, terdapat kompleks makam yang terdiri dari dua halaman yang dibatasi oleh pagar bata. Halaman pertama disii makam-makam kerabat. Halaman kedua juga dikelilingi pagar bata dan mempunyai sebuah gapura paduraksa. Gapura ini merupakan pintu masuk ke bangunan cungkup. Tokoh yang dimakamkan adalah Ratu Kalinyamat dan suaminya Pangeran Hadiri serta kerabatnya.{{Sfn|Sugiyanti|1999|p=159-160}}
Berdekatan dengan kompleks masjid terdapat makam Sultan Hadlirin (atau Sunan Mantingan). Selain itu terdapat pula makam Ratu Kalinyamat, Patih Sungging Badarduwung seorang keturunan Tionghoa yang bernama Cie Gwi Gwan. Terdapat juga makam Mbah Abdul Jalil, yang disebut-sebut sebagai nama lain [[Syekh Siti Jenar]].
 
=== Kepercayaan lokal ===
Makam ini selalu ramai dikunjungi pada saat ''khol'' untuk memperingati wafatnya Sunan Mantingan berikut upacara ''ganti luwur'' (Penggantian Kelambu). Upacara ini diselenggarakan setiap satu tahun pada tanggal 17 Rabiul 'Awal, sehari sebelum peringatan Hari Jadi Jepara. Makam Mantingan sampai sekarang masih dianggap sakral dan mempunyai tuah bagi masyarakat Jepara dan sekitarnya. Pohon [[pace]] yang tumbuh di sekitar makam, konon bagi Ibu-ibu yang sudah sekian tahun menikah belum dikarunia putra diharapkan sering berziarah ke Makam Mantingan dan mengambil buah pace yang jatuh untuk dibuat [[rujak]] kemudian dimakan bersama suami.
 
== Air keramat ==
Kepercayaan lain adalah adanya tuah ''air mantingan'' yang menurut kisahnya ampuh untuk menguji kejujuran seseorang dan membuktikan hal mana yang benar dan yang salah. Biasanya air keramat ini digunakan masyarakat Jepara dan sekitarnya bila sedang menghadapi suatu sengketa. Air ini diberi mantra dan doa lalu diminum.