Kerajaan Bali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ibuku (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ibuku (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 107:
Pada 1478, pasukan Ranawijaya di bawah [[Patih Udara]] melanggar pertahanan Trowulan dan membunuh Kertabumi di istananya,<ref>Pararaton, p. 40, ''" .... bhre Kertabhumi ..... bhre prabhu sang mokta ring kadaton i saka sunyanora-yuganing-wong, 1400".''</ref><ref>Lihat juga: Hasan Djafar, Girindrawardhana, 1978, p. 50.</ref> Demak mengirim bala bantuan di bawah [[Sunan Ngudung]], yang kemudian mati dalam pertempuran dan digantikan oleh [[Sunan Kudus]], tetapi mereka datang terlambat untuk menyelamatkan Kertabhumi meskipun mereka berhasil mengusir tentara Ranawijaya. Peristiwa ini disebutkan dalam prasasti Jiwu dan Petak, di mana Ranawijaya mengklaim bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan menyatukan kembali Majapahit sebagai satu Kerajaan.<ref name="SNI448">Poesponegoro & Notosusanto (1990), pp. 448–451.</ref> Ranawijaya memerintah dari tahun 1474 hingga 1498 dengan nama resmi [[Girindrawardhana]], dengan Patih Udara sebagai Perdana Menteri. Peristiwa ini menyebabkan perang antara Kesultanan Demak dan Daha, karena penguasa Demak kala itu, [[Raden Patah]], adalah keturunan Bhre Kertabhumi.
 
Pada 1498, Maha Patih Udara melakukan kudeta dan mengalahkan Girindrawardhana dan perang antara Demak dan Daha surut. Tetapi keseimbangan yang rapuh ini berakhir ketika patih Udara meminta bantuan ke Portugal di Malaka dan memimpin [[Adipati Unus|Adipati Yunus]] dari Demak untuk menyerang Malaka dan Daha.<ref>MB. Rahimsyah. Legenda dan Sejarah Lengkap Walisongo. (Amanah, Surabaya, tth)</ref>
Teori lain menyatakan bahwa alasan serangan Demak terhadap Majapahit adalah balas dendam terhadap Girindrawardhana, yang telah mengalahkan kakek Adipati Yunus, [[Bhre Kertabhumi|Prabu Bhre Kertabumi]] (Prabu Brawijaya V).<ref>Marwati Djoenoed Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia. Jilid II. Cetakan V. (PN. Balai Pustaka, Jakarta, 1984)</ref> Kekalahan Daha di bawah Demak menandai berakhirnya era Hindu Majapahit di Jawa. Setelah jatuhnya kekaisaran, banyak bangsawan Majapahit, pengrajin dan pendeta berlindung baik di daerah pegunungan pedalaman Jawa Timur, Blambangan di ujung timur Jawa, atau melintasi selat sempit ke Bali. Para pengungsi mungkin melarikan diri untuk menghindari pembalasan Demak atas dukungan mereka untuk Ranawijaya terhadap Kertabhumi.