Suku Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
k Bot: Penggantian teks otomatis (-Sumatera +Sumatra)
Baris 173:
Secara genetika suku Banjar purba sudah terbentuk ribuan tahun yang lalu yang merupakan pembauran orang Melayu purba sebagai unsur dominan dan Dayak Maanyan. Suku Banjar yang memiliki genetik Melayu dominan ini telah melakukan [[migrasi]] keluar [[pulau Kalimantan]] sekitar tahun 830 Masehi atau 1.200 tahun yang lalu menuju Madagasikara alias [[Madagaskar]] yang menurunkan [[bangsa Malagasi]].<ref>http://print.kompas.com/baca/english/2016/07/16/Ancestors-of-Malagasy-Came-from-Banjar</ref><ref>http://print.kompas.com/baca/english/2016/07/04/The-Journey-across-the-Indian-Ocean?utm_source=bacajuga</ref><ref name="terradaily.com">http://www.terradaily.com/reports/The_history_of_human_genetic_ancestry_in_Madagascar_999.html</ref><ref name="terradaily.com"/><ref>https://academic.oup.com/mbe/article/33/9/2478/2579515/No-One-Is-an-Island-The-History-of-Human-Genetic</ref><ref>https://academic.oup.com/mbe/article-lookup/doi/10.1093/molbev/msw117</ref>
 
[[Bahasa Malagasi]] menunjukkan unsur-unsur bahasa Banjar dan bahasa Maanyan, misalnya varika dari warik (bahasa Banjar) dan rano dari kata ranu (bahasa Maanyan).<ref name="Atlas of Languages">{{en}} {{cite book|author=Stephen A. Wurm|year=1996|url=https://books.google.co.id/books?id=lFW1BwAAQBAJ&lpg=PA688&dq=banjarese%20srilangka&hl=id&pg=PA688#v=onepage&q=banjarese%20srilangka&f=false|title=Atlas of Languages of Intercultural Communication in the Pacific, Asia, and the Americas|authorlocation=StephenBerlin; A.New WurmYork|publisher=UNESCO|year=1996|isbn=|volume=1|location=Berlin; New York|page=688|coauthors=Peter Mühlhäusler, Darrell T. Tryon, Walter de Gruyter}}ISBN 3-11-013417-9</ref>
<ref name="Austronesian Diaspora">{{en}} {{cite book|author=Truman Simanjuntak|year=2006|url=https://books.google.co.id/books?id=Szvr5hUtD5kC&pg=PA209&dq=diaspora+banjar&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj30sjH5bLUAhWKwI8KHTY1CGIQ6AEIJDAA#v=onepage&q=diaspora%20banjar&f=false|title=Austronesian Diaspora and the Ethnogeneses of People in Indonesian Archipelago: Proceedings of the International Symposium|authorlocation=Truman SimanjuntakIndonesia|publisher=LIPI Press|year=2006|isbn=|location=Indonesia|page=209|coauthors=Ingrid Harriet Eileen Pojoh, Muhamad Hisyam}} ISBN 979-26-2436-8</ref> Adat pemakaman sekunder Dayak beragama Kaharingan yang disebut aruh [[Buntang]] disebut [[Famadihana]] di Madagaskar. Tetapi di Madagaskar tidak terdapat upacara [[Ijambe]] (kremasi/ngaben) maupun [[Aruh Baharin]]/[[Aruh Ganal]] (upacara panen) yang masih dilakukan masyarakat Dayak Kaharingan di Kalsel. Adat mengayau juga tidak dilakukan oleh penduduk Madagaskar. Selain itu masih terdapat adat memberi makan buaya di Madagaskar dan yang juga masih dilakukan orang Banjar di Kalimantan Selatan.
 
Suku bangsa Banjar adalah pembauran orang Melayu purba yang membawa bahasa Melayik dengan Dayak Barito-Meratus dari suku [[Dayak Maanyan]], [[Dayak Meratus]], dan sebagian rumpun [[Dayak Ngaju]] terutama yang tinggal di hilir (disebut Dayak Ngawa: Berangas, Mendawai dan Bakumpai). Dan terakhir juga dilakukan Dayak Abal (rumpun Lawangan), yang hampir seluruh anggota sukunya bergabung dan berasimilasi dengan suku Banjar dan konversi ke agama Islam serta meninggalkan bahasa ibunya. Namun saat mereka masih belum diidentifikasikan sebagai [[Dayak]]. Dan sebelum [[Dayak]] dipakai sebagai penyebutan pribumi asli [[Borneo]].
 
Sekitar tahun 1526, ketika raja Banjar menerima dan memeluk Islam maka diikuti seluruh kalangan penduduk Kerajaan Banjar untuk melakukan konversi massal ke agama Islam, sehingga kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi juga konsep politis, sosiologis, dan agamais. Kelompok masyarakat yang telah menganut Islam ini disebut '''[[Oloh Masih]]''' dalam bahasa Dayak Ngaju atau '''[[Ulun Hakey]]''' dalam bahasa Dayak Maanyan. Menurut [[Tjilik Riwut]] dalam "Kalimantan membangun, alam, dan kebudayaan: 407" Bila tamu yang datang mengatakan oloh masih berarti tamu yang datang beragama Islam. Untuk tamu yang beragama Islam, akan diserahkan ayam hidup, telur dan sayur-sayuran untuk dimasak sendiri.......<ref name="Kalimantan membangun">{{id}}{{cite book|author=Tjilik Riwut, Nila Riwut, Agus Fahri Husein|pagesyear=1041993|title=Kalimantan membangun: alam dan kebudayaan|location=Indonesia|publisher=Tiara Wacana Yogya|year=1993|isbn=9789798120589|pages=104}}ISBN 9798120582</ref> Namun sebagian penduduk yang masih ingin mempertahankan agama suku [[Kaharingan]] lebih memilih untuk bermigrasi ke daerah perhuluan dan dataran tinggi yang sekarang menjadi [[Dayak Maanyan]] dan [[Dayak Meratus]].
 
Pada zaman dahulu, suku Banjar termasuk masyarakat bahari atau berjiwa kemaritiman. Perjanjian tanggal 18 Mei 1747 dan Perjanjian 20 Oktober 1756 antara Sultan Banjar Tamjidillah I dengan VOC-Belanda tentang monopoli perdagangan oleh VOC-Belanda di Kesultanan Banjar diantaranya mengatur bahwa orang Banjar tidak boleh lebih berlayar ke sebelah [[timur]] sampai ke [[Bali]], [[Bawean]], [[Sumbawa]], [[Lombok]], batas ke sebelah [[barat]] tidak boleh melewati [[Palembang]], [[Johor]], [[Malaka]] dan [[Belitung]].<ref name="Bandjermasin (Sultanate)">{{id}} {{cite book
Baris 200:
Mitologi [[suku Dayak Meratus]] (Suku Bukit) menyatakan bahwa Suku Banjar (terutama Banjar Pahuluan) dan Suku Bukit merupakan keturunan dari dua kakak beradik yaitu Datung Ayuh (datung= kakek buyut) atau Si Ayuh/Dayuhan/Sandayuhan yang menurunkan suku Bukit dan Bambang Siwara/Bambang Basiwara alias Intingan yang menurunkan suku Banjar.<ref>http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/37-Datung-Ayuh-dan-Bambang-Siwara</ref> Dalam khasanah cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus ditemukan legenda yang sifatnya mengakui atau bahkan melegalkan keserumpunan genetika (saling berkerabat secara geneologis) antara orang Banjar dengan orang Dayak Meratus. Dalam cerita prosa rakyat berbahasa Dayak Meratus dimaksud terungkap bahwa nenek moyang orang Banjar yang bernama Bambang Basiwara adalah adik dari nenek moyang orang Dayak Meratus yang bernama Sandayuhan. Bambang Basiwara digambarkan sebagai adik yang berfisik lemah tetapi berotak cerdas. Sedangkan Sandayuhan digambarkan sebagai kakak yang berfisik kuat dan jago berkelahi.
 
Sesuai dengan statusnya sebagai nenek-moyang atau cikal-bakal orang Dayak Maratus, maka nama Sandayuhan sangat populer di kalangan orang Dayak Meratus. Banyak sekali tempat-tempat di seantero [[pegunungan Meratus]] yang sejarah keberadaannya diceritakan berasal usul dari aksi heroik Sandayuhan. Salah satu di antaranya adalah tebing batu berkepala tujuh, yang konon adalah penjelmaan dari Samali’ing, setan berkepala tujuh yang berhasil dikalahkannya dalam suatu kontak fisik yang sangat menentukan.<ref>{{cite book|last=Tsing|first=Anna Lowenhaupt|url=http://books.google.co.id/books?id=qcsdcQk35EUC&lpg=PA72&dq=orang-orang%20banjar&pg=PA75#v=onepage&q=orang-orang%20banjar&f=true|title=Di Bawah Bayang-Bayang Ratu Intan: Proses Marjinalisasi pada Masyarakat|publisher=Yayasan Obor Indonesia|isbn=9789794613061|pages=75-79, 405}}ISBN 979-461-306-1</ref>
| url= http://books.google.co.id/books?id=qcsdcQk35EUC&lpg=PA72&dq=orang-orang%20banjar&pg=PA75#v=onepage&q=orang-orang%20banjar&f=true
| title= Di Bawah Bayang-Bayang Ratu Intan: Proses Marjinalisasi pada Masyarakat
| last= Tsing
| first= Anna Lowenhaupt
| publisher= Yayasan Obor Indonesia
| isbn= 9789794613061
| pages= 75-79, 405
}}ISBN 979-461-306-1</ref>
 
== Kekerabatan genetika dengan Orang Komoro dan [[Bangsa Malagasi|Orang Madagaskar]] (Vezo/Bajo, Mikea, Antemoro) menurut riset ilmiah ==
Baris 1.059 ⟶ 1.051:
Sebelum masa Kesultanan Banjar berhubungan dengan VOC Belanda sekitar 1606, pada saat itu Kesultanan Banjar merupakan negara maritim di mana pedagang-pedagang Banjar sudah melakukan hubungan niaga dengan Filipina Selatan (Banjar Kulan), Brunei, Cochin Cina/Campa, sehingga kawasan timur Kalimantan merupakan perlintasan jalur perdagangan orang Banjar sejak berabad-abad yang lalu. Sejak itulah orang Banjar/Kesultanan Banjar melebarkan teritorialnya ke daerah rantau [[Kalimantan Timur]] atau disebut juga ''negeri-negeri di atas angin'' dalam [[Hikayat Banjar]].
 
Selain orang Kutai dan Dayak, pemukim lain yang dikategorikan pendatang dan dominan di beberapa desa di Mahakam Tengah yaitu orang Banjar dan Bugis. Di beberapa desa seperti halnya di Muara Muntai dan Muara Kaman, beberapa keluarga orang Banjar bahkan telah bermukim semenjak ratusan tahun yang lalu. Mereka pun banyak yang sudah beranak pinak dan tidak mengetahui lagi kampung asal leluhur mereka di Kalimantan Selatan. Mereka sering disebut atau menyebutkan diri sebagai Banjar Kutai yang artinya orang Banjar yang telah menjadi Kutai, atau Kutai Banjar yang berarti perkampungan di Kutai yang berdialek Banjar.<ref name="Magenda48">{{cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|year=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&lpg=PP1&dq=kalimantan&pg=PT19#v=onepage&q&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|publisher=Equinox Publishing|isbn=6028397210|pages=48|language=en}} ISBN 978-602-8397-21-6</ref>
| language= en
| url= https://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&lpg=PP1&dq=kalimantan&pg=PT19#v=onepage&q&f=false
| title= East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy
| last= Magenda
| first= Burhan Djabier
| publisher= Equinox Publishing
| year= 2010
| isbn= 6028397210
| pages= 48
}} ISBN 978-602-8397-21-6</ref>
 
Di Kalimantan Timur, eksistensi Orang Banjar sudah terjalin semenjak masa pemerintahan Kesultanan Banjar dipimpin Sultan Suriansyah (1595-1620). Dengan bala bantuan dari Kerajaan Demak, Kesultanan Banjar terus melebarkan pengaruhnya ke Paser, Kutai, dan Berau. Perjanjian yang ditanda tangani antara Pieter Pietarsz (utusan VOC) dengan [[Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa ing Martapura]], Raja Kutai Kartanegara dalam tahun 1635 memuat antara lain bahwa perdagangan bebas hanya dibolehkan antara Kerajaan Kutai dengan orang-orang Banjar dan Belanda saja.<ref name="Scheltema">{{cite book
Baris 1.091 ⟶ 1.073:
Di Muara Muntai dan Muara Kaman, pemukim Banjar yang telah lama telah bercampur baur dengan penduduk lokal orang Kutai. Sedangkan pendatang baru atau musiman sering kali mengelompok tersendiri dalam pemukiman yang terkonsentrasi. Di daerah ini dan di sekitar danau Jempang dan Melintang, Orang Banjar bukan saja memperkenalkan budidaya ikan model keramba dan jaring apung, tetapi juga memperkenalkan teknik penangkapan ikan modern lainnya yang destruktif seperti alat setrum, potasium, dan pukat harimau.<ref>http://bioma.or.id/wp-content/uploads/2015/11/Dok_02_Sosekbud_Bioma.pdf Tipologi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat Di Mahakam Tengah</ref>
 
Suku Banjar membentuk 15 % dari populasi penduduk Kaltim dan terdapat seluruh [[kabupaten]] dan [[kota]] di Kaltim. Suku Banjar di Kaltim lebih banyak populasinya dibandingkan suku [[rumpun Dayak|Dayak]] maupun [[suku Kutai]]. Di [[Kota Samarinda]] dan [[Kota Balikpapan|Balikpapan]], suku Banjar merupakan kelompok etnik asal Kalimantan terbanyak di kedua wilayah kota tersebut.<ref>{{en}} {{cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|year=2010|url=http://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&lpg=PP1&dq=kalimantan&pg=PT19#v=onepage&q&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|last=Magenda|first=Burhan Djabier|publisher=Equinox Publishing|year=2010|isbn=6028397210|pages=18}}ISBN 978-602-8397-21-6</ref>
 
Menurut data statistik Kalimantan Timur 2002, Suku Banjar terdapat di Kota Samarinda (140.761 jiwa), Kota Balikpapan (63.010 jiwa), Kutai Kartanegara (57.506 jiwa), Paser (32.323 jiwa), Kutai Timur (11.380 jiwa), Berau (9.659 jiwa), Tarakan (8.766 jiwa), Kutai Barat (6.658 jiwa), Bontang (5.328 jiwa), Bulungan (3.315 jiwa), Nunukan (1.124 jiwa) dan Malinau (490 jiwa).<ref>http://www.adbi.org/files/2005.02.dp24.forestry.sector.indonesia.table.2.pdf</ref>
Baris 1.126 ⟶ 1.108:
[[Migrasi]] suku Banjar (Banjar Kuala) ke [[Kalimantan Tengah]] terutama terjadi pada masa pemerintahan [[Sultan Banjar]] IV yaitu Raja Maruhum atau [[Mustain Billah dari Banjar|Sultan Musta'inbillah]] ([[1650]]-[[1672]]), yang telah mengizinkan berdirinya [[Kerajaan Kotawaringin]] dengan rajanya yang pertama [[Pangeran Dipati Anta-Kasuma]].
 
Suku Banjar yang datang dari lembah [[sungai Negara]] (wilayah Batang Banyu) terutama orang Negara (urang Nagara) yang datang dari Kota Negara (bekas ibu kota [[Kerajaan Negara Daha]]) telah cukup lama mendiami wilayah [[Kahayan Kuala, Pulang Pisau]], yang kemudian disusul orang Kelua (''Urang Kalua'') dari [[Tabalong]] dan orang [[Hulu Sungai]] lainnya mendiami daerah yang telah dirintis oleh orang Negara. Puak-puak suku Banjar ini akhirnya melakukan [[perkawinan]] campur dengan suku Dayak Ngaju setempat dan mengembangkan agama Islam di daerah tersebut.<ref>{{id}} {{cite book|author=Taufik Arbain|isbn=9789791283861|publisher=Lkis Pelangi Aksara|title=Strategi migran Banjar|date=1 Jan 2009|year=2009|url=https://books.google.co.id/books?id=GO9mDwAAQBAJ&pg=PA29&dq=strategi+migran+banjar&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiYrKqLscLeAhUPcCsKHYRJCf8Q6AEIKzAA#v=onepage&q=strategi%20migran%20banjar&f=false|title=Strategi migran Banjar|publisher=Lkis Pelangi Aksara|isbn=9789791283861}} ISBN 9791283869</ref><ref>{{ms}}{{cite book|contributionyear=A2007|url=https://books. Halim Ali, Universiti Malaysia Sarawakgoogle. Institut Pengajian Asia Timur|isbnco.id/books?id=9789839257762|publisherIREk_dRFuXIC&q=Institut Pengajian Asia Timur, Universiti Malaysia Sarawakbanjar+PERANTAU+BAWEAN+MINANG&dq=banjar+PERANTAU+BAWEAN+MINANG&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi1la2QrcLeAhVHU30KHSlzCIYQ6AEILTAB|title=Transformasi sosial: merenungkan dan memformulasikan kebijakan/dasar pembangunan di Borneo-Kalimantan : prosiding Konferensi Antaruniversiti se Borneo-Kalimantan ke-3, 15-17 Jun di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia : Borneo-Kalimantan 2007|location=Malaysia|yearpublisher=2007Institut Pengajian Asia Timur, Universiti Malaysia Sarawak|isbn=9789839257762|page=246|urlcontribution=https://booksA.google Halim Ali, Universiti Malaysia Sarawak.co.id/books?id=IREk_dRFuXIC&q=banjar+PERANTAU+BAWEAN+MINANG&dq=banjar+PERANTAU+BAWEAN+MINANG&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwi1la2QrcLeAhVHU30KHSlzCIYQ6AEILTAB Institut Pengajian Asia Timur}} ISBN 9839257765</ref>
 
Sedangkan [[migrasi]] suku Banjar ke wilayah [[Barito]], Kalimantan Tengah terutama pada masa perjuangan [[Pangeran Antasari]] melawan [[Belanda]] sekitar tahun [[1860]]-an. Suku-suku Dayak di wilayah [[Barito Utara|Barito]] mengangkat [[Pangeran Antasari]] (Gusti Inu Kartapati) sebagai raja dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin berkedudukan di [[Puruk Cahu]] ([[Murung Raya]]), setelah mangkat dia perjuangannya dilanjutkan oleh putranya yang bergelar [[Sultan Muhammad Seman]].
Baris 1.144 ⟶ 1.126:
Dewasa ini Suku Banjar di [[Jawa Tengah]] hanya berkisar 10.000 jiwa. Suku Banjar terutama bermukim di [[Kota Semarang]] dan [[Kota Surakarta]].<ref>Kuntowijoyo, ''Pengantar Ilmu Sejarah'', PT Bentang Pustaka, Hlm. 140, ISBN 979-3062-59-2</ref>
 
Migrasi suku Banjar ke [[kota Semarang]] pada akhir abad ke-19 dan bermukim kampung Banjar (bagian dari eks kelurahan Banjarsari) di sebelah barat Kampung Melayu (eks kelurahan Mlayu Darat yang kini bernama Jalan Layur). Sosial kemasyarakatan di kawasan ini dilatarbelakangi oleh budaya [[Tionghoa-Indonesia|Cina]], [[Arab-Indonesia|Arab]], dan Banjar. Keunikan suku Banjar di kawasan ini, mereka mendirikan rumah panggung ([[rumah Banjar|rumah ba-anjung]]) yang sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat, tetapi sayang kebanyakan rumah tersebut sudah mulai tergusur karena kondisi yang sudah tua maupun faktor alam (air pasang, rob) yang nyaris menenggelamkan kawasan ini akibat banjir pasang air laut. Sayangnya, eks Kelurahan [[Banjarsari (Semarang)]] dan eks kelurahan Mlayu Darat telah dilikuidasi kemudian digabung ke dalam wilayah kelurahan [[Dadapsari, Semarang Utara, Semarang|Dadapsari]].<ref name="Kota Di Djawa Tempo Doeloe">{{Cite book|last=Olivier Johannes|first=Raap|date=29 Mei 2017|year=2017|url=https://books.google.co.id/books?id=BrQ8DwAAQBAJ&pg=PA130&dq=Banjar+di+Semarang&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj78t3O5ILfAhVEKY8KHSVlDZYQ6AEIPTAE#v=onepage&q=Banjar%20di%20Semarang&f=false|title=Kota Di Djawa Tempo Doeloe|lastlocation=Olivier Johannes|first=Raap|date=29 Mei 2017Indonesia|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=6024243618|year=2017|location=Indonesia|page=130|oclc=}} ISBN 9786024243616</ref>.<ref name="Semarang tempo dulu: teori desain kawawan bersejarah">{{Cite book|last=|author=Wijanarka|first=|date=2007|year=2007|url=https://books.google.co.id/books?id=l-TVAAAAMAAJ&q=Banjar+di+Semarang&dq=Banjar+di+Semarang&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwj78t3O5ILfAhVEKY8KHSVlDZYQ6AEIQzAF|title=Semarang tempo dulu: teori desain kawawan bersejarah|lastlocation=|first=|author=Wijanarka|date=2007Indonesia|publisher=Ombak|isbn=9789793472713|year=2007|location=Indonesia|page=32|oclc=}} ISBN 9793472715</ref><ref>{{id}} [http://eprints.undip.ac.id/11889/ PENGARUH KEBUDAYAAN BANJAR TERHADAP BENTUK RUMAH PANGGUNG MASYARAKAT BANJAR DI KAMPUNG MELAYU SEMARANG]</ref>
 
Suku Banjar di [[Surakarta]] kebanyakan bermukim di Kelurahan [[Jayengan, Serengan, Surakarta|Jayengan]] khususnya di sekitar Masjid Darussalam di lingkungan Jayengan Kidul. Masyarakat Banjar di Surakarta memiliki yayasan bernama ''Darussalam'', yang diambil dari nama Pesantren terkenal yang ada di kota [[Martapura]], Kalimantan Selatan.<ref name="Perwujudan kesukubangsaan kelompok etnik pendatang">{{id}}{{cite book
Baris 1.198 ⟶ 1.180:
Suku Banjar sudah lama terdapat di Sumatra.<ref>[http://www.serdangbedagaikab.go.id/indonesia/index.php?mod=home&opt=content&jenis=2&id_content=2407&detail=Y WAGUBSU HADIRI PERINGATAN MAULID MASYARAKAT BANJAR ]</ref><ref>[http://www.langkatkab.go.id/read.php?do=detail&id=1753 JELANG RAMADHAN MASYARAKAT BANJAR DI LANGKAT SILATURAHMI DENGAN BUPATI]</ref> Berdasarkan sensus tahun 1930, suku Banjar di Sumatra berjumlah 77.838 jiwa yang terdistribusi di Plantation belt (Pantai Timur Sumatra Utara) 31.108 jiwa, di Sumatra bagian Tengah 46.063 jiwa dan di Sumatra bagian Selatan 430 jiwa.<ref>[http://books.google.co.id/books?id=qNEXtcCPFyUC&lpg=PA83&dq=haga%20borneo&pg=PA88#v=onepage&q=haga%20borneo&f=true {{en}} A. J. Gooszen, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), A demographic history of the Indonesian archipelago, 1880-1942, KITLV Press, 1999, ISBN 90-6718-128-5, 9789067181280]</ref> Belakangan, suku Banjar di Sumatra banyak yang berpindah ke Malaysia sebelum kemerdekaannya.
 
Suku Banjar di [[Sumatra Utara]] terdapat di Kabupaten [[Langkat]], [[Deli Serdang]], [[Serdang Bedagai]], [[Asahan]] dan [[Labuhan Batu]]. Taburan suku Banjar yang tinggal di [[Sumatra Utara]] mendiami 14 desa. Pantai Sisir Gunting merupakan daerah yang pertama kali dibuka untuk lahan persawahan orang Banjar yang datang ke [[Sumatra Timur]]. Nama Pantai Sisir Gunting sekarang dikenal sebagai desa Paluh Manan, Paluh Kurau, dan [[Pematang Serai, Tanjung Pura, Langkat|Pematang Serai]].<ref name="Tradisi Kawin Anom">{{id}} {{cite book|last=Nasution|first=Dr. Rosramadhana|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|title=Ketertindasan Perempuan Dalam Tradisi Kawin Anom: Subaltern Perempuan pada Suku Banjar Dalam Perspektif Poskolonial|page=97|year=2016|url=https://books.google.co.id/books?id=_I5MDAAAQBAJ&pg=PA90&dq=olohmasih&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiFt66kkrrUAhVCtY8KHWBdDY0QuwUINzAD#v=onepage&q=olohmasih&f=false|title=Ketertindasan Perempuan Dalam Tradisi Kawin Anom: Subaltern Perempuan pada Suku Banjar Dalam Perspektif Poskolonial|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=9794619418|page=97}}ISBN 978-979-461-941-4</ref>. Di dalam tahun 1903 [[Sultan Serdang]] membuka proyek persawahan dekat Perbaungan yang disebut "Bendang" dan untuk mengelola sawah ini didatangkanlah ribuan orang Banjar dari Kalimantan Selatan yang ahli bersawah lengkap dengan kepala kelompoknya (Haji Mas Demang).<ref name="Pengantar etnomusikologi">{{id}} {{cite book
| url=https://books.google.co.id/books?id=Q2szAAAAIAAJ&q=SULTAN+BANJAR-MALAY&dq=SULTAN+BANJAR-MALAY&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiH1cTM9Y_iAhVOaq0KHWnkAcE4ChDoAQhEMAY
| title=Pengantar etnomusikologi dan tarian Melayu
Baris 1.370 ⟶ 1.352:
 
=== Keterampilan Mengolah Lahan Pasang Surut ===
Kehidupan orang Banjar terutama kelompok Banjar Kuala dan Batang Banyu lekat dengan budaya sungai. Sebagai sarana transportasi, orang Banjar mengembangkan beragam jukung (perahu) sesuai dengan fungsinya yakni Jukung Pahumaan, Jukung Paiwakan, Jukung Paramuan, Jukung Palambakan, Jukung Pambarasan, Jukung Gumbili, Jukung Pamasiran, Jukung Beca Banyu, Jukung Getek, Jukung Palanjaan, Jukung Rombong, Jukung/Perahu Tambangan, Jukung Undaan, Jukung Tiung dan lain-lain.<ref>[http://travel.kompas.com/read/2013/01/26/16153269/Jukung.Urat.Nadi.Orang.Banjar Jukung, Urat Nadi Orang Banjar ]</ref> Kondisi geografis Kalimantan Selatan yang banyak memiliki sungai dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh orang Banjar, sehingga salah satu keahlian orang Banjar adalah mengolah lahan pasang surut menjadi kawasan budi daya pertanian dan permukiman.<ref>{{id}} {{cite book|last=Levang|first=Patrice|year=2003|url=http://books.google.co.id/books?id=5UXVblT8CVsC&lpg=PA166&dq=orang%20banjar&pg=PA164#v=onepage&q=orang%20banjar&f=true|title=Ayo ke tanah sabrang: transmigrasi di Indonesia|last=Levang|first=Patrice|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|year=2003|isbn=979-9100-03-8|pages=165|}}ISBN 9789799100030</ref> Sistem irigasi khas orang Banjar yang dikembangkan masyarakat Banjar mengenal tiga macam kanal. Pertama, Anjir (ada juga yang menyebutnya Antasan) yakni semacam saluran primer yang menghubungkan antara dua sungai. Anjir berfungsi untuk kepentingan umum dengan titik berat sebagai sistem irigasi pertanian dan sarana transportasi. Kedua, Handil (ada juga yang menyebut Tatah) yakni semacam saluran yang muaranya di sungai atau di Anjir. Handil dibuat untuk menyalurkan air ke lahan pertanian daerah daratan. Handil ukurannya lebih kecil dari Anjir dan merupakan milik kelompok atau bubuhan tertentu. Ketiga, Saka merupakan saluran tersier untuk menyalurkan air yang biasanya diambil dari Handil. Saluran ini berukuran lebih kecil dari Handil dan merupakan milik keluarga atau pribadi.
 
=== Rumah Banjar ===
Baris 1.442 ⟶ 1.424:
*[[Roti sagu]]
*[[Surabi]]
*[[Paliat]]
*[[Tapai baras]]
*[[Tapai gumbili]]
Baris 1.451 ⟶ 1.434:
Menurut sensus BPS tahun 2010 populasi suku Banjar berjumlah 4.127.124.<ref>demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf</ref> Suku Banjar terdapat di seluruh provinsi Indonesia dengan 2.686.627 diantaranya tinggal di Kalimantan Selatan. Populasi suku Banjar dalam jumlah besar juga dapat ditemkan di Kalimantan Tengah (464.260) dan Kalimantan Timur (440.453) yang merupakan daerah perantauan primer orang Banjar. Di pulau Sumatra orang Banjar banyak terdapat di Riau (227.239), Sumatra Utara (125.707) dan Jambi (102.237) karena migrasi orang Banjar pada abad ke-19 ke pesisir timur Sumatra.
 
Populasi suku Banjar diantaranya sebagai berikut:<ref>{{id}} {{cite book|year=2011|url=http://sp2010.bps.go.id/files/ebook/kewarganegaraan%20penduduk%20indonesia/index.html|title=Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010|publisher=Badan Pusat Statistik|year=2011|isbn=978-979-064-417-5}}ISBN 9789790644175</ref>
 
{| class="wikitable sortable"