Penyair nasional: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Baris 1:
[[Berkas:20200705 160712(1)penyair.jpg|al=Moehammad Abdoe|kiri|bingkai|''Moehammad Abdoe (Penyair dan Cerpenis Indonesia)'']]
Seorang '''penyair nasional''' atau '''pensyair nasional''' adalah seorang penyair yang menurut tradisi mewakili identitas, kepercayaan, dan prinsip sebuah kebudayaan nasional tertentu.
Sang penyair nasional adalah sebuah simbol yang sudah lama eksis, dan harus dibedakan dari pemegang penyair resmi yang ditunjuk. Ide untuk menghormati seorang penyair nasional muncul pada masa Romantik, sebagai seorang figur yang membantu mengkonsolidasi negara bangsa, karena itu memberikan validasi kelompok etno-linguistik mereka.
 
Sebagian besar penyair nasional adalah tokoh historis, meskipun ada beberapa penulis kontemporer yang berkarya dalam sebuah kesusastraan nasional juga dianggap sebagai "penyair nasional". Beberapa bangsa memiliki lebih dari satu penyair nasional; gagasan daripada penyair nasional tunggal itu selalu merupakan penyederhanaan. Ada yang berargumentasi bahwa seorang penyair nasional "harus menulis puisi yang sangat erat hubungannya dengan perjuangan bangsa - atau dianggap demikian", dengan asumsi tambahan "bahwa seorang penyair nasional harus menulis dalam bahasa nasional".
 
'''Moehammad Abdoe''' adalah seorang penulis dan penyair berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karyanya berupa cerita pendek dan puisi yang diterbitkan di sejumlah surat kabar Indonesia maupun luar negeri, seperti: News Sabah Times, Harian Ekspres, Utusan Borneo, Suara Sarawak, Suara Merdeka, Republika, Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Koran Merapi, Analisa (Medan), Rakyat Sultra, Riau Pos, Bangka Pos, Pontianak Post, Tanjungpinang Pos, Pikiran Rakyat, Medan Pos, Pos Bali, Malang Post, Radar Madura, Radar Madiun, Radar Banyuwangi, Radar Malang, Radar Mojokerto, Radar Cirebon, Bhirawa (Surabaya), Lampung News, Dinamika News (Bandar Lampung), BMR Fox, Cakra Bangsa, Kata Berita, Gokenje, Cakra Dunia, Jejak Penulis, Apajake, Banaran Media, Cerano, Tembi Rumah Budaya (Yogyakarta), serta diabadikan di sejumlah buku antologi bersama.
<!--Di bawah ini disajikan daftar bangsa, dengan penyair nasional mereka.-->
 
 
Lelaki kelahiran kota apel (Malang, 27 Mei 1999) tersebut awal mula mendalami dunia sastranya meliputi beberapa pulau dan kota, antara lain; Jakarta, Pulau Buru, Madura, dan Jawa. Beberapa puisinya pernah ditayangkan di harian Riau Pos dan Koran Merapi (Yogyakarta) dalam edisi khusus untuk memperingati Hari Puisi Nasional Indonesia (28 April 2020 sekaligus mengenang wafatnya penyair Chairil Anwar). Pernah meraih anugerah penghargaan dari kantor Bahasa Sulawesi Tenggara (2019), Balairung Press (Universitas Gajah Mada 2020), dan penerbit Surya Pustaka Ilmu dengan kategori puisi dan cerpen terbaik (2020).
 
 
Selain itu, ia juga produktif menulis di halaman "Fiksi" Kompasiana. Aktif bergiat di beberapa komunitas, seperti; Dari Negeri Poci, Sanggar Purai (Tarian Sufi), Dinding Puisi, Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sastra Minggu, Sastra Koran Majalah, Komunitas Bisa Menulis, serta memelopori komunitas Pemuda Desa Merdeka (PDM 2015) yang banyak menghimpun dari kalangan seniman dan musisi dari kota Malang dengan satu gerakan yang lebih condong mengangkat tema-tema sosial dan kreatif seni musik jalanan. Saat ini, ia masih tinggal di sebuah desa kecil di bawah lereng bukit kapur (Kalipare-Malang) sebagai penulis lepas.<!--Di bawah ini disajikan daftar bangsa, dengan penyair nasional mereka.-->
{{sastra-stub}}
[[Kategori:Penyair]]
[[Kategori:Moehammad Abdoe]]
[[Kategori:Penyair Indonesia]]