Uyeng Suwargana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kusyadi (bicara | kontrib)
Revisi
Kusyadi (bicara | kontrib)
+infobox
Baris 1:
{{Infobox person
| name = Uyeng Suwargana
| image = <!-- filename only, no "File:" or "Image:" prefix, and no enclosing [[brackets]] -->
| alt = <!-- descriptive text for use by speech synthesis (text-to-speech) software -->
| caption = Uyeng Suwargana
| birth_name = Oejeng Soewargana
| birth_date = {{Birth date|1917|11|12}}
| birth_place = [[Pangandaran, Pangandaran|Pangandaran]], [[Jawa Barat]]
| death_date = {{Death date and age|1979|05|07|1917|11|12}}
| death_place = [[Jakarta]]
| death_cause =
| nationality = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
| burial_place = [[Taman Makam Pahlawan Cikutra]], [[Kota Bandung|Bandung]]
| other_names =
| occupation =
| years_active =
| known_for =
| notable_works =
| mother = Raden Ratna Soerasti
| father = Mas Kanduruan Kartaatmaja
}}
'''Uyeng Suwargana''' (ejaan asli: '''Oejeng Soewargana''') ({{lahirmati|[[Pangandaran, Pangandaran|Pangandaran]], [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]|12|11|1917|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|7|5|1979}}) adalah seorang [[Guru|pendidik]], pengusaha penerbitan, [[budayawan]], [[tentara]], serta [[politikus]]. Kedekatannya dengan [[Abdul Haris Nasution]] banyak memengaruhi jalan hidupnya, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang politik. Walaupun lebih banyak berperan di latar belakang namun peran tersebut memberikan dampak yang besar pada negara, seperti membebaskan [[Papua (wilayah Indonesia)|Irian Barat]] dari penjajahan [[Belanda]] melalui jalur [[diplomasi]].<ref name=uinsgd>{{cite web
| url = https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/historia/article/view/9194/4438
Baris 58 ⟶ 79:
}}</ref><ref name=remy/>
Di keluarganya, Uyeng adalah ayah dari 7 orang anak, 5 dari istri kedua dan 2 dari istri ketiga.<ref name=tempo/> Meski taktidak tinggal di Pangandaran, Uyeng bersama keluarga dan saudara-saudaranya rutin pulang kampung dan berkumpul di Pangandaran. Di kampung halamannya, ada sebuah rumah di [[Babakan, Pangandaran, Pangandaran|Desa Babakan]], Pangandaran yang disebut “Gedung"Gedung Uyeng”Uyeng". Rumah itu tak lain adalah peninggalan sang ayah, Mas Kanduruan Kartaatmadja. Uyeng juga diketahui pernah menghibahkan buku-buku untuk sekolah di Pangandaran. Sebagian buku-buku tersebut rupanya masih tersimpan hingga kini di Perpustakaan [[SMP Negeri 1 Pangandaran|SMP Negeri 1]] [[Pananjung, Pangandaran, Pangandaran|Desa Pananjung]], [[Pangandaran, Pangandaran|Kecamatan Pangandaran]], [[Kabupaten Pangandaran]]. Dari beberapa buku terbitan C. V. Ganaco (perusahaan penerbitan milik Uyeng) yang ditemukan di sekolah tersebut, beberapa di antaranya ditempeli pesan sebagai kenang-kenangan 20 tahun wafatnya sang ayah.<ref name=pangandaran/>
 
== Kehidupan sebagai pendidik, penulis buku, dan pengusaha penerbitan ==
Akibat tidak adanya sekolah lanjutan di Pangandaran pada saat itu, seperti juga saudara-saudaranya, Uyeng dikirim ayahnya bersekolah di luar Pangandaran. Uyeng bersekolah di [[Kweekschool|Holandse Indische Kweekschool]] (HIK) [[Kota Bandung|Bandung]], yaitu sekolah untuk menjadi guru. Di sekolah inilah, ia mulai bertemu dan menjadi teman sekelas Abdul Haris Nasution, sosok yang kemudian menjadi pimpinan tentara. Nasution menjadikan Uyeng orang kepercayaannya, bahkan dalam bukunya "Memenuhi Panggilan Tugas: Kenangan Masa Muda" (1990), Nasution menulis bahwa Uyeng tidak hanya sebagai teman sekelas tapi bahkan dianggap sebagai "saudara kandung sendiri sampai akhir hayatnya". Ia lulus dari sekolah tersebut tahun [[1938]]. Namun kedekatannya dengan Nasution tidak berakhir. Mereka pernah menulis buku bersama, mendirikan partai bersama yaitu [[Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia]] (IPKI), bahkan bekerja sama dalam menjalankan tugas negara. Mereka berdua juga merupakan tokoh-tokoh anti [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI).
 
Setelah lulus dari HIK, Uyeng melanjutkan ke sekolah militer dan menjadi tentara. Namun itu tidak berlangsung lama karena kemudian ia mengundurkan diri. Setelah berhenti dari dinas ketentaraan, Uyeng lalu bekerja di percetakan A.C. Nix yang saat itu berada di Jalan Gereja No. 3 Bandung. Di situ Uyeng banyak menulis buku teks untuk sekolah-sekolah yang diterbitkan oleh A.C. Nix. Di antara buku-bukunya adalah "Metode Menulis Indah dan Mudah" dan "Berhitung". Buku-buku tersebut sukses karena dibeli oleh pemerintah untuk dijadikan buku pegangan di [[Sekolah Dasar]]. Ketika terjadi [[nasionalisasi]] semua aset dan perusahaan-perusahaan Belanda oleh [[TNI AD]] yang dipimpin Nasution,<ref name=duta/> A.C. Nix dibeli oleh Uyeng dan perusahaan itu diganti namanya menjadi C.V. Ganaco. Perusahaan ini pernah berjaya cukup lama dan dikenal sebagai penerbit buku-buku pelajaran dan umum. Selain itu, juga mencetak [[media massa]], salah satunya adalah majalah anak-anak "Tjenderawasih" yang digawangi oleh S. Rukiah sebagai editor. Rukiah adalah seorang anggota [[Lekra]],<ref name=south>{{cite web
| url = https://southeastasianlibrarygroup.wordpress.com/2017/10/
| title = Tjenderawasih: A 1950’s Indonesian Children’s Journal in the Library of Southeast Asian Studies in Frankfurt
Baris 77 ⟶ 98:
| language = id
| accessdate = 2020-11-29
}}</ref><ref name=south/> Saat ini, tepatnya sejak tahun [[1990]], gedung era Belanda tempat penerbit C.V. Ganaco dulu berdiri di Bandung sudah dibongkar karena dianggap menghalangi keindahan gedung baru milik [[Bank Negara Indonesia]] yang didirikan di belakangnya. Namun di Jalan Babakan Ciamis, jalan sebelah gedung Ganaco dahulu, masih banyak pedagang menggunakan nama "Assěnik", yang diduga berasal dari A.C. Nix,<ref>{{cite web
| url = https://komunitasaleut.com/2015/02/14/toko-buku-jeung-koran-jaman-baheula
| title = Toko Buku jeung Koran Jaman Baheula
| date = [[14 Februari]] [[2015]]
| publisher = komunitasaleut.com
| language = su
| accessdate = 2020-11-30
}}</ref> nama perusahaan penerbitan sebelum berubah menjadi Ganaco.
 
Sebagai lulusan dari sekolah guru, Uyeng sempat menjadi guru di [[Hollandsch-Inlandsche School]] (HIS) Banjarsari Bandung. Salah seorang yang pernah menjadi siswanya saat itu adalah [[Ali Sadikin]],<ref name=tempo/> yang kemudian menjadi gubernur DKI. Uyeng tak selamanya menjadi guru kelas yang berdiri untuk mengajar di hadapan murid-murid, namun keterlibatannya dalam dunia penulisan dan penerbitan yang ditekuninya telah menjadikannya seorang guru bagi ribuan murid yang membaca bahan ajar yang dibuatnya. Berbagai buku telah ditulisnya, dari bidang politik, [[bahasa]], [[pendidikan]], sejarah, dan sebagainya. Sebagai mantan guru kelas, Uyeng dikenal sebagai salah seorang yang menolak [[matematika]] modern diajarkan di sekolah tingkat rendah, karena menurutnya anak-anak belum mampu untuk berpikir abstrak. Ia bahkan menulis buku tentang kegagalan matematika modern.<ref name=mat>{{cite web
Baris 88 ⟶ 116:
}}</ref>
 
Sebagai penulis buku pelajaran sejarah, Uyeng Soewargana termasuk penulis yang dipinggirkan pada 1960-an. Menurut Harry Poeze dalam buku "Madiun 1948: PKI Bergerak", bukunya dilarang karena ia tidak mau mengubah sebutan "[[Pemberontakan PKI 1948|Pemberontakan Madiun]]" menjadi "Peristiwa" atau "Affair" yang melekat pada Partai Komunis Indonesia (PKI). "Perkataan 'pemberontakan' tidak diperbolehkan. Kata 'pemberontakan' harus diganti dengan 'peristiwa' (affair)," tulis Poeze mengutip pelarangan itu oleh pemerintah.<ref name=tirto/>
 
Akibat buku anti komunis yang ditulis Uyeng, Ajip Rosidi melihat bahwa "Ketika para mahasiswa berdemonstrasi untuk menjatuhkan Sukarno, tampak sekali Uyeng sangat antusias memberikan bantuannya. Banyak pemimpin [[Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia]] (KAMI) yang datang menemuinya."<ref name=tirto/>
Baris 119 ⟶ 147:
| url = https://www.dbnl.org/tekst/oltm003bung01_01/oltm003bung01_01.pdf
| title = Bung Karno Sahabatku
| last = Oltmans
| first = Willem
| author-link = Willem Oltmans
| date = [[2015]]
| publisher = dbnl
Baris 134 ⟶ 165:
Sebagai orang dekat Nasution, Uyeng memang mengetahui banyak seluk dalam [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|Angkatan Darat]]. Pakar politik militer [[Universitas Nasional Australia]], [[Harold Crouch]] pernah mewawancarai Uyeng pada [[15 Agustus]] [[1973]] untuk studi disertasinya. Kepada Crouch, Uyeng menuturkan tentang konflik di tingkat elite Angkatan Darat seperti perseteruan antara Nasution dengan suksesornya, Jenderal Yani; adanya segelintir perwira senior yang tak menyenangi gaya hidup mewah Yani; beberapa tipikal para jenderal TNI AD. "Uyeng adalah seorang warga sipil yang bekerja di dinas [[Intelijen militer|intelijen]] angkatan bersenjata," tulis Harold Crouch dalam disertasinya yang dibukukan berjudul The Army and Politics in Indonesia (Militer dan Politik di Indonesia).<ref name=spion/>
 
Tentang cerita apakah Uyeng agen CIA dan akan membunuh Bung Karno, Ajip Rosidi menyatakan bahwa, "Hal demikian sulit dibuktikan kebenarannya atau ketidakbenarannya." Sementara sejarawan [[Asvi Warman Adam]] menyatakan, “Tidak jelas apa status Uyeng dan apakah benar ia seorang intel. Namun, yang terang, ia adalah orang dekat Jenderal Nasution." Sementara wartawan [[Rosihan Anwar]], yang menjuluki Uyeng sebagai "Spion Melayu", menyatakan bahwa "Anggap sajalah cerita mengenai Uyeng Suwargana ini sebagai sejarah kecil, petite histori. Habis cerita."<ref name=spion/>
 
== Akhir kehidupan ==