Majapahit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membatalkan suntingan berniat baik oleh 111.95.119.9 (bicara): Yang benar ituh "dikarenakan", kalo "dimungkinkan" yang pasti baru kemungkinan kan ini sudah fakta (TW)
Tag: Pembatalan
Keterangan mengenai AoE 3 DE, halaman dan rujukan
Baris 266:
Menurut catatan China, prajurit yang lebih kaya menggunakan baju pelindung yang disebut ''kawaca''.<ref group="Catatan">''Kawaca'' memiliki dua makna. Yang pertama adalah kemeja yang dikenakan oleh para rohaniawan, yang lainnya berarti baju besi. Lihat Nugroho, Irawan Djoko (2011). hal. 386.</ref> Baju pelindung ini berbentuk seperti tabung panjang dan terbuat dari tembaga yang dicetak. Walaupun begitu, prajurit yang lebih miskin pergi berperang dengan telanjang dada.<ref>{{Cite book|title=Notes on the Malay Archipelago and Malacca, Compiled from Chinese Sources|last=Groeneveldt|first=W.P.|publisher=Transactions of the Batavian Society of Arts and Science|year=1877|isbn=|location=Batavia|pages=}}</ref> Jenis [[baju zirah]] lain yang digunakan di Jawa era Majapahit adalah ''[[Baju rantai|waju rante]]'' ([[zirah rantai]]) dan ''karambalangan'' (lapisan logam yang dikenakan di depan dada).<ref name=":12" />{{Rp|202}}<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.nusantarareview.com/baju-baja-emas-gajah-mada.html|title=Baju Baja Emas Gajah Mada|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|date=6 August 2018|website=Nusantara Review|archive-url=|archive-date=|dead-url=|access-date=14 August 2019}}</ref><ref name=":4">Berg, Kindung Sundāyana (Kidung Sunda C), Soerakarta, Drukkerij “De Bliksem”, 1928.</ref> Dalam [[Kidung Sunda]] pupuh 2 bait 85 dijelaskan bahwa mantri-mantri (menteri atau perwira) Gajah Mada mengenakan baju besi dalam bentuk zirah rantai atau [[plastron]] dengan hiasan emas dan mengenakan pakaian kuning,<ref name=":5" />{{Rp|103}} sedangkan dalam Kidung Sundayana pupuh 1 bait 95 disebutkan bahwa Gajah Mada mengenakan ''karambalangan'' berhias timbul dari emas, bersenjata tombak berlapis emas, dan perisai penuh dengan hiasan dari intan berlian.<ref name=":4" /><ref name=":1" />
 
Majapahit juga mengawali penggunaan senjata api di Nusantara. Meskipun pengetahuan membuat senjata berbasis serbuk mesiu di Nusantara sudah dikenal setelah serangan Mongol ke Jawa, dan pendahulu senjata api, yaitu [[Meriam tangan|meriam galah]] ([[bedil tombak]]), dicatat digunakan oleh Jawa pada tahun 1413,<ref>Mayers (1876). "[https://hkjo.lib.hku.hk/archive/files/cada1c05f0deef101b0493372b268cfa.pdf Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century]". ''The China Review''. '''IV''': p. 178.</ref><ref name=":72">{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=1976|title=L'Artillerie legere nousantarienne: A propos de six canons conserves dans des collections portugaises|url=|journal=Arts Asiatiques|volume=32|pages=233-268|via=}}</ref>{{Rp|245}} pengetahuan membuat senjata api sejati datang jauh kemudian, setelah pertengahan abad ke-15. Ia dibawa oleh negara-negara Islam di Asia Barat, kemungkinan besar oleh orang [[Bangsa Arab|Arab]]. Tahun pengenalan yang tepat tidak diketahui, tetapi dapat dengan aman disimpulkan tidak lebih awal dari tahun 1460.<ref name=":2">{{Cite book|title=A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries|last=Crawfurd|first=John|publisher=Bradbury and Evans|year=1856|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{Refpage|23}} Suatu catatan tentang penggunaan senjata api pada pertempuran melawan pasukan Giri pada sekitar tahun 1500-1506 berbunyi:<ref>{{Cite book|title=Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa|last=de Graaf|first=Hermanus Johannes|publisher=Temprint|year=1985|isbn=|location=Jakarta|pages=180}}</ref> {{quote box
| width = 50%
| align = left
Baris 275:
}}Tidak diketahui secara pasti jenis senjata api apa yang digunakan dalam pertempuran ini. Kata "''bedhil''" dapat merujuk ke beberapa jenis senjata bubuk mesiu yang berbeda. Itu mungkin merujuk pada [[Arquebus Jawa|''arquebus'' Jawa]] (Zua Wa Chong - 爪哇銃) yang dilaporkan oleh orang China. ''Arquebus'' ini memiliki kemiripan dengan ''arquebus'' Vietnam pada abad ke-17. Senjata ini sangat panjang, dapat mencapai 2,2 m panjangnya, dan memiliki dudukan bipod yang dapat ditekuk.<ref>{{Cite book|title=South Vietnamese Notes|last=Tiaoyuan|first=Li|publisher=Guangju Book Office|year=1969|isbn=|location=|pages=}}</ref>
 
Catatan [[Tome Pires]] tahun 1515 menyebutkan pasukan tentara Gusti Pati, wakil raja Batara Brawijaya, berjumlah 200.000 orang, 2.000 diantaranya adalah prajurit berkuda dan 4.000 adalah [[musketir]].<ref name=":3">{{Cite book|last=Pires|first=Tome|date=|year=1944|url=https://archive.org/details/McGillLibrary-136385-182|title=The Suma oriental of Tomé Pires : an account of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515 ; and, the book of Francisco Rodrigues, rutter of a voyage in the Red Sea, nautical rules, almanack and maps, written and drawn in the East before 1515|location=|publisher=The Hakluyt Society|isbn=9784000085052|pages=|url-status=live}}</ref>{{Rp|176}} Duarte Barbosa sekitar tahun 1510 mengatakan bahwa penduduk Jawa sangat ahli dalam membuat artileri dan merupakan penembak artileri yang baik. Mereka membuat banyak meriam 1 pon (cetbang atau [[rentaka]]), [[senapan lontak]] panjang, ''spingarde'' (arquebus), ''schioppi'' (meriam tangan), [[api Yunani]], ''gun'' (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya.<ref name=":0" />{{Rp|198}}<ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=fNZBSqd2cToC&pg=PA224&lpg=PA224&dq=muhammad,+the+king+of+java,+has+8000+cannon&source=bl&ots=VpOdV3xt0G&sig=ACfU3U2GIinrhq2PGIduAOkNmI2a8mOGeA&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjxg-vphKzpAhWWf30KHR8EDa8Q6AEwAHoECAcQAQ#v=onepage&q=java&f=false|title=A History of Greek Fire and Gunpowder|last=Partington|first=J. R.|date=1999|publisher=JHU Press|isbn=978-0-8018-5954-0|language=en}}</ref>{{Rp|224}} Setiap tempat disana dianggap sangat baik dalam mencetak/mengecor artileri, dan juga dalam ilmu penggunaanya.<ref name=":14">{{Cite book|last=Jones|first=John Winter|year=1863|url=https://archive.org/details/travelsofludovic00vartrich/page/254/mode/2up?q=|title=The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508|location=|publisher=Hakluyt Society|isbn=|pages=}}</ref>{{Rp|254}}<ref name=":0">{{Cite book|last=Barbosa|first=Duarte|date=|year=1866|url=https://archive.org/details/descriptionofcoa00barbrich/page/n7/mode/2up|title=A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century|lastlocation=Barbosa|first=Duarte|publisher=The Hakluyt Society|year=1866|isbn=|locationpages=|pagesurl-status=live}}</ref>{{Rp|198}}
 
Kavaleri sejati pertama, unit terorganisir dari penunggang kuda yang kooperatif, mungkin telah muncul di Jawa selama abad ke-12 M.<ref>Wade, G., 2009, “The horse in Southeast Asia prior to 1500 CE: Some vignettes,” in: B. G. Fragner, R. Kauz, R. Ptak and A. Schottenhammer (eds), ''Pferde in Asien: Geschichte, Handel und Kultur/Horses in Asia: History, Trade and Culture''. Vienna, Verlag der Österreichischen Akademie der Wissenschaften: 161-177.</ref> Naskah Jawa kuno ''kakawin Bhomāntaka'' menyebutkan kisah kuda Jawa awal dan sejarah menunggang kuda.<ref>{{Cite book|last=Teeuw, A. and S. O. Robson|first=|title=Bhomāntaka. The Death of Bhoma|publisher=KITLV Press|year=2005|isbn=9789067182539|location=Leiden|pages=}}</ref>{{Rp|436}} Naskah tersebut mungkin mencerminkan konflik (secara alegoris) antara kavaleri Jawa yang baru jadi dan infanteri elit mapan yang membentuk inti dari pasukan Jawa sampai abad ke-12.<ref>{{Cite journal|last=Jakl|first=Jiri|title=The Whale in Old Javanese kakawin: timiṅgila, &#39;elephant fish&#39;, and lĕmbwara revisited|url=https://www.academia.edu/8448722/The_Whale_in_Old_Javanese_kakawin_timi%E1%B9%85gila_elephant_fish_and_l%C4%95mbwara_revisited|language=en}}</ref>{{Rp|113}} Pada abad ke-14 M, Jawa menjadi peternak kuda yang penting dan pulau ini bahkan terdaftar di antara pemasok kuda ke Cina.<ref>{{Cite book|last=Ptak|first=Roderich|title=China’s Seaborne Trade with South and Southeast Asia, 1200-1750|publisher=Ashgate|year=1999|isbn=9780860787761|location=|pages=}}</ref>{{Rp|208}} Selama masa Majapahit, jumlah kuda dan kualitas kuda keturunan Jawa terus berkembang sehingga pada tahun 1515 masehi Tomé Pires memuji kuda-kuda yang sangat dihiasi dari bangsawan Jawa, dilengkapi dengan [[sanggurdi]] bertatahkan emas dan pelana yang dihiasi dengan mewah yang "tidak ditemukan di tempat lain di dunia".<ref name=":3" />{{Rp|174-175}}
 
[[Berkas:A Galley from Madura.PNG|jmpl|Sebuah lancaran dari Madura. Perhatikan adanya panggung tempur atau "balai" di atas geladak utamanya.]]
Untuk angkatan laut, armada Majapahit menggunakan djong/jong secara besar-besaran sebagai kekuatan lautnya. Pada puncaknya Majapahit memiliki 5 armada perang. Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah total jong yang dimiliki Majapahit, tetapi jumlah terbesar yang pernah digunakan dalam satu ekspedisi adalah berjumlah 400 buah, tepatnya saat Majapahit menyerang [[Kesultanan Samudera Pasai|Pasai]].<ref name=":8">''Hikayat Raja-Raja Pasai'', 3: 98: Sa-telah itu, mak disuroh baginda musta'idkan segala kelengkapan dan segala alat senjata peperangan akan mendatangi negeri Pasai itu, sa-kira-kira empat ratus jong yang besar-besar dan lain daripada itu banyak lagi daripada malangbang dan kelulus.</ref> Setiap kapal berukuran panjang sekitar 70-180 meter, berat sekitar 500-800 ton dan dapat membawa 200-1000 orang. Kapal ini dipersenjatai meriam sepanjang 3 meter, dan banyak [[cetbang]] berukuran kecil.<ref name=":12">{{Cite book|title=Majapahit Peradaban Maritim|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|publisher=Suluh Nuswantara Bakti|year=2011|isbn=9786029346008|location=|pages=}}</ref> Sebuah jong dari tahun 1420 memiliki daya muat 2000 ton dan hampir saja menyeberangi samudera Atlantik.<ref>Text from Fra Mauro map, 10-A13, bahasa Italia asli: "Circa hi ani del Signor 1420 una naue ouer çoncho de india discorse per una trauersa per el mar de india a la uia de le isole de hi homeni e de le done de fuora dal cauo de diab e tra le isole uerde e le oscuritade a la uia de ponente e de garbin per 40 çornade, non trouando mai altro che aiere e aqua, e per suo arbitrio iscorse 2000 mia e declinata la fortuna i fece suo retorno in çorni 70 fina al sopradito cauo de diab. E acostandose la naue a le riue per suo bisogno, i marinari uedeno uno ouo de uno oselo nominato chrocho, el qual ouo era de la grandeça de una bota d'anfora." [http://geoweb.venezia.sbn.it/geoweb/Hsl/FraMauro/FMnumerico.html]{{dead link|date=December 2017|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}</ref> Sebelum [[tragedi Bubat]] tahun 1357, raja [[Kerajaan Sunda|Sunda]] dan keluarganya datang di Majapahit setelah berlayar di laut Jawa dalam armada dengan 200 kapal besar dan 2000 kapal yang lebih kecil.<ref name=":5">Berg, C. C., 1927, ''Kidung Sunda''. Inleiding, tekst, vertaling en aanteekeningen, ''BKI'' LXXXIII : 1-161.</ref>{{Rp|16-17, 76-77}} Kapal yang dinaiki keluarga kerajaan adalah sebuah jong hibrida Cina-Asia tenggara bertingkat sembilan (Bahasa Jawa kuno: ''Jong sasanga wagunan'' ''ring Tatarnagari tiniru''). Kapal hibrida ini mencampurkan teknik China dalam pembuatannya, yaitu menggunakan paku besi selain menggunakan pasak kayu dan juga pembuatan sekat kedap air (''watertight bulkhead''), dan penambahan kemudi sentral.<ref name=":32">{{CiteLombard, book|titleDenys (2005)''. [https://archive.org/details/NJ2JA/mode/2up?q= Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian 2: Jaringan Asia]''. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. An Indonesian translation of Lombard, Denys (1990). ''Le carrefour javanais. Essai d'histoire globale (The Javanese Crossroads: Towards a Global History) vol. 2|last=Lombard|first=Denys|publisher=''. Paris: Éditions de l'École des Hautes Études en Sciences Sociales|year=1990|isbn=|location=Paris|pages=}}.</ref>{{rp|270}}<ref name=":6">{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=September 1980|title=The Southeast Asian Ship: An Historical Approach|url=|journal=Journal of Southeast Asian Studies|volume=11|issue=2|pages=266–276|doi=10.1017/S002246340000446X|jstor=20070359|via=}}</ref>{{rp|272-276}} Jenis kapal lain yang digunakan Majapahit adalah [[malangbang]], [[kelulus]], [[lancaran (kapal)|lancaran]], [[penjajap]], [[jongkong]], cecuruh, [[tongkang]], dan [[pelang]].<ref name=":8" /><ref>''Sejarah Melayu'', 5.4: 47: Maka betara Majapahit pun menitahkan hulubalangnya berlengkap perahu akan menyerang Singapura itu, seratus buah jung; lain dari itu beberapa melangbing dan kelulus, jongkong, cecuruh, tongkang, tiada terhisabkan lagi banyaknya.</ref><ref>[[Sejarah Melayu]], 10.4: 77: ... maka baginda pun segera menyuruh berlengkap tiga ratus buah jung, lain dari pada itu kelulus, pelang, jongkong, tiada terbilang lagi.</ref> Penggambaran angkatan laut Majapahit di masa modern sering kali menggambarkan kapal-kapal bercadik, namun pada kenyataannya kapal ini berasal dari abad ke-8 yaitu kapal Borobudur, yang digunakan [[Wangsa Sailendra|dinasti Sailendra]]. Penelitian oleh Nugroho menyimpulkan bahwa kapal yang digunakan oleh Majapahit tidak menggunakan cadik, dan menggunakan ukiran [[Borobudur]] sebagai dasar rekonstruksi kapal Majapahit adalah salah.<ref>{{Cite web|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|date=30 Juli 2018|title=Replika Kapal Majapahit, Replika Untuk Menghancurkan Sejarah Bangsa|url=https://www.nusantarareview.com/replika-kapal-majapahit-replika-untuk-menghancurkan-sejarah-bangsa.html|website=Nusantara Review|archive-url=|archive-date=|access-date=14 Agustus 2020|url-status=live}}</ref><ref name=":12" />{{Rp|266-267}}
 
== Penjelajahan dan navigasi ==
Baris 614:
* [[Civilization V: Brave New World]] yang terbit pada Juli 2013, terdapat peradaban '''Indonesia''' dengan tokoh pemimpinnya [[Gajah Mada]]. Meskipun dinamakan peradaban 'Indonesia', namun perdaban ini menggunakan [[Surya Majapahit]] sebagai simbolnya. Peradaban ini memiliki bangunan unik yaitu '''Candi''', yang memiliki ikon bergambar [[Candi bentar]] di [[Trowulan, Mojokerto]].
* Kemudian pada [[Civilization VI]] sebuah DLC memiliki salah satu pemimpin Majapahit, Dyah Gitarja sebagai pemimpin peradaban Indonesia dengan simbolnya berupa Surya Majapahit yang lebih sederhana. Unit unik untuk peradaban ini adalah ''jong'', yang menggantikan ''frigate''.
* [[Age of Empires II: The Age of Kings]] ekspansi keempat '''Rise of Rajas''' yang terbit pada Desember 2016, menampilkan misi sebagai [[Gajah Mada]], dari awal pendirian Majapahit mengusir tentara [[Mongolia]] dan Kediri ([[Kerajaan Singhasari]]), menaklukkan kerajaan-kerajaan lain di kepulauan [[Nusantara]] setelah [[Sumpah Palapa]] hingga peristiwa [[Perang Bubat]] yang mengakhiri karier Gajah Mada sebagai Mahapatih kerajaan Majapahit. Bangunan [[Candi bentar]], [[Gapura Bajang Ratu]] serta [[Candi Kalasan]] ditampilkan secara visual pada misi Gajah Mada. Gajah Mada juga muncul di Age of Empires II Definitive Edition yang dirilis pada November 2019.
* [[Bendera Majapahit]], Getih-Getah Samudra atau Gula Kelapa, ada dalam Age of Empires III Definitive Edition (rilis Oktober 2020) sebagai bendera untuk Indonesia, sebuah negara revolusioner yang hadir bagi peradaban Belanda. Sebuah unit bernama ''Cetbang Cannon'' tersedia untuk Indonesia.
 
== Lihat pula ==