Sejarah Maluku: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Sapnor (bicara | kontrib)
Perbaikan isi.
Sapnor (bicara | kontrib)
k Perbaikan isi.
Baris 10:
Menurut penyelidikan geologis, [[Kepulauan Maluku]] terbentuk antara 150 juta hingga satu juta tahun yang lalu dengan [[Pulau Seram|Seram]] sebagai pulau tertua.{{Sfn|Suwondo|1977|p=|pp=5–6}} Terdapat berbagai cerita rakyat di Maluku tentang dari mana penduduk Maluku berasal. Menurut masyarakat Maluku Tengah, terdapat Gunung Nunusaku yang menjadi tempat dari danau keramat yang menurunkan [[Sungai Eti]], [[Sungai Tala]], dan [[Sungai Sapalewa]] di [[Kabupaten Seram Bagian Barat|Seram Bagian Barat]].{{Sfn|Suwondo|1977|p=|pp=6–7}} Di danau tersebut, terdapat sebuah [[Beringin|pohon beringin]] yang menjadi asal manusia-manusia asli Seram, [[Suku Alifuru|Alifuru]] atau manusia awal, yang nantinya menyebar ke pulau-pulau sekitarnya. Kini, Alifuru menurukan [[suku Alune]] dan [[Suku Wemale|Wemale]] yang mendiami pedalaman. Di [[Kepulauan Kei]], masyarakat mempercayai keberadaan manusia asli yang berdiam di [[gua]] dan pohon kayu. Mereka lenyap menjadi [[Makhluk gaib|makhluk halus]] setelah manusia pendatang mendesaknya.{{Sfn|Suwondo|1977|p=7}}
 
Hingga kini, masyarakat [[PulauKepulauan Ambon|Ambon]]-[[Kepulauan Lease|Lease]] menganggap bahwa moyangnya berasal dari Nunusaku di Seram, sementara masyarakat Kei menunjuk Seram dan [[Pulau Papua|Papua]]. Selain Seram dan Papua, penguasa-penguasa desa atau [[Negeri (Maluku)|negeri]] seperti [[Raja (Maluku)|raja]] pun banyak yang menambahkan [[Jawa]] dan [[Pulau Bali|Bali]] sebagai asal mereka.{{Sfn|Suwondo|1977|p=8}} Meskipun demikian, sumber penelitian mencatat bahwa [[Orang Maluku|penduduk asli Maluku sekarang]] berasal dari berbagai bangsa asing yang mendatangi Maluku untuk menetap atau sekadar singgah. Suku-suku bangsa yang memasuki sebagian besar [[Kepulauan Melayu]] juga menyinggahi Maluku. Mereka adalah bangsa Austromelanesia, terdiri dari [[Orang Negrito|Negrito]] dan [[Suku Wedda|Wedda]] yang mendiami pedalaman, dilanjutkan oleh [[Melayu Proto|Proto-Melayu]], [[Melayu Deutero|Deutero-Melayu]], dan terakhir [[Ras Mongoloid|Mongoloid]]. Banyak dari mereka menyinggahi pulau-pulau besar seperti Seram, membentuk Alifuru. Dari pulau-pulau besar tersebut, mereka menyebar ke pulau-pulau sekitarnya.{{Sfn|Suwondo|1977|p=7}}
 
=== Kebudayaan ===
Baris 39:
== Perusahaan Hindia Timur Belanda ==
=== Awal kedatangan dan persaingan ===
{{Seealso|Ekspedisi Kedua Belanda ke Nusantara}}[[Berkas:Gezicht op Ambon Rijksmuseum SK-A-4482.jpeg|al=|kiri|jmpl|250x250px|Peta [[PulauKepulauan Ambon|Ambon]]-[[Kepulauan Lease|Lease]] dengan [[Daftar Gubernur Ambon|Gubernur Ambon]] pertama, [[Frederick de Houtman]]. Kala itu, Ambon masih menjadi pusat VOC.]]
Di bawah pimpinan [[Wybrand van Warwijck]], lima kapal Belanda pertama kali mendatangi Maluku pada 1599, mengunjungi Ambon{{Efn|name=Kegistamb}} dan Banda.{{Sfn|Brown|2004|p=179}}{{Sfn|Widjojo|2009|p=16}} Inggris di bawah [[James Lancaster]] tiba lagi di Maluku, kemudian membangun loji dan menetap di Banda, terutama di [[Pulau Rhun, Banda, Maluku Tengah|Rhun]] pada 1601.{{Sfn|Widjojo|2009|p=11}} Pada Maret 1602, seluruh perusahaan dagang Belanda bersatu menjadi [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC).{{Efn|Dalam peranan selanjutnya, VOC akan bertindak seperti negara. VOC diizinkan mendirikan benteng, mengangkat gubernur, memiliki tentara, dan membuat perjanjian dengan penguasa asing di Asia atas nama [[Republik Belanda]].{{sfn|1=Widjojo|2=2009|p=14}} VOC memiliki semacam kedaulatannya sendiri. Dengannya, VOC dapat mengadministrasi wilayah taklukannya sesuka hatinya.{{sfn|1=Widjojo|2=2009|p=19}}}}{{Sfn|Widjojo|2009|p=13}} Dengan dukungan [[Elizabeth I dari Inggris|Ratu Elizabeth I]], Inggris melalui [[Perusahaan Hindia Timur Britania|Perusahaan Hindia Timur Inggris]] tiba kembali di Maluku pada 1604, mengunjungi Ambon dan Banda, namun mendapatkan perlawanan VOC; memicu persaingan Inggris-Belanda.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=|pp=54–55}} Portugis menyerah tanpa perlawanan kepada Belanda yang memiliki kedudukan terlalu kuat pascaperebutan [[Benteng Victoria|Benteng Nossa Senhora da Anunciada]] di Ambon pada 1605. Setelah itu, Portugis mengangkat kaki dari Ambon.{{Sfn|Widjojo|2009|p=11, 19}} Ambon menjadi pusat VOC di Nusantara yang pertama dan menjadi tempat kedudukan tiga gubernur jenderal pertama sebelum pindah ke [[Batavia]] pada 1619.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=54, 58}}
 
Baris 47:
 
=== Kedigdayaan ===
Di [[PulauKepulauan Ambon|Ambon]]-[[Kepulauan Lease|Lease]], penghasil [[cengkih]] menuntut penjualan dengan harga yang lebih tinggi. Karenanya, seperti di Banda, penghasil setempat juga mencoba menjual rempah kepada pihak ketiga. Untuk mencegahnya, VOC menggunakan kekerasan yang akhirnya timbul menjadi serangkaian perang di [[Pulau Ambon]] dan [[Pulau Seram|Seram]], dikenal sebagai [[Perang Ambon]] yang terjadi antara 1624 hingga 1658. Salah satu dari Perang Ambon adalah [[Perang Ambon Ketiga]] yang terjadi pada 1636–1637 ketika warga Kristen Ambon memberontak karena terkena akibat [[Pelayaran Hongi|pelayaran hongi]] dan mendapatkan perlakuan buruk dari VOC.{{Sfn|Widjojo|2009|p=20}}{{Sfn|Bartels|2017b|p=608}} Pada masa Perang Ambon ini, banyak tawanan perang yang dijadikan budak.{{Sfn|Widjojo|2009|p=20}}
 
Pada 1650, [[Daftar Gubernur Ambon|Gubernur Ambon]] Arnold de Vlaming mengusulkan pembatasan penanaman cengkih agar hanya ditanam di [[Huamual, Seram Bagian Barat|Huamual]], Seram untuk menekan jumlah produksi cengkih.{{Sfn|Widjojo|2009|p=20}} Penolakan rakyat terhadap usulan tersebut serta [[Ekstirpasi|hak ekstirpasi]]{{Efn|Di bawah hak ekstirpasi, ganti rugi pemusnahan tanaman rakyat Huamual dibayar langsung kepada Sultan Ternate.{{sfn|1=Widjojo|2=2009|p=21}}}} timbul menjadi [[Perang Huamual]] antara Huamual dan VOC-Ternate yang terjadi hingga 1656 dan menyebar ke [[Pulau Buru|Buru]] hingga 1658.{{Sfn|Widjojo|2009|p=|pp=20–21}} Sejak berakhirnya perang ini, penanaman cengkih dibatasi hanya di Ambon, [[Pulau Haruku, Maluku Tengah|Haruku]], [[Pulau Saparua|Saparua]], dan [[Nusalaut, Maluku Tengah|Nusalaut]] ([[Kepulauan Ambon|Ambon-Lease]]), sementara [[pala]] hanya boleh ditanam di Banda.{{Sfn|Widjojo|2009|p=21}}{{Sfn|Ricklefs|2008|p=127}} Hal ini mewujudkan monopoli perdagangan rempah VOC, meski melibatkan perdamaian bersenjata.{{Sfn|Widjojo|2009|p=21}} VOC benar-benar menjadi kekuatan Eropa paling utama di Maluku setelah Tidore dengan bantuan VOC memaksa [[Imperium Spanyol|Spanyol]] sepenuhnya meninggalkan Maluku pada 1663, didukung juga oleh ancaman [[Dinasti Ming|Ming]] terhadap [[Sejarah Filipina (1521–1898)|Manila]].{{Sfn|Ricklefs|2008|p=128}} Salah satu siasat VOC untuk memperkuat kekuasaannya adalah dengan membayar ganti rugi pemusnahan tanaman dalam penerapan hak ekstirpasi secara langsung kepada penguasa setempat. Hal ini menjadi salah satu pemicu Perang Huamual sebelumnya dan secara tidak langsung memperkuat kedudukan para penguasa tersebut.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=128}}{{Sfn|Widjojo|2009|p=|pp=20–21}} Meskipun demikian, ekstirpasi tidak selalu dilakukan oleh pegawai VOC karena dianggap sangat berbahaya. Karenanya, banyak pulau yang sering dilewati dan penyelundupan pun tetap berlanjut dalam jumlah kecil. Rakyat setempat pun tetap dapat mengelabui VOC dengan menanam rempah di pulau-pulau yang tidak diketahui VOC.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=129}}
 
Pada abad ke-18, kekuasaan VOC dicirikan oleh campur tangan dalam urusan politik kerajaan-kerajaan Maluku.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=129}} Meskipun demikian, dukungan VOC dalam bentuk dukungan militer dan keuangan yang diberikan secara khusus kepada para raja secara tidak langsung memperkuat kedudukan dan pengaruh raja dalam kerajaannya sendiri.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=128}} Campur tangan VOC dilatarbelakangi oleh pecah kongsi antara VOC dan Ternate pada 1680 yang disebabkan oleh dukungan VOC terhadap [[Kristenisasi|pengkristenan]] yang dianggap menyakitkan hati bagi orang-orang Ternate. Hal ini memicu persekutuan erat antara VOC dan Tidore yang berhasil membonekakan [[Sibori Amsterdam|Sultan Amsterdam]] kala itu. VOC juga membantu Tidore dalam meredam pemberontakan.{{Sfn|Ricklefs|2008|p=129}} VOC pun tercatat menurunkan Sultan Tidore pada 1779, memicu pemberontakan oleh [[Nuku Muhammad Amiruddin|Pangeran Nuku]] yang berpusat di [[Waru, Teluk Waru, Seram Bagian Timur|Waru]], Seram.{{Sfn|Widjojo|2009|p=3}} Monopoli rempah VOC mengalami kemunduran pada akhir abad ke-18. Rempah tidak lagi menjadi barang dagangan yang terpenting, digantikan oleh [[kopi]] dan [[teh]].{{Sfn|Ricklefs|2008|p=136}} Berbagai usaha penyelundupan juga berhasil dilakukan hingga Prancis berhasil memiliki perkebunan cengkihnya sendiri di [[Réunion]], [[Mauritius]], [[Cayenne]], dan [[Kepulauan Karibia|Karibia]].{{Sfn|Bartels|2017b|p=620}}