Psikologi pendidikan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 22:
== Tokoh Psikologi Pendidikan ==
# William James
# John Dewey, menjelaskan bahwa pendidikan berarti perkembangan, perkembangan yang dimaksud adalah sejak lahir hingga menjelang kematian. Pendidikan itu juga berarti sebagai bentuk kehidupan manusia. Bagi Dewey, proses pendidikan itu tidak mempunyai tujuan diluar dirinya, tetapi terdapat dalam pendidikan itu sendiri. Proses pendidikan juga bersifat kontinu, reorganisasi, rekonstruksi, dan pengubahan pengalaman hidup manusia. Pendidikan juga dapat dianggap sebagai organisasi pengalaman hidup, pembentukan kembali pengalaman hidup, dan juga perubahan pengalaman hidup sendiri.{{Sfn|Saleh|2012|p=2-3}} Teori John Dewey tentang pendidikan tidak dapat lepas dari minatnya terhadap bidang filsafat. Filsafat menurut Dewey merupakan sebuah aliran untuk memecahkan masalah kehidupan, sedangkan pendidikan berisi metode pelatihan manusia untuk menyelesaikan masalah kehidupan. Filsafat dan pendidikan tidak dapat dipisahkan serta merupakan dasar dari teori-teori pendidikan yang ada sekarang.{{Sfn|Wasitohadi|2014|p=53}} Teori yang dibuat oleh Dewey untuk dunia pendidikan sering disebut dengan progresivisme. Menurut John Dewey progresivisme merupakan sebuah aliran filsafat yang berorientasi ke masa yang akan datang yang memposisikan manusia (peserta didik) sebagai salah satu subjek pendidikan yang memiliki bekal dan potensi dalam pengembangan dirinya dan memiliki kemampuan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi selama hidupnya. John Dewey juga memandang bahwa sekolah sebagai lingkungan masyarakat yang kecil, dimana hal itu menjadi cerminan daripada sekolah tersebut. Sekolah dianggap menjadi salah satu bentuk kehati-hatian dalam pengelolaan terhadap masyarakat.{{Sfn|Wulandari|2020|p=74}}
# Edward Lee Thorndike
# Carl Ransom Rogers
# WIlhelm Wundt, sejarah psikologi sebagai ilmu pengetahuan berasal dari penelitian Wundt. Keunikan psikologi yang pertama adalah dimulai dari sejarah diakuinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang diawali eksperimen Wundt tentang ingatan di tahun 1885. Psikologi bukan lagi ilmu yang berada di awang-awang namun dapat terukur secara empiris.{{Sfn|Koentjoro|2002|p=8}} Menurut Wilhelm Wundt psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kesadaran manusia. Wundt percaya bahwa gejala-gejala dari jiwa tersusun atas beberapa elemen. Dalam menganalisa elemen-elemen kejiwaan para ahli psikolog mempelajari melalaui proses elementer dari kesadaran manusia. Dari sinilah data diketahui bahwa objek utama dalam psikologi menurut Wilhelm Wundt adalah kesadaran itu sendiri.{{Sfn|Tridinanti|2016|p=2}} Wilhelm Wundt juga mengemukakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip psikologis. Penggabungan antara dua ilmu psikologi dan linguistik sering disebut dengan psikolinguistik. Psikolinguistik sering dianggap sebagai suatu disiplin ilmu yang bertujuan mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya serta dapat dipergunakan secara universal.{{Sfn|Busro|2016|p=209-210}}
# Emil Kraepelin, seorang psikiater Jerman yang dikenal sebagai perancang alat tes kepribadian di Eropa. Pada tahun 1894, Kraepelin melakukan berbagai cara untuk mengukur pengaruh kelelahan, lapar, dan obat-obatan seperti menggunakan asosiasi bebas. Pada tahun 1895, Kraepelin membuat seri tes untuk mengukur faktor-faktor dasar dari karakter individu. Tes ini menggunakan perhitungan aritmatika sederhana dan dirancang untuk mengukur pengaruh latihan, daya ingat, kepekaan terhadap gangguan kelelahan dan pengalihan perhatian.{{Sfn|Sukadji|1993|p=25}} Emil Kraepelin membuat 4 macam alat tes yang digunakan dalam dunia pendidikan, yaitu: koordinasi motorik, asosiasi kata-kata, fungsi persepsi, dan ingatan.{{Sfn|Daulay|2016|p=412-413}} Tes yang dibuat oleh Kraepelin mengalami banyak modifikasi dan tinjauan ulang dari tekanan skoring dan interpretasinya. Tes ini digunakan untuk mengungkap faktor bakat yang dimiliki individu seperti kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan kerja pada saat mengalami tekanan.{{Sfn|Setiyowati|2018|p=1}}
# Alfred Binet, seorang ahli psikologi dari Perancis yang mengembangkan tes inteligensi modern pertama pada tahun 1881. Pada saat itu, pemerintah Perancis mengeluarkan aturan yang mewajibkan semua anak untuk mendaftar masuk sekolah. Pemerintah meminta Binet untuk membuat tes guna mendeteksi anak-anak yang terlambat dari segi kognitif dan intelektualnya.{{Sfn|Purwanto|2010|p=483}} Pada awalnya, Alfred Binet melakukan pengukuran inteligensi dengan mengukur lingkaran tempurung kepala anak-anak (metode kraniometri). Namun, metode ini pada akhirnya ditinggalkan oleh Binet dan pada tahun 1905 Binet dan Theodore Simon mencetuskan skala inteligensi yang pertama yang dikenal dengan nama skala Binet-Simon. Kemudian pada tahun 1916 dilakukan revisi pada skala tersebut yang disebut dengan revisi Stanford. Setelah direvisi skala tersebut berubah menjadi skala Stanford-Binet dan menjadi skala standar dalam psikologi klinis, psikiatri, dan konseling pendidikan.{{Sfn|Rohmah|2011|p=130}} Untuk mengetahui dan mengukur kecerdasan siswa, sekolah biasanya menggunakan teori dan skala dari Alferd Binet yang biasa kita kenal dengan ''Intellegency Quotient'' (IQ). Pengelompokan tingkat inteligensi (IQ) adalah sangat superior (> 130), superior (120-129), di atas rata-rata (110-119), rata-rata (90-109), di bawah rata-rata (80-89), batas lemah mental/pikiran (70-79), debil (50-69), imbecil (26-49), dan idiot (=25). Tingkat kecerdasan siswa dinilai berdasarkan skor yang diperoleh dari jawaban yang diberikan atas soal-soal seputar nalar dan logika untuk mengetes kemampuan logikanya.{{Sfn|Veriansyah, Sarwono dan Rindarjono|2018|p=43}}
# Henry Alexander Murray
== Lihat pula ==
|