Kongres III Partai Demokrasi Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26:
 
== Latar belakang ==
Prakarsa untuk menyelenggarakan kongres PDI dimunculkan oleh Menteri Dalam Negeri, [[Soepardjo Rustam]], pada pidatonya saat ulang tahun ke-12 PDI tanggal 11 Januari 1985 di Gedung Wanita. Dia berpendapat bahwa fusi partai politik 1973 dan penerapan asas tunggal Pancasila pada tahun 1983 mengakibatkan konflik di dalam partai politik, sehingga menunjukkan adanya perbedaan ekstrim di dalam orientasi politik parpol. Meskipun faksi-faksi dalam PDI dihapuskan secara resmi oleh persetujuan DPP partai sehari sebelumnya, ketuaKetua PDI, saat itu [[Sunawar Sukowati]] menghendaki adanya suatu pertemuan secara nasional untuk menghapuskan faksi-faksi dalam PDI hingga ke akar rumput.<ref>{{cite news|title=Mendagri dalam HUT XII PDI: Perilaku Politik Masih Sering Menggambarkan Perbedaan Ekstrem|work=Kompas|location=[[Cirebon]]|date=11 January 1985}}</ref>
 
Keinginan untuk menyelenggarakan kongres secara terbuka disampaikan oleh Hardjantho Sumodisastro selaku ketua DPP PDI. Menurutnya, kongres perlu dilaksanakan untuk memperbaharui susunan DPP partai.<ref>{{cite news|title=Ketua DPP PDI: Pergantian Pengurus Lewat Kongres|work=Sinar Harapan|location=[[Jakarta]]|date=19 September 1985}}</ref> PrakarsasPrakarsa untuk menyelenggarakan kongres tersebut didukung oleh mayoritas DPP partai, yang ingin menyelesaikan permasalahan-permasalahan internal partai melalui kongres tersebut, dan menyatakan bahwa siapapun yang menolak penyelenggaraan kongres melanggar AD/ART partai.<ref>{{cite news|title=Yang Menolak Kongres PDI Melanggar AD/ART|work=Berita Buana|location=[[Jakarta]]|date=5 October 1985}}</ref> Meskipun begitu, beberapa cabang partai, seperti cabang Jakarta,<ref>{{cite news|title=Wakil Ketua DPD PDI DKI: Pikiran untuk Menyelenggarakan Kongres PDI Menggelikan|work=Berita Buana|location=[[Jakarta]]|date=23 September 1985}}</ref> menolak penyelenggaraan kongres karena permasalahan keanggotaan partai.<ref>{{cite news|title=DPD PDI Jakarta Anggap Belum Mungkin Kongres dan Munas|work=Pelita|location=[[Jakarta]]|date=12 November 1985}}</ref>
 
Perselisihan untuk menyelenggarakan suatu pertemuan secara nasional berakhir pada bulan November dan Desember 1985. Diskusi berpindah pada penyelenggaraan kongres atau musyawarah nasional (munas). Sejak akhir Oktober, dewan pimpinan daerah (DPD) Jawa Timur dari partai telah mendesak partai untuk menyelenggarakan kongres.<ref>{{cite news|title=DPD PDI Jatim Desak DPP Adakan Kongres|work=Merdeka|location=[[Jakarta]]|date=24 October 1985}}</ref> Sebaliknya, DPD Lampung mendesak partai untuk menyelenggarakan munas terlebih dahulu, dan kongres dilaksanakan setelah Pemilu 1987.<ref>{{cite news|title=Kongres PDI Sebaiknya Setelah Pemilu|work=Merdeka|location=[[Jakarta]]|date=12 October 1985}}</ref>
 
Untuk membahas masalah ini, DPP PDI menyelenggarakan rapat pada tanggal 1 November 1985. Rapat tersebut dihadiri oleh 14 dari 15 pengurus PDI, dan tidak dihadiri oleh WignyosumarsonoWignyo Sumarsono, ketua PDI. Pada rapat ini, sembilan pengurus partai, termasuk WignyosumarsonoWignyo Sumarsono, setuju untuk menyelenggarakan kongres, sementara enam pengurus partai setuju untuk menyelenggarakan munas. Meskipun mayoritas pengurus menghendaki kongres, rapat ditutup tanpa adanya persetujuan.<ref>{{cite news|title=Tentang Munas Dan Kongres: DPP-PDI Belum Sepakat Ambil Putusan|work=Merdeka|location=[[Jakarta]]|date=1 November 1985}}</ref>
 
Masalah tersebut akhirnya memecah PDI menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pendukung kongres, dan kelompok pendukung munas.<ref name=a1>{{cite news|title=Kelompok Kongres dan Kelompok Munas PDI|work=Kompas|location=[[Jakarta]]|date=2 December 1985}}</ref> Kelompok pendukung kongres menyatakan keinginan mereka untuk menyelenggarakan kongres pada 12 November. Pernyataan ini ditandatangani oleh delapan pengurus, kecuali Muhidin Nasution yang sedang sakit.<ref>{{cite news|title=8 Pimpinan PDI Keluarkan Pernyataan|work=Merdeka|location=[[Jakarta]]|date=12 November 1985}}</ref> Kelompok tersebut mengkritik ketua dan sekjen partai yang mendukung munas karena tidak berpegang teguh pada konstitusi partai.<ref>{{cite news|title=Ricuh Soal Kongres Atau Munas: Ketua dan Sekjen PDI Tak Berpegang Kepada Konstitusi Partai|work=Berita Buana|location=[[Jakarta]]|date=27 November 1985}}</ref> Kelompok kongres menyelenggarakan rapat pada 30 November 1985, dan membentuk komite untuk penyelenggaraan kongres. Sementara itu, kelompok munas menyelenggarakan rapat pada tanggal 4 Desember 1985, yang berakhir secara ironis karena kelompok tersebut setuju untuk menyelenggarakan kongres, sehingga mengakhiri perpecahan dalam partai.<ref name=a2>{{cite news|title=Sabam dan Sunawar Setuju Kongres PDI Tetapi Minta Anggaran Dasar Dihormati|work=Sinar Harapan|location=[[Jakarta]]|date=4 December 1985}}</ref>
Baris 40:
== Persiapan ==
=== Permasalahan ===
Salah satu masalah dasar yang akan dibicarakan dalam kongres adalah regenerasi dalam DPP. Tokoh-tokoh muda dalam partai berpendapat bahwa proses regenerasi harus dilaksanakan dengan batas usia untuk ketua umum partai adalah 55 tahun. Tokoh-tokoh tersebut juga berpendapat bahwa proses regenerasi perlu dilaksanakan dengan pengelompokan kepemimpinan berdasarkan usia: 30-45 tahun, 45-50 tahun, dan 50-55 tahun. Pendapat ini ditentang oleh Mohammad Isnaeni, yang menyatakan bahwa pengelompokan semacam itu dapat mengakibatkan kekacauan dalam partai, dan dapat merusak rencana PDI untuk pemilu 1987.<ref>{{cite news|title=Moh. Isnaeni: Pemaksaan Proses Regenerasi Bisa Timbulkan Anarki Sindikalisme|work=Berita Buana|location=[[Jakarta]]|date=26 March 1986}}</ref> Meskipun begitu, beberapa tokoh muda PDI, seperti Aberson Marle Sihaloho, <ref>{{cite news|title=Menurut Tokoh PDI Aberson: Kepemimpinan PDI Sekarang Bukannya Berkembang Justru Menurun|work=Berita Buana|location=[[Jakarta]]|date=27 March 1986}}</ref>[[Soerjadi (politisi)|Soerjadi]], <ref>{{cite news|title=Suryadi: Berikan Kesempatan yang Muda Pimpin PDI|work=Pelita|location=[[Jakarta]]|date=27 March 1986}}</ref> dan beberapa cabang PDI <ref>{{cite news|title=Tersingkir, Generasi Muda PDI Tak Berakar — Kongres Gugat Persoalan Regenerasi|work=Pelita|location=[[Jakarta]]|date=11 April 1986}}</ref> mendukung proses regenerasi.
 
Masalah lain yang menghantui PDI sejak [[Kongres I Partai Demokrasi Indonesia|kongres pertamanya]] adalah fusi yang belum tuntas. PNI sebagai elemen terbesar sangat mendominasi permasalahan di dalam PDI. Elemen PNI menolak argumen tersebut dan menyatakan bahwa masalah tersebut dikarenakan PNI memiliki basis dukungan yang cukup besar sedangkan partai lain seperti IPKI dan Murba memiliki basis yang lebih kecil.<ref>{{cite news|title=Masih Sulit Menggeser Dominasi PNI Dalam Kepemimpinan PDI|work=Sinar Harapan|location=[[Jakarta]]|date=9 April 1986}}</ref>
Baris 50:
Beberapa hari sebelum kongres dimulai, beberapa nama dicalonkan sebagai ketua umum PDI. Nama-nama berikut disusun berdasarkan popularitas, dari sebuah survei yang dilakukan beberapa hari sebelum kongres.<ref>{{cite news|title=Menjelang Kongres Ke-3 PDI: Gde Djaksa Dan Suryadi Bersaing Ketat|work=Merdeka|location=[[Jakarta]]|date=14 April 1986}}</ref>
* I Gusti Ngurah Gde Jaksa
* [[Soerjadi (politisi)|Soerjadi]]
* Jusuf Merukh
* Hardjantho Sumodisastro
Baris 60:
== Kongres ==
=== Pembukaan ===
Beberapa jam sebelum pembukaan kongres, sejumlah peserta kongres bergerombol didepandi depan Graha Sasono LanggenLangen Budaya dikarenakan kurangnya tempat didalamdi dalam gedung. Peserta yang bergerombol berasal dari Jambi, Riau, Sulawesi Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Barat, dan Lampung. Mereka menyalurkan kekecewaan mereka dengan mengkonfrontasi [[Sabam Sirait]], sekjen PDI, dan Achmad Sukarmadidjaja, ketika keduanya sedang memasuki gedung. Seorang peserta kongres dari Jambi, Muhammad Thayib, mengajak peserta kongres untuk pulang "daripada dipermalukan".<ref name=a4>{{cite news|title=PDI: Berilah Kami Kepercayaan|work=Antara|location=[[Jakarta]]|date=16 April 1986}}</ref>
 
Upacara pembukaan dimulai dengan Indonesia Raya, mengheningkan cipta, dan Mars PDI. Setelah semua lagu dimainkan, Presiden Soeharto menyampaikan pidatonya dihadapan peserta kongres, dan diikuti dengan pemukulan gong oleh Soeharto sebanyak tiga kali, sebagai tanda bahwa kongres telah dibuka. Setelah itu, Suharto menerima plakat PDI dari Wignyo Sumarsono. Setelah penyerahan plakat PDI, Wignyo Sumarsono menyampaikan pidatonya dihadapan peserta kongres.<ref name=a4/>
Baris 71:
=== Kegagalan penutupan ===
[[Berkas:Sabam Sirait, Buku Kenangan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 1999-2004, p155.jpg|jmpl|Sabam Sirait, salah satu pimpinan partai yang "menghilang".]]
Sebelum pelaksanaan kongres, penyelenggara kongres telah berencana untuk menutup kongres pada tanggal 17 April 1986, pukul 19.30, di gedung Sasono LanggenLangen Budoyo. Rencana ini ditunda dikarenakan terjadi kebuntuan dari para petinggi PDI untuk membentuk DPP baru. Kebuntuan tersebut bertambah parah dengan menghilangnya Yusuf Merukh, ketua PDI, Sabam Sirait, sekjen PDI, serta Sumario, ketua DPP PDI Jawa Tengah pada pukul 16.00. Menghilangnya ketiga tokoh tersebut direspon oleh para peserta kongres dengan teriakan dan kecaman. DPP PDI menjelaskan bahwa ketiga tokoh tersebut sedang berkonsultasi dengan Soepardjo Rustam, namun beberapa peserta kongres tidak percaya.<ref name=a5>{{cite news|title=Yang Terjadi, "Tutwuri Hamba Jadi": Mendagri Marah dan Minta Kongres PDI Ditutup Petang Ini Pkl. 18.30|work=Sinar Harapan|location=[[Jakarta]]|date=18 April 1986}}</ref> Akhirnya, pada pukul 18.00, Eddy Sukirman, sebagai ketua Dewan Pertimbangan Partai, menyatakan secara resmi bahwa penutupan kongres dibatalkan.<ref>{{cite news|title=Gagal, Kongres PDI Menyusun DPP Baru Semalam|work=Pelita|location=[[Jakarta]]|date=18 April 1986}}</ref> The cancellation was told to the Vice President of Indonesia earlier on 17.45.<ref name=a5/>
 
Meskipun begitu, sejumlah tamu undangan tidak mengetahui soal pembatalan tersebut. Tamu undangan, seperti Soepardjo, Sudharmono sebagai Ketua Golkar, Moerdiono sebagai Mensesneg, dan perwakilan negara sahabat, sudah tiba di lokasi pada pukul 19.00. Biro Humas Wakil Presiden Indonesia telah menerbitkan isi pidato Wakil Presiden yang seharusnya dibacakan pada acara penutupan. Isi pidato tersebut sudah diterima oleh pihak media dan sudah diterbitkan di koran-koran.<ref>{{cite news|title=Kongres PDI Ricuh Dan Panas Penutupan Oleh Wapres Batal|work=Suara Karya|location=[[Jakarta]]|date=18 April 1986}}</ref>
Baris 81:
 
=== Reaction ===
The disorganized closing of the congress caused outrage in PDI. Steve Nafuni, the chairman of the Irian Jaya branch of PDI, stated that the congress was a setback from the previous congress. A harsher critic was delivered by the PDI delegate from Blora, that stated that "the chaos of the closing can be considered as a crime done by the old CEC of PDI for wasting 150 million spent by the regional government."<ref name=sukar/> [[Ipik AsmasubrataAsmasoebrata]], the chairman of the Jakarta branch of PDI, cursed the congress by saying "The mess occurred due to the bastard CEC of PDI. I am embarassedembarrassed." Ipik and other delegations from East Java, Bali, and Lampung, blame Sabam and Merukh about the failure of the congress.<ref>{{cite news|title=Harapan Warga PDI: Semoga Ini Kejadian Yang Pertama Dan Terakhir|work=Kompas|location=[[Jakarta]]|date=21 April 1986}}</ref>
 
A softer reaction came from outside PDI. [[Sudharmono]] and Soepardjo Rustam stated that "the congress was the best effort by PDI, and all cadres of PDI should bear the results".<ref>{{cite news|title=Komentar Mendagri dan Mensesneg: Maksimal, Kongres PDI Tanpa DPP|work=Pelita|location=[[Jakarta]]|date=21 April 1986}}</ref> Nurhasan Ibnu Hajar from the United Development Party, stated that the congress was a sign that the fusion inside PDI was imperfect, and the party required another generation to complete the fusion.<ref>{{cite news|title=Fusi Dalam PDI Belum Tuntas|work=Merdeka|location=[[Jakarta]]|date=21 April 1986}}</ref> Other figures, such as [[Amirmachmud]], the chairman of the [[People's Representative Council]], claimed that the failure of the congress was due to "a third party intervention by extremists who want to weaken PDI".<ref>{{cite news|title=Ketua DPR/MPR Amirmachmud Menilai: Kegagalan PDI dlm Menyusun Pengurus karena Campur Tangan Pihak Ketiga|work=Berita Buana|location=[[Jakarta]]|date=22 April 1986}}</ref>