Rumpun bahasa Austronesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AMA Ptk (bicara | kontrib)
AMA Ptk (bicara | kontrib)
Baris 26:
Setidaknya sejak [[Edward Sapir|Sapir]] (1968), ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa jumlah dari cabang-cabang di antara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan di antara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.
 
Bukti dari ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar delapan ribu tahun yang lalu.<ref>[[Peter Bellwood]], ''Prehistory of the Indo-Malaysian archipelago'', Honolulu, University of Hawai'i Press, 1997</ref> Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke [[Filipina]], [[Indonesia]], kemudian ke [[Madagaskar]] dekat benua [[Afrika]] dan ke seluruh [[Samudra Pasifik]], mungkin dalam beberapa tahap, ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia.<ref>Diamond, Jared M (2000). [[ttp://faculty.washington.edu/plape/pacificarchwin06/readings/Diamond nature 2000.pdf|Taiwan's gift to the world. (PDF)]]. Nature 403:709-710.</ref> Bukti dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini bermula sekitar enam ribu tahun yang lalu.<ref>Blust, R. (1999). "Subgrouping, circularity and extinction: some issues in Austronesian comparative linguistics" in E. Zeitoun & P.J.K Li (Ed.) 'Selected papers from the Eighth International Conference on Austronesian Linguistics' (pp. 31-94). Taipei: Academia Sinica.</ref> Perpindahan itu, melalui [[Selat Formosa]] hingga ke daerah sub rumpun berbahasa Melayu-Polinesia atau di sekitar [[Filipina]]. Kemudian setelah mencapai daerah Campa hingga Sulawesi, pengguna bahasa Austronesia ini berlayar jauh hingga [[Kepulauan Madagaskar]] menumbuhkan bahasa Melayu-Polinesia barat dan ada yang berlayar dari [[Ternate]] hingga penjuru Pasifik di [[Tonga]], [[Samoa]], dan [[Hawaii]] hinggalah muncul sub rumpun bahasa Melayu-Polinesia timur.{{sfn|Reid|2019|p=55}} Kesamaan antar bahasa dalam rumpun itu mencengangkan orang Cina sebagaimana penuturan [[Gerrit van Wusthoff]], seorang pengelana Belanda abad ke-17, "penduduk asli Campa mirip pribumi Taiwan". [[Diego do Couto]], penulis kronik dari Portugis juga menduga pasti ada hubungan antara orang-orang Madagaskar dengan orang-orang Pulau Jawa. Interaksi maritim antar Kepulauan Sunda juga dipandang begitu intens hingga raut wajah, warna kulit, bahasa, hingga adat istiadat "sama sekali tidak berbeda", menurut [[François Pyrard de Laval]]. Rasa memiliki identitas yang sama ini, adalah hasil pertautan mereka dengan masa keterlibatan mereka dengan perdagangan maritim. Sampai [[Dinasti Song]], kaitan erat antara Asia Tenggara dan Cina juga prakarsa dari Austronesia.{{sfn|Reid|2019|pp=57—58}}
 
Pandangan bahwa bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah pandangan minoritas seperti yang dinyatakan oleh Fox (2004:8):