Pembelajaran terkondisi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 21:
 
Banyak contoh dari Lave dan Wenger<ref name=lavewenger/> menyangkut pelajar dewasa, dan pembelajaran terkondisi masih memiliki resonansi khusus untuk [[pendidikan orang dewasa]]. Sebagai contoh, Hansman<ref>{{cite book |author=[[Chris Kimble]] and [[Paul Hildreth]] |year=2008 |title=Communities of Practice: Creating Learning Environments for Educators |url=http://www.chris-kimble.com/CLEE/ToC.html |publisher=Information Age Publishing |isbn=978-1593118631}}</ref> menunjukkan bagaimana pelajar dewasa menemukan, membentuk, dan membuat secara eksplisit pengetahuan mereka sendiri melalui pembelajaran terkondisi di dalam komunitas praktik.
 
==Sejarah==
Dalam artikel 2003 berjudul "Pembelajaran Terkondisi Alami", Paula Vincini berpendapat bahwa "teori di balik pembelajaran terkondisi atau kognisi terkondisi muncul dari bidang [[psikologi]], [[antropologi]], [[sosiologi]], dan [[ilmu kognitif]]."<ref name="VP 2003">Vincini, P. "The nature of situated learning." ''Innovations in Learning'' (2003): 1-4.</ref> Dia merangkum:
 
<blockquote>Makalah berjudul "Kognisi Terkondisi dan Budaya Belajar" oleh [[John Seely Brown]], [[Allan Collins]], dan [[Paul Duguid]] membawa kognisi terkondisi ke garis depan sebagai model pengajaran yang lebih awal. Dalam makalah ini, penulis mengkritik, bahwa sekolah umum berfungsi untuk memisahkan antara "mengetahui dan melakukan" dan untuk memperlakukan pengetahuan "sebagai suatu hal yang bersifat integral, mandiri, secara teoritis bersifat independen dari situasi di mana ia dipelajari dan digunakan."
Ahli teori lain (Jean Lave, Etienne Wenger, [[Lev Vygotsky]], [[John Dewey]], dan [[JG Greeno]]) yang terkait dengan teori pembelajaran terkondisi berpendapat bahwa pengetahuan harus diajarkan dalam konteks dan bukan dalam abstrak. Peserta didik harus menggunakan alat sebagai praktisi menggunakannya dan menjadi "murid kognitif" dalam komunitas disiplin dan budaya itu.<ref name = "VP 2003"/></blockquote>
 
Pada tahun 1996, [[John R. Anderson]] telah meneliti kembali asal konsep ke "revolusi kognitif" pada 1960-an. Mereka berkata:
 
<blockquote>Menyusul apa yang disebut dengan "revolusi kognitif" dalam psikologi yang dimulai pada tahun 1960-an, pendidikan, dan khususnya matematika dan pendidikan sains, telah memperoleh wawasan baru dari psikologi, dan pendekatan baru serta teknik pengajaran berdasarkan wawasan ini. Pada saat yang sama, psikolog kognitif semakin memperhatikan pendidikan sebagai bidang penerapan pengetahuan psikologis dan sebagai sumber masalah penelitian penting. Ada setiap alasan untuk meyakini bahwa seiring dengan kemajuan penelitian dalam psikologi kognitif dan semakin mengarah pada masalah pendidikan, hubungan yang lebih dekat dan lebih produktif dapat dibentuk antara pendidikan psikologi dan matematika.
Namun, ada kecenderungan sekarang untuk menyajikan segala macam opini pendidikan sebagai tanda persetujuan dari psikologi kognitif.... seperti dalam banyak penerbitan terbaru dalam pendidikan matematika, banyak dari apa yang dijelaskan dalam buku itu mencerminkan dua gerakan, "pembelajaran terkondisi" dan "konstruktivisme", yang telah mendapatkan pengaruh pada pemikiran tentang pendidikan dan penelitian pendidikan.<ref>Anderson, John R., Lynne M. Reder, and Herbert A. Simon. "Situated learning and education." Educational researcher 25.4 (1996): 5-11.</ref></blockquote>
 
Vincini (2003) terus menjelaskan, bahwa "interaksi sosial yang terjadi dalam komunitas praktik antara para ahli dan pemula, sangat penting untuk teori kognisi terkondisi atau belajar. Dalam sebuah karya berjudul Pembelajaran Terkondisi: Partisipasi Periferal yang Sah, Lave dan Wenger menekankan, bahwa seorang pemula mulai belajar dengan mengamati anggota komunitas dan kemudian perlahan-lahan pindah dari pinggiran komunitas ke anggota yang sepenuhnya berpartisipasi."<ref name = "VP 2003"/>
 
==Referensi==