Teungku Chik di Tiro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Penambahan data kotak info, referensi
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 36:
Dengan perang sabilnya, satu persatu benteng [[Belanda]] dapat direbut. Begitu pula wilayah-wilayah yang selama ini diduduki Belanda jatuh ke tangan pasukannya. Pada bulan Mei tahun 1881, pasukan Muhammad Saman dapat merebut benteng Belanda Lam Baro, Aneuk Galong dan lain-lain. Belanda akhirnya terjepit di sekitar kota Banda Aceh dengan mempergunakan taktik lini konsentrasi (''concentratie stelsel'') yaitu membuat benteng yang mengelilingi wilayah yang masih dikuasainya.
 
Teungku Chik di Tiro adalah tokoh yang kembali menggairahkan Perang Aceh pada tahun 1881 setelah menurunnya kegiatan penyerangan terhadap Belanda.<ref>[http://acehbooks.org/pdf/ACEH_00266.pdf Tengku Tjhik Di-Tiro (Muhammad Saman): pahlawan besar dalam Perang Atjeh (1881-1891)]</ref> Selama ia memimpin peperangan terjadi 4 kali pergantian gubernur Belanda yaitu: [[Abraham Pruijs van der Hoeven]] (1881-1883), [[Philip Franz Laging Tobias]] (1883-1884), [[Henry Demmeni]] (1884-1886) dan [[Henri Karel Frederik van Teijn]] (1886-1891)
* [[Abraham Pruijs van der Hoeven]] (1881-1883)
* [[Philip Franz Laging Tobias]] (1883-1884)
* [[Henry Demmeni]] (1884-1886)
* [[Henri Karel Frederik van Teijn]] (1886-1891)
 
Belanda akhirnya memakai siasat lain dengan cara meracunnya. Muhammad Saman akhirnya meninggal pada bulan Januari [[1891]] di benteng Aneuk Galong.<ref>{{Cite web|url=https://travel.detik.com/dtravelers_stories/u-2435366/mengenal-pahlawan-teungku-cik-di-tiro-di-aceh-besar|title=Mengenal Pahlawan Teungku Cik di Tiro di Aceh Besar|last=Fitri|first=Aulia|website=detikTravel|language=id|access-date=2020-04-29}}</ref>