Akar wangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
clean up using AWB
HsfBot (bicara | kontrib)
→‎Standardisasi: replaced: Standarisasi → Standardisasi
Baris 66:
Oleh karena kemampuannya dalam menghasilkan minyak atsiri, tanaman akar wangi memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak akar wangi Indonesia sebanyak 89% dihasilkan di Jawa Barat yaitu kabupaten Garut dengan luas areal yang semakin luas dari tahun ke tahun dimana pada tahun 1988 luas area yang digunakan untuk perkebunan akar wangi hanya berkisar sebesar 1475 ha sedangkan pada tahun 2003 menjadi 2400 ha. Oleh karena itu komoditas ini berperan besar dalam meningkatkan devisa negara dan penyerapan tenaga kerja <ref name=":0" />
 
== StandarisasiStandardisasi ==
Minyak atsiri merupakan salah satu produk sekunder dari pengolahan akar wangi yaitu melalui proses penyulingan sehingga diperoleh residu minyak akar wangi, minyak ini banyak dimanfaatkan karena Indonesia merupakan salah satu produsen minyak atsiri, oleh karena itu u untuk minyak atsiri sendiri sudah ada standarnya yaitu standar nasional Indonesia atau SNI, untuk standar internasional minyak atsiri dari akar wangi juga sudah distandardisasi oleh ''International Standarization Organization''. Beberapa parameter yang biasanya dijadikan standar untuk megenali  kualitas minyak atsiri meliputi bilangan asam dan kelarutan dalam alkohol. Bilangan asam menunjukan kadar asam lemak bebas dalam minyak atsiri, parameter ini penting dalam standardisasi minyak atsiri dari akar wangu karena berhubungan erat dengan bau khas dari minyak atsiri. Dimana baku mutu dari bilangan asam pada minyak atsiri yang baik berada pada rentang 10-35, kualitas dari minyak atsiri yang diperoleh pun sangat dipengaruhi oleh metode ekstraksi yang dilakukan. Sedangkan kelarutan dalam etanol pada minyak atsiri memiliki baku mutu menurut SNI adalah 1:1 larutan jernih