Pendudukan Jepang di Hindia-Belanda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Maret: letnan gubernur --> wakil gubernur
Vedolique (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{expand language|topic=|langcode=en|otherarticle=Japanese occupation of the Dutch East Indies|date=November 2017}}
{{Infobox former country
|native_name =蘭領東印度<br>Ranryō Higashi Indo
|conventional_long_name = Pendudukan Jepang di Indonesia
|common_name =Pendudukan Jepang di Indonesia
|continent =Asia
|region =
|country = Indonesia
Baris 24 ⟶ 23:
|event5 = Jepang menyerah
|date_event5 = 15 Agustus 1945
|status = Pendudukan oleh tentara [[Kekaisaran Jepang]]
|status_text = Koloni Kekaisaran Jepang
|p1 = Hindia Belanda
Baris 94 ⟶ 93:
== Perlawanan rakyat terhadap Jepang ==
{{tanpa_referensi|date=Februari 2010}}
 
;Peristiwa [[Cot Plieng]], [[Aceh]] 10 November 1942:
 
Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda [[Tengku Abdul Jalil]], guru mengaji di Cot Plieng, [[Lhokseumawe]]. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil, sehingga Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan salat Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga) Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang salat.
 
;Peristiwa [[Singaparna]]:
 
Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna [[Tasikmalaya, Jawa Barat]] di bawah pimpinan KH. [[Zainal Mustafa]], tahun 1943. Dia menolak dengan tegas ajaran yang berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu diapun tidak tahan melihat penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
 
Baris 111 ⟶ 113:
:Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah (Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
 
;Pemberontakan [[Teuku Hamid]]:
 
Teuku Hamid adalah seorang perwira [[Pembela Tanah Air|Giyugun]], bersama dengan satu pleton pasukannya melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan November 1944.
 
Baris 118 ⟶ 121:
:Di daerah [[Aceh]] lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di Kabupaten Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh satu regu ''Giyugun'' (perwira tentara sukarela), namun semua berakhir dengan kondisi yang sama yakni berhasil ditumpas oleh kekuatan militer Jepang dengan sangat kejam.
 
;Pemberontakan Peta:
 
* Perlawanan PETA di [[Blitar]] (29 Februari 1945)
Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco [[Supriyadi]], Syodanco [[Muradi]], dan [[Dr. Ismail]]. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusa maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih militer Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan pura-pura diajak berunding.
Baris 127 ⟶ 131:
Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (''Bundanco''), [[Kusaeri]] bersama rekan-rekannya. Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April 1945 diketahui Jepang sehingga [[Kusaeri]] ditangkap pada tanggal 25 April 1945. [[Kusaeri]] divonis hukuman mati tetapi tidak terlaksana karena Jepang terdesak oleh Sekutu.
 
;Perlawanan [[Pang Suma]]:
 
Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pang Suma berkobar di [[Kalimantan Barat]]. [[Pang Suma]] adalah pemimpin [[suku Dayak]] yang besar pengaruhnya di kalangan suku-suku di daerah [[Tayan]] dan [[Meliau]]. Perlawanan ini bersifat gerilya untuk mengganggu aktivitas Jepang di [[Kalimantan]].
 
Baris 135 ⟶ 140:
Perlawanan ini dipimpin oleh [[L. Rumkorem]], pimpinan Gerakan ''Koreri'' yang berpusat di Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh korban, tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau Biak.
 
;Perlawanan di Pulau [[Yapen Selatan]]:
 
Perlawanan ini dipimpin oleh [[Nimrod]]. Ketika Sekutu sudah mendekat maka memberi bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin seru. [[Nimrod]] dihukum pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tetapi rakyat tidak takut dan muncullah seorang pemimpin gerilya yakni [[S. Papare]].
 
;Perlawanan di [[Tanah Besar]] [[Papua]]:
 
Perlawanan ini dipimpin oleh [[Simson]]. Dalam perlawanan rakyat di Papua, terjadi hubungan kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu sehingga rakyat mendapatkan modal senjata dari Sekutu.
 
;Gerakan bawah tanah:
 
Sebenarnya bentuk perlawanan terhadap pemerintah Jepang yang dilakukan rakyat Indonesia tidak hanya terbatas pada bentuk perlawanan fisik saja tetapi Anda dapat pula melihat betnuk perlawanan lain/gerakan bawah tanah seperti yang dilakukan oleh:
* Kelompok [[Sutan Syahrir]] di daerah Jakarta dan Jawa Barat dengan cara menyamar sebagai pedagang nanas di Sindanglaya.