Fatimah az-Zahra: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 75:
Ketika usianya beranjak dewasa, Fatimah Az-Zahra dipersunting oleh salah satu sepupu, sahabat sekaligus orang kepercayaan Rasulullah, [[Ali bin Abi Thalib]].
{{sect-stub}}
Pada hari itu pula para penghuni langit bergembira melihat pernikahan Ali dan fatimah.Sungguh pernikahan yang sangat indah, dengan bermahar baju besi yang dahulu di berikan oleh rasulullah kepada ali, kini menjadi mahar untuk anaknya. Di antara sahabat yang melamar az-Zahra adalah Abu Bakar dan Umar, akan tetapi Nabi SAW menolak dengan cara yang halus.[5] Kemudian Ali bin Abi Thalib r.a. mencoba mendatangi Nabi untuk meminang Fathimah. Ali bercerita:
 
Aku ingin mendatangi Rasulullah SAW untuk meminang putri beliau yaitu Fathimah. Aku berkata, “Demi Allah aku tidak memiliki apa-apa.” Kemudian aku ingat akan kebaikan beliau SAW maka aku beranikan diri untuk meminangnya. Nabi SAW bersabda kepadaku, “Apakah kamu memiliki sesuatu?”
 
Aku berkata, “Tidak ya Rasulullah.” Kemudian beliau bertanya, “Lantas di manakah baju besi al-Khuthaimah yang pernah aku berikan kepadamu pada hari lalu?” “Masih aku bawa ya Rasulullah.” Jawabku. Selanjutnya Nabi SAW bersabda, “Berikanlah barang itu kepada Fathimah sebagai mahar.”[6] Segeralah”Segeralah Ali pergi dan sebentar kemudian datang dengan membawa baju besi. Rasulullah SAW memerintahkan kepada beliau untuk menjualnya, kemudian hasilnya sebagai perlengkapan pernikahan.[7] Akhirnya baju besi tersebut dibeli oleh Utsman bin ‘Affan r.a. dengan harga 470 dirham. Lalu Ali menyerahkan uang tersebut kepada Rasulullah SAW. Maka, beliau menyerahkan sebagian uang tersebut kepada bilal untuk dibelikan parfum dan wewangian, sedangkan sisanya diserahkan kepada Ummu Salamah r.a. untuk dibelikan perlengkapan pengantin.
 
Selanjutnya, Nabi SAW mengundang para sahabat dan mempersaksikan kepada mereka bahwa beliau telah menikahkan putrinya Fathimah dan Ali bin Abi Thalib dengan mahar 400 mitsqal perak menurut sunnah yang lurus dan berdasarkan faridhah yang wajib. Beliau mengakhiri khotbah nikahnya dengan memohonkan barakah kepada Allah bagi kedua mempelai serta mendoakan mereka agar menjadi keluarga yang shalih. Setelah itu beliau menyambut para tamu yakni para sahabat yang mulia yang tersedia di hadapan mereka dengan buah kurma.[8]
 
Pada malam pernikahan az-Zahra bersama Farisul Islam Ali bin Abi Thalib, Rasulullah SAW memerintahkan Ummu Salamah agar membawa pengantin putri ke rumah Ali bin Abi Thalib yang telah dipersiapkan sebagai tempat tinggal mereka berdua, dan beliau meminta agar mereka berdua menunggu beliau di sana.
Baris 87:
Setelah shalat Isya’, Rasulullah SAW mendatangi keduanya, kemudian beliau meminta diambilkan air dan beliau berwudhu dengannya lalu menuangkan air tersebut kepada mereka berdua seraya berdoa:
 
“Ya Allah berkahilah keduanya, berikanlah barakah atas mereka dan berkahilah keturunan mereka berdua.”[9]
 
Maka, bergembiralah kaum muslimin dengan pernikahan az-Zahra dan imam Ali r.a. Datang pula Hamzah paman Rasulullah dan juga paman Ali dengan membawa dua biri-biri kemudian disembelih lalu para sahabat memakannya di Madinah.
Baris 93:
Belum genap satu tahun setelah pernikahan keduanya, Allah mengaruniakan penyejuk pandangan kepada Fathimah dan kekasihnya dengan lahirnya cucu pertama dari Rasulullah SAW yang diberi nama Hasan bin Ali, pada tahun ketiga setelah hijrah. Hal itu menggembirakan Nabi SAW dengan kegembiraan yang besar, maka didengungkanlah adzan ke telinga bayi, dan digosoklah langit-langit mulut bayi tersebut dengan kurma serta diberi nama “Hasan”, lalu digundullah kepalanya dan disedekahkanlah perak seberat rambut tersebut kepada orang-orang fakir.
 
Belum lagi umur Hasan berumur satu tahun menyusul kemudian lahirlah Husein pada bulan Sya’ban tahun 4 Hijriyah.[10]
 
Maka terbukalah hati Nabi SAW terhadap kedua cucunya yang berharga yakni Hasan dan Husein. Sungguh, beliau melihat bahwa kedua cucunya memiliki arti khusus bagi kehidupan beliau di muka bumi ini, maka beliau melimpahkan kecintaan dan kasih sayang yang dalam kepada keduanya. Tatkala turun ayat:
Baris 105:
Demikianlah Rasulullah SAW mengulanginya tiga kali kemudian beliau melanjutkan doanya:
 
“Ya Allah jadikanlah shalawat-Mu dan barakah-Mu terlimpah kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah melimpahkannya kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia.”[11]
 
Kemudian diikuti buah yang penuh barakah yakni Fathimah melahirkan anak wanita pada tahun 5 Hijriyah yang oleh kakeknya diberi nama Zainab. Setelah berselang dua tahun, lahir seorang anak wanita lagi yang diberi nama oleh Rasulullah SAW Ummi Kultsum.