Nipah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: lembab → lembap (2)
Baris 19:
'''Nipah''' adalah sejenis palem ([[palma]]) yang tumbuh di lingkungan [[hutan bakau]] atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Tumbuhan ini juga dikenal dengan banyak nama lain seperti ''daon, daonan'' ([[bahasa Sunda|Sd.]], [[dialek Banyumas|Bms.]]), ''buyuk'' ([[bahasa Jawa|Jw.]], [[bahasa Bali|Bali]]), ''bhunyok'' ([[bahasa Madura|Md.]]), ''bobo'' ([[Menado]], [[Ternate]], [[Tidore]]), ''boboro'' ([[Halmahera]]), ''palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu, puleno, pureno, parinan, parenga'' ([[Seram]], [[Pulau Ambon|Ambon]] dan sekitarnya).<ref name=heyne_487-490>Heyne, K. 1987. ''Tumbuhan Berguna Indonesia'', jil. 1. Yay. Sarana Wana Jaya, Jakarta. Hal. 487-490.</ref>
 
Nipah disebut juga sebagai ''Nypa fruticans'' merupakan tumbuhan dengan jenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut di dekat tepi laut. Tumbuhan nipah mempunyai batang terendam di bawah lapisan lumpur yang menjalar di bawah tanah dengan tebal batang kira-kira 60 &nbsp;cm. <ref name=":0">Sardjono. 1992. ''Nipah. Berita P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia)'',Pasuruan</ref>
 
Di beberapa negara lain, tumbuhan ini dikenal dengan nama (dalam [[bahasa Inggris]]) ''Attap Palm'' ([[Singapura]]), ''Nipa Palm'' atau ''losa'' ([[Filipina]]), atau umumnya disebut ''Nypa palm''. Nama ilmiahnya adalah '''''Nypa fruticans''''' Wurmb, dan diketahui sebagai satu-satunya anggota [[genus|marga]] ''Nypa''. Tumbuhan ini merupakan satu-satunya jenis palma dari wilayah [[ekosistem mangrove|mangrove]]. [[Fosil]] [[serbuk sari]] palma ini diketahui berasal dari sekitar 70 juta tahun yang silam.
 
Daunnya tumbuhan nipah yang tumbuh dapat mencapai 7 meter dan tangkai bunganya dapat mencapai 1 meter. Kulit tanaman nipah ini memiliki tekstur yang sangat keras berwarna hijau dan akan berubah menjadi warna coklat ketika kondisi tanaman nipah tersebut sudah tua. Namun, bagian dalam dari akan terlihat lebih lunak seperti gabus. <ref name=":0" /> Tumbuhan nipah biasanya tumbuh subur di bagian belakang hutan bakau. Tumbuhan ini paling banyak ditemukan di bagian tepi sungai atau laut yang memasok lumpur ke pesisir. Namun, beberapa penelitian menyebutkan bahwa tumbuhan ini lebih baik di daerah rawa yang memiliki tanah yang kaya akan bahan organik.
 
Nipah ini umum ditemukan di sepanjang garis pesisir samudera hindia hingga samudera pasifik. Khususnya di antara Bangladesh hingga pulau-pulau di Pasifik. Tanaman ini cukup aplikatif baik di indonesia sendiri maupun luar negeri. Seperti jenis palem umumnya yang memiliki berbagai kegunaan, nipah berpotensi sebagai bahan pangan yang cukup banyak mengandung karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Selain itu, nipah juga memiliki beragam potensi untuk kebutuhan sehari-hari, seperti bahan bakar, bahan atap rumah, bahan kerajinan, dan produk lainnya, namun potensinya sampai saat ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal. <ref name=":0" />
 
Daun nipah yang masih muda banyak dimanfaatkan secara tradisional untuk kertas rokok. Tangkai daun dan pelepah nipah dapat digunakan sebagai bahan kayu bakar yang baik. Pelepah daun nipah juga mengandung [[selulosa]] yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp (bubur kertas). Lidinya dapat digunakan untuk sapu, bahan anyam-anyaman dan [[tali]]. <ref name=":1">Sukojo, B.M. 2003. Penggunaan Metode Analisis Ekologi dan Penginderaan Jauh untuk Pembangunan Sistem informasi Geografis Ekosistem Pantai. ''Makara Sains'' Vol 7(1) hal 30- 37.</ref>
 
== Pemanfaatan ==
Baris 59:
[[Berkas:Nipa maitum.jpg|jmpl|Tegakan nipah di [[hutan bakau]] Maitum, [[Filipina]]]]
 
Nipah adalah tumbuhan tropis dengan rata-rata suhu minimum pada daerah pertumbuhannya adalah 20&nbsp;°C dan maksimumnya 32-35&nbsp;°C. Nipah disinyalir juga dapat tumbuh dengan baik di daerah rawa-rawa atau paya, di tanah berliat yang kaya akan bahan organik serta di daerah tropis basah dengan curah hujan tahunan lebih dari 1500 &nbsp;mm. Nipah tergolong tanaman dataran rendah yang menyukai iklim pantai dan tumbuh liar pada ketinggian 0-10 meter dari permukaan laut. tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah lumpur halus yang berair payau dengan tingkat keasaman (pH) 6-6,5 dan kadar salinitas antara 50-100 mmosh/cm<sup>3</sup> serta pada suhu lingkungan berkisar 200&nbsp;°C-350&nbsp;°C.Suhu rendah sangat mempengaruhi pertumbuhan nipah karena nipah sangat toleran terhadap suhu lingkungan.Untuk mengatasi peningkatan abrasi pantai yang terjadi di daerah-daerah pesisir pantai dengan tingkat laju tinggi diperlukan tipe tanaman sejenis tanaman nipah.Tanaman ini memberikan produksi nira yang layak diusahakan dengan input rendah dan sangat cocok untuk tujuan konservasi air dan tanah. <ref name=":2">Flach, M. dan F. Rumawas. 1996. ''Plant Resources of South-East Asia (PROSEA) No 9. Plants Yielding Non Seed Carbohydrates''.Bogor.</ref>
 
Iklim optimumnya adalah agak lembablembap sampai lembablembap dengan curah hujan lebih dari 100 &nbsp;mm perbulan sepanjang tahun. Sebenarnya nipah dapat tumbuh  pada lingkungan air yang asin. Kondisi optimum adalah bagian dasar palem dan rimpangnya terendam air asin secara reguler. Namun, Nipah dapat mendiami daerah muara sungai yang masih mendapat akibat arus pasang surut dari sungai. Konsentrasi garam optimum adalah 1-9 per mil. Tanah rawa nipah berlumpur dan kaya akan endapan alluvial, tanah liat dan humus yaitu kandungan garamnya bukan organik, kalsium, sulfur, besi dan mangan yang tinggi, yang mempengaruhi aroma dan warna gelapnya. Biasanya nipah dapat tumbuh dengan membentuk tegakan murni, tetapi dibeberapa daerah tumbuh bercampur dengan pohon bakau yang lain. <ref name=":2" />
 
Sebaran jenis tanaman Nipah utamanya di daerah equator, melebar dari Sri Langka ke Asia Tenggara hingga Australia Utara. Luas areal pertanaman nipah di Indonesia diperkirakan 700.000 ha, terluas dibandingkan dengan Papua Nugini (500.000 ha) dan Filipina (8.000 ha). Di Indonesia pohon nipah mempunyai berbagai nama lokal seperti daon, daonan, bhunjok, lipa, buyuk (Sunda, Jawa), buyuk (Bali), bhunyok (Madura), bobo (Menado, Ternate, Tidore), boboro (Halmahera), palean, palenei, pelene, pulene, puleanu, pulenu, puleno, pureno, parinan, parenga, (Maluku). Nipah merupakan salah satu angiospermae tertua dan kemungkinan besar jenis palem tertua. Fosil-fosil Eocene dan Miocene dari Eropa, Amerika Utara dan Timur Tengah dan strata Paleocene di Brasil menunjukkan bahwa nipah memiliki penyebaran secara pantropis pada 13-63 juta tahun yang lalu. Saat ini, Nipah umum dijumpai di daerah equator, melebar dari Sri Lanka ke Asia Tenggara sampai Australia Utara. Keberadaan alami pada daerah yang paling utara dari jenis ini terdapat di kepulauan Ryukyu, Jepang dan paling selatan di Australia Utara. Di Asia Tenggara, nipah juga dibudidayakan. Di Papua New Guinea metode ‘pocket and channel’ telah digunakan dengan baik untuk memperbanyak nipah. Buah ditanam langsung pada kantong plastik atau dilubang sedalam 10-20 10–20&nbsp;cm sepanjang tepi kanal-kanal irigasi. Di Filipina kecambah ditumbuhkan dulu dengan teknik penyemaian kemudian dipindah ke lubang-lubang dengan jarak tanam 1,5-25–2 m, selanjutnya dijarangkan menjadi 400 tanaman per ha. Tegakan alami nipah biasanya rapat; di Papua New Guinea 2.000-5.000, di Filipina 10.000 tanaman per ha. <ref name=":2" />
 
== Kecepatan Tumbuh dan Produksi ==
Nipah dapat menghasilkan 0,4 sampai 1,2 l nira per pohon per harinya. Nira nipah mengandung sukrosa sebanyak 13-17% yang merupakan suatu bahan yang sangat potensial untuk diolah menjadi bioetanol. Untuk pemanenannya, daun dewasa biasanya akan dipotong, dan kemudian dikeringkan. Tanaman umur 5 tahun ditapis tiap hari selama periode 2-3 bulan. Tanaman ini dapat menghasilkan 3000 &nbsp;kg gula tiap hektar dan buah nipahnya juga dapat dipanen selama 2 bulan sekali. Nipah juga merupakan salah satu jenis tanaman utama penyusun hutan mengrove dengan komposisi sekitar 30% dari total luas area mangrove. Berdasarkan data citra estimasi luas mangrove adalah 3.244.018,46 ha, sehingga diperkirakan 973.205,54 ha hutan nipah di Indonesia. <ref>Hartini, S., G.B. Saputro, M. Yulianto, dan Suprajaka. 2010. ''Assessing the Used of Remote Sense Data for Mapping Mangroves Indonesia Iwate Prefectural University''. Jepang. Hal 210-215.</ref>
 
Nira yang dihasilkan dari pohon nipah digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula merah. Umumnya rata-rata produksi nira perhari satu tangkai bunga nipah mampu memproduksi sekitar 3 liter nira perhari dan setiap tangkai dapat dipanen terus menerus selama 20 hari (Riyadi, 2010). Rata-rata produksi nira per malai 48 – 60 liter per pohon untuk jangka penyadapan selama 3 bulan. Berdasarkan analisis laboratorium, nira segar memiliki komposisi: Brix 15 – 17%; Sukrosa 13 – 15 %; Gula reduksi 0,2 – 0,5 % dan abu 0,3 – 0,7%. <ref>Alrasyid,H. 2001. ''Pedoman Pengelolaan Hutan Nipah (Nypa fruticans) Secara Lestari. Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam''. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor</ref>
 
== Potensi Tanaman Nipah di Indonesia ==
Potensi tanaman nipah di Indonesia berada di beberapa pulau besar seperti ppulai sumatera, pulau kalimantan, pulai sulawesi, pulau maluku dan pulau papua. Berdasarkan data dari Ditjen Perkebunan tahun 2009 total area tanaman nipah di seluruh Indonesia mencapai 558 Ha dengan produksi nira nipah sebesar 116 ton/tahun. Areal dan produksi nira nipah terbesar terdapat pada 4 provinsi yaitu: Jawa Tengah 231 Ha dengan produksi 4 ton/tahun, Jawa Timur 46 Ha dengan produksi 21ton/tahun, Kalimantan Timur 106 Ha dengan produksi 43 ton/tahun, dan Sulawesi Selatan 175 Ha dengan produksi 48 ton/tahun. <ref name=":3">Effendi, H. 1992. ''Nipah atau Nypa fruticans (Thunb.) Wurmb. Sumber pemanis alternatif. Gula Indonesia.'' Vol. XVII/3. Pasuruan.</ref>
 
Pada daerah Kalimantan menunjukkan bahwa jumlah pohon nipah rata-rata per ha ada 1.972 dengan jumlah pohon yang berbuah 674 pohon/ha, jumlah bonggol tua per pohon 1,87 atau 1.267 bonggol/ha. Jumlah buah tua nipah di lokasi penelitian adalah 71.476 buah/ha,  potensi daging buah tua nipah 2,55 ton/ha. Rata-rata berat 100 daging buah nipah adalah 3.489 g dan dari jumlah tersebut 1.622 g tepung nipah atau sebesar 46,39%.  Potensi tepung nipah per hektar sebesar 1,19 ton/ha. Kandungan gizi gula nipah cukup baik, yaitu karbohidrat (89,61%), protein (5,95%), kadar Ca (44,58 &nbsp;mg/kg) dan kalori sebesar 3.172 cal/gr. Tepung nipah mengandung serat cukup tinggi dengan kandungan lemak dan kalori rendah yang berpotensi untuk dijadikan makanan bagi orang yang melakukan diet.Tanaman nipah dapat tumbuh dalam luasan yang kecil-kecil yang terdapat di daerah NTB dan NTT, Sulawesi Selatan, dan Pulau jawa. Daerah Jawa Barat sendiri, untuk produksi Nipah juga sangat signifikan pertahunnya. Namun, untuk aplikasinya masih belum teralu optimal. Hal tersebut dapat dikarenakan tumbuhan ini biasanya tumbuh denga sangat subur pada daerah yang memiliki lautan yang luas. Hal itu dikarenakan dapat memicu adanya pertumbuhan nipah dengan sangat luas. <ref name=":3" />
 
== Produk Utama, Karakterisasi dan Kualitas Nipah ==
Produk utama dari tanaman nipah yang banyak dimanfaatkan ialah produksi bioetanolnya. Keunggulan penggunaan nipah sebagai bahan baku utama pembuatan bioetanol antara lain karena nipah bukan sumber utama pangan sehingga tidak akan bersaing dengan kebutuhan pangan lainya. Bagian yang digunakan sebagai bahan baku bioetanol adalah niranya sehingga tidak merusak ekologinya, serta satu tangkai bunga nipah mampu memproduksi sekitar 3 liter nira perhari dan setiap tangkai dapat dipanen terus menerus selama 20 hari. <ref>Riyadi, A. 2010. ''Nipah Membawa Berkah. <nowiki>http://jurnalenergi.com/news/55-nipahmembawa</nowiki> -berkah.'' diakses pada 28 Maret 2018 pukul 22:01 WIB.</ref> Untuk menghasilkan bioetanol yang maksimal dari tumbuhan nipah, perlu diketahui faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh. Salah satu parameter lingkungan tempat tumbuhnya nipah yang belum terukur untuk menghasilkan nira terbaik sebagai bahan baku penghasil bioetanol adalah salinitas.
 
Bioetanol memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan bensin berbasis petrokimia karena beberapa hal yaitu sebagai berikut.
Baris 90:
5.   Bioetanol mudah terurai dan aman karena tidak mencemari air.
 
6.  Bioetanol dapat diperbaharui (renewable energy) dan proses produksinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan proses produksi bensin. <ref>Hambali, Eliza, dkk, 2007, Teknologi Bioenergi, Jakarta, ArgoMedia Pustaka Putra, P, Y, D, 2010, ''Analisis perbandingan unjuk kerja motor berbahan bakar premium dan campuran premium bioethanol (BE30, BE50, BE70, BE90),''Fakultas Teknik, Universitas Panca Sakti, Tegal.</ref>
 
== Produk Sekunder Tanaman Nipah ==
Tanaman nipah memiliki kandungan senyawa bahan aktif antioksidan dan antibakteri yang dapat pula dijadikan sebagai produk sekunder yang dapat dihasilkan. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kasar daun nipah dengan pelarut polar metanol 1:5 (b/v) memiliki nilai IC50 17,72 ppm. <ref>Putri IJ, Fauziyah, Elfita. 2013. Aktivitas antioksidan daun dan biji buah nipah (Nypa fruticans) asal pesisir Banyuasin Sumatera Selatan dengan metode DPPH. ''Maspari Journal'' 5(1): 16-21.</ref> Nypa fruticans memiliki aktivitas antibakteri terhadap Vibrio harveyi pada udang windu (Penaeus monodon). (Effendi,1998) Kemudian didapatkan adanya zona penghambatan fraksi etil asetat ekstrak daun nipah terhadap bakteri Eschericia coli (9,39 &nbsp;mm) dan Bacillus cereus (9,01 &nbsp;mm) pada kosentrasi 1000 ppm. Senyawa-senyawa aktif yang umumnya berperan dalam aktivitas antioksidan yaitu tanin, flavonoid, fenolik, saponin, dan terpenoid. Senyawa fenolik memiliki gugus hidroksil pada struktur molekulnya yang mempunyai aktivitas penangkap radikal bebas dan apabila gugus hidroksilnya lebih dari satu maka aktivitas antioksidannya semakin kuat. Senyawa flavonoid, saponin, terpenoid, fenolik dan tanin juga merupakan senyawa aktif yang berfungsi sebagai senyawa antimikroba. Nypa fruticans diduga mengandung komponen yang memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri.<ref name=":4">Ajizat A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhirium terhadap ekstrak daun Psidium Guajava. ''Journal Bioscientive'' 1: 31-38</ref>
 
Selain kandungan dari zat-zat tersebut, produk sekunder yang dimaanfaatkan oleh masyarakat sekitar ialah sebagai bahan bakar, bahan atap rumah, bahan kerajinan, dan produk lainnya yang memanfaatkan batang tanaman nipah, namun potensinya sampai saat ini masih belum dimanfaatkan secara maksimal. <ref name=":0" /> ). Daun nipah yang masih muda banyak pula dimanfaatkan secara tradisional untuk kertas rokok. Tangkai daun dan pelepah nipah dapat digunakan sebagai bahan kayu bakar yang baik. Pelepah daun nipah juga mengandung [[selulosa]] yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pulp (bubur kertas). Lidinya dapat digunakan untuk sapu, bahan anyam-anyaman dan [[tali]]. <ref name=":1" />
 
== Kajian Metabolomik ==
Untuk kajian metabolomik untuk Nipah masih belum berkembang pada saat ini namun senyawa-senyawa yang menguntungkan dari tanaman ini sudah dapat diketahui dan diekstraksi dengan metode lain, bukan dengan menggunakan tools dari kajian metabolomik itu sendiri. Senyawa-senyawa aktif yang umumnya berperan dalam aktivitas antioksidan yaitu tanin, flavonoid, fenolik, saponin, dan terpenoid. Senyawa fenolik memiliki gugus hidroksil pada struktur molekulnya yang mempunyai aktivitas penangkap radikal bebas dan apabila gugus hidroksilnya lebih dari satu maka aktivitas antioksidannya semakin kuat. Mengatakan senyawa flavonoid, saponin, terpenoid, fenolik dan tanin juga merupakan senyawa aktif yang berfungsi sebagai senyawa antimikroba. Nypa fruticans diduga mengandung komponen yang memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. <ref name=":4" />
 
Biasanya sampel yang diambil untuk dianalisis yaitu pada bagian Daun dari tanaman ini dikarenakan pada daun mengandung banyak sekali metabolit yang dapat diekstrak yang dapat berguna untuk zat antibakteri dan antioksidan. Uji aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode 1,1-diphenyl-2- picrylhydrazil (DPPH). Parameter yang umum digunakan untuk menginterpretasikan hasil pengujian DPPH adalah nilai IC50. <ref name=":4" />
 
Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, dan tanin. Berdasarkan uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun nipah mengandung senyawa kimia aktif antara lain; flavonoid, tanin, fenol hidrokuinon, diterpen, steroid dan saponin. Senyawa-senyawa aktif yang umumnya berperan dalam antioksidan dan antibakteri yakni tanin, flavonoid, saponin dan steroid. Senyawa flavonoid, saponin, terpenoid, fenolik dan tanin juga merupakan senyawa aktif yang berfungsi sebagai bahan antimikroba. Mekanisme kerja bahan aktif dalam mematikan bakteri dilakukan dengan cara mendenaturasi protein dan merusak membran sel bakteri dengan cara melarutkan lemak yang terdapat pada dinding sel. <ref name=":1" />
 
== Kajian Metabolomik yang dapat dilakukan ==
Untuk kedepannya, dapat dilakukan penentuan kualitas produk metabolit yang dihasilkan dari bagian-bagian tanaman nipah tersebut seperti flavonoid, tanin, saponin dan lain sebagainya dengan menggunakan tools metabolomik mengingat bahwa saat ini kajian metabolomik pada tumbuhan ini masih sangat terbatas. Biasanya kualitas tanin sangat menentukan kualitas dari produk yang dihasilkan. Hal itu dikarenakan tanin menjadi salah satu senyawa antimikroba. Sehingga apabila ingin membuat sebuah produk dari tanaman nipah tersebut, maka kandungan taninnya harus sesuai dengan takaran sehingga dapat efektif dalam membunuh mikroba target. <ref>Amarowicz R. Tannins: The new natural antioxidant? ''Eur J Lipid Sci Technol''. 2007;109:549-51.</ref>
 
Kemudian dapat pula dilakukan kajian metabolomik dari ekstraksi senyawa-senyawa yang potensial yang ditemukan di tanaman nipah ini seperti bioetanol sebagai produk utamanya, kemudian juga senyawa-senyawa lain yang potensial seperti tanin, flavonoid, saponin dan sebagainya. Kajian metabolomik yang dilakukan dapat berupa penentuan kandungan senyawa yang lebih dominan dari beberapa tanaman nipah yang berasal dari beberapa negara dengan menggunakan beberapa tools metabolomik seperti GC.MS, HPLC dan lain sebagainya sehingga dapat ditentukan kualitas produk yang dihasilkan.