Soemitro Djojohadikoesoemo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmad.baddawi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 62:
[[Berkas:Ronde Tafel Conferentie , slotzitting in Ridderzaal, Mohamed Rum, Bestanddeelnr 903-6870.jpg|jmpl|Delegasi Indonesia dalam [[Konferensi Meja Bundar]]. Tampak Sumitro duduk di tepi kiri.]]
 
Soemitro meraih gelar doktor ekonomi dari ''Nederlandsche Economische Hogeschool'' (Sekolah Tinggi Ekonomi) di [[Rotterdam]], [[Belanda]] pada tahun 1943 dengan disertasi berjudul ''Het Volkscredietwezen in de Depressie (''Kredit Rakyat di Masa Depresi'')''.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://tirto.id/kisah-sumitro-djojohadikusumo-dalam-menghadapi-para-penguasa-eCPh|title=Kisah Sumitro Djojohadikusumo dalam Menghadapi Para Penguasa|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-03-22}}</ref> Ia termasuk beruntung karena tidak semua pemuda keturunan priyayi bisa kuliah ekonomi disana, pada zaman sulit pasca [[Depresi Besar|depresi ekonomi dunia]].<ref name=":0" /> Selepas kuliah, ia tidak langsung kembali ke Indonesia karena kondisi perang saat itu dan bekerja di lembaga riset almamaternya.<ref name=":0" />
Di usia ke-33, Sumitro pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian RI. Ia meraih gelar doktor di Nederlandse Economise Hogeschool, Rotterdam, Belanda pada tahun 1943 dengan disertasi berjudul ''Het Volkscredietwezen in de Depressie''.
 
Soemitro pulang ke Indonesia pada tahun 1946 dan diangkat menjadi staf oleh Perdana Menteri [[Sutan Syahrir|Sutan Sjahrir]]. Ia bergabung ke [[Partai Sosialis Indonesia|Partai Sosialis]] yang dipimpin Sjahrir bersama [[Amir Sjarifoeddin|Amir Sjarifuddin]].<ref name=":0" /> Ia pernah menjadi Direktur Utama Banking Trading Center (BTC) yang berdagang di luar negeri dan sempat menjadi kuasa usaha Republik Indonesia di [[Washington, D.C.|Washington D.C.]], Amerika Serikat. Soemitro juga menjadi dosen ekonomi di [[Universitas Indonesia]]. Ia adalah pendiri sekaligus dekan pertama [[Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia|Fakultas Ekonomi UI]].<ref>{{Cite book|title=Apa & siapa sejumlah orang Indonesia 1981-1982|last=|first=Tim Redaksi Majalah TEMPO|date=1981|publisher=Graffiti Pers|isbn=|location=Jakarta|pages=134|url-status=live}}</ref>
 
Sumitro dikenal aktif menulis, dengan cakupan khusus masalah ekonomi. Buku terakhir ia tulis adalah Jejak Perlawanan Begawan Pejuang, diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, April 2000. Selama 1942-1994, Sumitro menulis sebanyak 130 buku dan makalah dalam bahasa Inggris.
 
Sumitro memperoleh banyak penghargaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Misalnya, Bintang Mahaputra Adipradana (II), Panglima Mangku Negara, Kerajaan Malaysia, ''Grand Cross of Most Exalted Order of the White Elephant'', ''First Class'' dari Kerajaan Thailand, ''Grand Cross of the Crown'' dari Kerajaan Belgia, serta yang lainnya dari Republik Tunisia dan Prancis.(RSB)
 
=== Era Orde Lama ===
Sumitro pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian (1950-1951) dan Menteri Keuangan (1952-1953).<ref name=":0" /> Namun, keterlibatannya dalam [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI) di Sumatra berpengaruh pada kariernya. Ketika bergabung dengan PRRI, pemerintahan Sukarno menuduhnya terlibat tindak korupsi. Keterlibatan Sumitro dalam PRRI berdampak bagi PSI yang kemudian dibubarkan tahun 1960.<ref name=":0" /> Akhirnya, ia menumpang tinggal dari satu negara ke negara lainnya bersama istri dan anak-anaknya dan baru kembali ke Indonesia pada era [[Orde Baru]].<ref name=":0" />
 
=== Era Orde Baru ===
Di era Soeharto, Soemitro diangkat sebagai Menteri Perdagangan (1968-1972) dan Menteri Negara Riset (1972-1978).<ref name=":0" />
 
== Keluarga ==
Soemitro menikah dengan Dora Marie Sigar ketika belajar di Belanda. Dora adalah mahasiswa ilmu keperawatan pasca bedah di Utrecht berdarah Minahasa yang ditemuinya dalam sebuah acara yang diadakan oleh ''Indonesia Christen Jongeren'' (Mahasiswa Kristen Indonesia). Orangtua Dora saat itu adalah pejabat kelas tinggi sehingga berstatus layaknya warga negara Belanda.<ref name=":0" />
 
Mereka menikah pada 7 Januari 1947 meski berbeda agama, kemudian tinggal di daerah Matraman, Jakarta.<ref name=":0" /> Anak pertamanya bernama Biantiningsih Miderawati, merupakan sarjana pendidikan dari Harvard. Anak keduanya bernama Mariani Ekowati, seorang ahli mikrobiologi. Anak ketiganya Prabowo Subianto yang saat ini menjadi politikus Partai Gerindra. Anak bungsunya Hashim Sujono saat ini menjadi pebisnis grup Arsari.<ref name=":0" />
 
== Wafat ==
Soemitro meninggal dunia di Rumah Sakit Dharma Nugraha, Jalan Balai Pustaka, Rawamangun, Jakarta Timur pada 9 Maret 20032001 dalam usia 84 tahun setelah cukup lama menderita penyakit jantung dan penyempitan pembuluh darah.<ref>https://m.liputan6.com/news/read/9221/sumitro-djojohadikusumo-meninggal-dunia</ref> Jenazah disemayamkan di rumah duka, Jalan Metro Kencana IV/22, Pondok Indah, [[Jakarta Selatan]]. Banyak sekali pelayat yang hadir, di antaranya pengusaha [[Dali Tahir]], pasangan pengusaha keturunan India Marimutu Manimaren dan Marimutu Sinivasan, Prof. [[Widjojo Nitikusumo]] beserta istrinya, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta [[Eddy Nalapraya]], tokoh [[Petisi 50]] [[Kemal Idris]], pengusaha Ciputra dan tokoh Poros Tengah, [[Fuad Bawazier]], Menteri Pendidikan [[Fuad Hasan]] dan mantan Wakil Presiden [[Try Sutrisno]]. Sesuai wasiatnya agar dimakamkan dengan cara dan di tempat sederhana, pihak keluarga pun memilih [[Taman Pemakaman Umum Karet Bivak]] Blok A III sebagai tempat persemayaman terakhir begawan ekonomi ini.<ref>{{cite web|url=https://nasional.tempo.co/read/25939/sumitro-minta-dimakamkan-secara-sederhana/|title=Sumitro Minta Dimakamkan Secara Sederhana|newspaper=[[Tempo.co]]|date=29 Oktober 2003|access-date=16 Desember 2018}}</ref>
 
== Referensi ==
<references />
 
== Bibliografi ==